Program Pemprov Sumbar Berjalan Baik, Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat Patut Dipertahankan

PADANG, METRO–Gubernur Sumatera Barat (Sumbar), Mahyeldi Ansharullah menyatakan bahwa pelaksanaan program kepariwisataan di Sumbar, terutama sekali pembinaan terhadap desa wisata, semakin mem­buah­­kan hasil yang menggembirakan. Salah satu bukti­nya, terjadi peningkatan signifikan jumlah kunju­ngan wisatawan ke Sumbar dari tahun ke tahun.

“Alhamdulillah, setahap demi setahap program bidang kepariwisa­taan yang kita jalankan berbuah hasil yang sangat baik. Kunjungan wisatawan setiap tahun terus melebihi target. Tahun 2023 lalu, kita targetkan 8,2 juta kunjungan, realisasinya mencapai 11,2 juta kunjungan. Oleh karena itu, kunjungan tahun 2024 ini kita targetkan 13,5 juta orang, dengan harapan realisasinya kem­bali melebihi target,” ucap Gubernur di Padang, Kamis (25/4).

Salah satu pendongkrak kunjungan wisatawan ter­sebut, sambung Gubernur, adalah pilihan destinasi wisata yang semakin beragam di Sumbar. Termasuk di antaranya semakin banyak pilihan desa wisata yang bisa dikunjungi di Sumbar. Bukti sahihnya, berdasarkan laporan sementara kunjungan wisa­tawan selama musim Lebaran 1445 H tahun ini, juga terjadi lonjakan wisatawan ke Sumbar.

“Laporan sementara Dinas Pariwisata Sumbar, kunjungan wisatawan selama libur Lebaran tahun ini meningkat hingga 100 persen. Tentu ini dampak dari hadirnya banyak destinasi wisata baru di Sumbar, termasuk destinasi desa wisata, yang terus kita berikan perhatian dan pembinaan secara berkelanjutan,” ujar Gubernur lagi

Pemerhati sekaligus akademisi pariwisata dari Prodi Pariwisata Institut Seni Indonesia (ISI) Pa­dang Panjang, Muhammad Fadhli, menilai positif ke­pedulian Pemerintah Pro­vinsi (Pemprov) Sumbar terhadap pengembangan pariwisata berbasis ma­syarakat. Menurutnya, ke­pedulian dan upaya yang dilakukan sejauh ini perlu dipertahankan dan terus ditingkatkan, terkhusus dalam pengembangan desa wisata.

“Indikatornya dapat kita lihat dari banyaknya program pembinaan yang telah dilakukan Pemprov Sumbar melalui Dinas Pariwisata dan dinas terkait lainnya terhadap para prak­tisi desa wisata. Kita bisa lihat datanya di Jari­ngan Desa Wisata (Jadesta), di mana jumlah desa wisata di Sumbar terus meningkat dari tahun ke tahun,” ujar Muhammad Fadhli yang juga dikenal dengan sapaan Ajo Wa­yoik tersebut.

Disimak dari sebaran desa wisata di situs jadesta. kemenparekraf.go.id terbaru, Sumbar saat ini memiliki 561 desa wisata, dan masuk dalam jajaran tiga besar provinsi dengan jumlah desa wisata terba­nyak di Indonesia bersama Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Muhammad Fadhli meyakini, jumlah tersebut akan terus bertambah berkat pembinaan yang masih terus berjalan.

Pembinaan yang dilakukan Pemprov Sumbar, sambungnya, baik melalui pelatihan, pendampingan, awarding, dorongan ke­ikutsertaan pada iven nasional, dan berbagai bentuk perha­tian lainnya, sejauh ini telah membuat desa wisata di Sumbar menjadi salah satu motor kuat dalam perkembangan pariwisata di Sumbar.

“Pariwisata berbasis masyarakat atau community based tourism pada prinsipnya adalah pola pengelolaan pariwisata yang melibatkan masya­rakat, sehingga hasil dari pariwisata itu langsung kembali pada masyarakat. Tentu ini adalah pola stra­tegis dalam pemberda­yaan ekonomi masyarakat yang sesungguhnya,” kata Muhammad Fadhli yang saat ini juga menjabat Ke­tua Tim Satuan Tenaga Konselor Kepariwisataan Sumbar.

Muhammad Fadhli juga menilai, bahwa Pemprov Sumbar di bawah ke­pe­mimpinan Gubernur dan Wakil Gubernur, Mahyeldi-Audy, telah menelurkan berbagai kebijakan dan perhatian terhadap desa wisata, yang mejadi salah satu kunci bagi pertumbuhan pariwisata di Sumbar saat ini. Hal itu terbukti pula dengan sering kalinya desa wisata di Sumbar menda­pat sorotan hingga ke ting­kat nasional.

“Sumbar sudah membuktikan bahwa di tingkat nasional, desa-desa wisata yang ada dapat bersaing dengan desa wisata daerah lain. Terbukti juga, kunjungan ke desa-desa wisata unggulan seperti Kubu Gadang, Sumpu, Saribu Gonjong, Nyarai dan lain sebagainya, itu sangat berefek pada upaya memberdayakan masyarakat. Homestay laku, dan souvenir laku, kuliner laku. Apa­lagi, paket-paket wisata yang dikreasikan dengan sangat jenius oleh para pelaku di desa wisata itu sangat menarik,” sebutnya lagi.

Muhammad Fadhli juga mengakui efektivitas pe­laksanaan bimbingan teknis (bimtek), pendampi­ngan desa wisata, dan pe­laksanaan sejumlah iven yang melibatkan praktisi desa wisata di Sumbar sejauh ini. Bahkan, program-program yang telah diterapkan selama 4 tahun terakhir telah mampu membuat jejaring komunikasi antara desa wisata di Sumbar berjalan dengan sa­ngat baik.

“Ada paket-paket kola­boratif yang tercipta setiap kali para pelaku desa wisata bertemu pada kegiatan-kegiatan yang dihelat Pemprov Sumbar. Meski antardesa wisata berkompetisi, tapi hubungannya tetap sangat harmonis. Tidak ada yang saling menjelekkan atau saling menjatuhkan, yang terlihat justru adanya upaya saling mendukung. Ketika salah satu desa wisata menghelat iven, maka praktisi desa wisata lain akan datang membantu. Itu jamak terjadi,” katanya lagi. (fan)

Exit mobile version