PADANG, METRO–Baru saja dibuka untuk wisatawan pada Februari 2024 lalu, Objek Wisata Batu Runcing di kawasan Sungai Cocang, Silungkang Oso, Kecamatan Silungkang, Kota Sawahlunto semakin ramai dikunjungi wisatawan lokal dan luar Sumatera Barat (Sumbar). Objek wisata yang berada di ketinggian 600 mdpl itu, terdiri dari gundukan dua batu besar dan gundukan batu-batu kecil yang runcing-runcing di atas lahan seluas 2 hektar. Bebatuan ini hasil penelitian merupakan jenis batu gamping.
Kini kawasan Batu Runcing ini telah dipercantik, setelah dibangunnya fasilitas sarana dan prasarana pendukung seperti toilet, jalur pedestarian menuju kawasan Batu Runcing serta tugu di pintu masuk area kawasan Batu Runcing, pada tahun 2024 lalu. Badan Pengelola Harian Geopark Nasional Sawahlunto, Petra Ramadona, mengatakan, Batu Runcing salah satu geosite yang siap dikunjungi wisatawan.Petra menambahkan, batuan Batu Runcing yang tergolong batu gamping itu telah berumur 299 juta tahun silam. Di mana hasil penelitian yang telah dilakukan sejumlah akademisi dari berbagai perguruan tinggi, kawasan Batu Runcing yang merupakan kawasan perbukitan itu dulunya merupakan lautan.
“Tidak bisa dibayangkan bagaimana ini dulunya gunung dan perbukitan ini dulunya adalah laut. Tuhan menyuguhkan semuanya kepada masyarakat, bahwa saat ini Tuhan sedang tersenyum menciptakan bumi Silungkang dengan batu karst batu runcing dengan geomorfologi ke Utara kita bisa lihat Kabupaten Tanah Datar, Sijunjung dan Solok,” terangnya, saat menerima kunjungan Fam Trip Dinas Pariwisata Sumbar, pekan lalu. Objek Wisata Batu Runcing kini menjadi salah satu geosite destinasi, yakni, geo tourism atau geo wisata yang telah dikelola oleh masyarakat dan dibantu oleh Dinas Pariwisata Kota Sawahlunto.
Petra mengungkapkan, Batu Runcing yang berada di Silungkang ini sebuah formasi batu gamping yang dinamakan Formasi Silungkang. Di mana Batu Runcing ini jenisnya sama dengan yang berada di “kampung” atau Komplek Silungkang. Di mana formasi batu gamping yang sama jenisnya ini sampai ke kecamatan lain sampai ke Sijunjung. “Formasi bebtuan ini bahkan sampai ke kawasan Taratak Bancah hingga Muaro Kalaban,” ungkapnya.
Petra juga mengungkapkan keunikan lain geologi di Kota Sawahlunto. Di mana di kota ini tidak hanya menceritakan proses kebumian tentang batu yang berada di laut saja, tapi juga mengangkat tentang objek wisata bebatuan yang berasal dari air tawar. Seperti adanya batu fosil ikan gurami di Desa Tumpuk Tangah Kecamatan Talawi. “Geopark Nasional Sawahlunto mempunyai 22 geosite dan beberapa geosite jenis bebatuan yang sama,” terangnya. Petra menambahkan Geosite Batu Runcing tidak hanya menjadi objek wisata, tetapi juga menjadi tempat edukasi mahasiswa. Saat ini pihaknya juga menghadirkan sejumlah jurnal dan juga peta geowisata yang dibuat oleh LP2M UNP dan Dinas Pariwisata Kota Sahwlunto. “Kita juga sudah miliki peta jalur penelitian, peta jalur geo wisata,” terangnya.
Sawahlunto tidak hanya terkenal dengan objek wisata batu gamping ini saja. Sawahlunto menurutnya, merupakan jendela dari cekungan Ombilin. Di mana semua keberagaman geologi berada di dalam cekungan Ombilin yang ada di Sawahlunto.
Kepala Bidang Pemasaran dan Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata Kota Sawahlunto, Meldi Hidayah Martha mengatakan, setelah dibuka dua bulan lalu, pihaknya kini akan lebih giat lagi memasarkan objek wisata Batu Runcing ini, agar semakin banyak dikunjungi wisatawan. ”Wisatawan yang berkunjung saat ini, sejak dibuka Februari 2024 sudah mencapai 4 ribuan dalam jangka dua bulan. Antusiasme wisatawan yang berkunjung tidak hanya dari beberapa daerah tidak di Sumbar saja, tetapi juga sudah banyak datang dari Bandung, Jakarta dan lainnya,” ungkapnya. (fan)