Padang Multikultural Festival 2019, Festival Seni Budaya dengan Keberagaman Etnik

PADANG, METRO – Dinas Pariwisata Sumbar dan Himpunan Tjinta Teman (HTT) mengadakan PAMFest (Padang Multikultural Festival) yang salah satu bentuk acara dari Festival Cap Go Meh yang digelar di pelataran kelenteng lama, Kota Tua Padang, Sabtu (16/2).
Kegiatan yang akan berlangsung selama empat hari, 16 – 19 Februari ini akan menampilkan beraneka ragam bentuk kegiatan dan kreatifitas masyarakat Kota Padang dan bentuk lainnya kegiatan ini juga dalam menyambut Tahun Baru Imlek.
Curator atau Artistic Director, Edy Utama mengatakan, bahwa kegiatan PAMFest merupakan festival seni budaya yang mencoba mengekpresikan keberagaman budaya etnik yang nantinya akan dimulai pada pukul 20.00 WIB hingga selesai. “Sebagai festival pertama, PAMFest hanya akan menampilkan komunitas etnik yang ada di Sumbar. Semoga festival berikutnya bisa mengakomodasi keragaman seni budaya dunia,” katanya.
Ia menambahkan, penampilan tahun ini, antara lain sebuah karya kolaborasi dari sejumlah musisi dari ISI Padangpanjang yang dikoordinir oleh grup musik Talago Buni. Karya ini akan mencoba mendialogkan budaya nusantara dari berbagai etnik, mulai dari Aceh, Batak, Sunda, Jawa, Bali, Papua, Minangkabau dan lain sebagainya, dalam sebuah komposisi musikal yang baru. Karya kolaborasi ini akan ditampilkan pada acara pembukaan, 16 Februari 2019.
“Kemudian kelompok berikutnya yang akan tampil adalah, sebuah grup musik Gambang Padang Long See Tong. Sebuah kelompok yang meneruskan tradisi musik Tionghoa Perantauan. Berikut ada kelompok musik Campur Sari Tambo Hati dari Sawahlunto, yang mengembangkan tradisi dari Jawa menjadi sesuatu populer,” terangnya.
Selain itu ungkapnya, akan tampil juga tarian perang dan balanse madam dari masyarakat Nias di Kota Padang. Ada pertunjukan manotor (tor-tor) dari masyarakat Batak. Nyanyian rakyat atau lagu daerah dari Mentawai juga akan ditampilkan Perkumpulan Mahasiswa Katolik Mentawai.
Kemudian ada pertunjukan nuansa musik khas Minangkabau dari dataran tinggi Sumatera Barat serta pesisiran yang akan diusung dalam pertunjukan yang dinamakan Bagurau Saluang Dendang dan Rabab. “Banyak lagi kegiatan dalam acara tersebut. Yang terakhir, atraksi lain juga disaksikan adalah dialog atraksi budaya antara Kuda Lumping Bina Satria dan Singa Peking dari Himpunan Tjinta Teman,” ujarnya.
Edi pun berharap, efek dari PAMFest ini nantinya akan berlanjut. Para musisi yang ikut terlibat akan terdorong untuk berkarya secara kolaborasi. Kepada masyarakat Kota Padang khususnya, Edi meminta agar turut datang meramaikan kegiatan PAMFest yang akan dilaksanakan di pelataran kelenteng lama.
“Sepanjang kegiatan festival berlangsung, saya mengharapkan setiap seniman atau komunitas seni terpanggil atau terdorong untuk saling bekerja secara kolaboratif ,” ujarnya. (heu)

Exit mobile version