PADANGPARIAMAN, METRO – Meskipun Badan Usaha Milik Nagari (BUMNag) se Sumatera Barat hingga kini masih mencari-cari formulasi yang cocok untuk usahanya, sehingga ekonomi masyarakat meingkat. Namun, BUMnag Pakandangan, Kecamatan Enam Lingkung, Kabupaten Padangpariaman dari mulai berdiri langsung melakukan terobosan jitu.
BUMNag Pakandangan Emas yang didirikan pada akhir tahun 2017 tersebut, hingga kini telah menapak dengan usaha yang dapat merebut hati dan meningkatkan ekonomi masyarakat.
BUMNag Pakandangan Emas menjalani usaha dengan konsep syariah. Produknya, simpan pinjam syariah, bank sampah, pertanian, budidaya jagung dan home industri.
”Tahap awal, kita menjalankan simpan pinjam syariah. Simpan dulu, baru bisa minjam,” kata Direktur BUMNag Pakandangan Emas, Syaiful Rahman di Pakandangan, Kabupaten Padangpariaman, kemarin.
Ia mengatakan, modal dasar BUMNag Pakandangan Emas senilai Rp 225 juta. Modal itu didapatkan dari Kemendes PDTT, lalu saham dari berbagai lapisan masyarakat di kabupaten tersebut. Banyak pemegang saham di BUMNag Pakandangan Emas. Tujuannya, agar banyak yang tahu dan memberikan perhatian.
Ia kemudian memberikan ilustrasi, di wilayah tersebut, selama ini, kehidupan masyarakat cenderung agak tergantung kepada rentenir. Pinjam empat, bayar tujuh. Masyarakat tak bisa bergerak banyak. Kehidupan mereka terkungkung, berbalut utang.
BUMNag Syariah Pertama
Berangkat dari kondisi tersebut, BUMNag Pakandangan Emas menghadirkan produk syariah. “BUMNag Pekandangan Emas merupakan BUMNag Syariah pertama,” ujarnya.
Konsep usaha yang dijalankan melalui BUMNag Pakandangan Emas, lahan pertanian untuk budidaya jangung disewa dari lahan masyarakat. Pemilik lahan yang sudah menerima sewa, dilibatkan untuk menggarap hingga panen. Selama proses menggarap hingga panen, mereka menerima bagi hasil.
Sedangkan produk simpan pinjam syariah mengkedepankan simpanan. Diantaranya simpanan dalam bentuk tabungan haji, tabungan akikah, tabungan nikah, tabungan Idul Fitri dan tabungan pendidikan. ”Tak satu pun dikenakan biaya pendaftaran atau administrasi,” ungkapnya.
Jadi, berapa pun dana yang disimpan tak akan berkurang. Selama empat bulan berjalan, sudah ada 900 orang yang menyimpan di BUMNag tersebut.
Ada 150 hektare lahan tidur di Kanagarian Pakandangan. Terlantarnya lahan produktif tersebut karena selain sudah banyak yang merantau, masyarakat juga khawatir terjadi gagal panen. Akhirnya mereka memilih untuk beralih ke mata pencaharian lain.
Menyikapi kondisi itu, Syaiful Rahman mencari alternatif. “Kita sewa lahan tidur tersebut, lalu kita garap bersama mereka,” katanya.
Pengelolaan yang dilakukan, diwujudkan dalam bentuk komitmen bersama. Lahan disewa pertahun, lalu diolah melalui pengelolaan Badan Usaha Milik Nagari (BUMNag). Tenaga yang dikerahkan untuk menggarap lahan tersebut ditawarkan terlebih dahulu kepada pemilik lahan, dan dibayar berdasarkan kesepakatan yang nilainya bervariasi. “Saat panen, mereka juga diberitakan bagi hasil,” kata Syaiful.
Kini, sudah delapan hektare lahan tidur masyarakat yang disewa BUMNag Pakandangan Emas, dan sebanyak 3,5 hektare sudah ditemani jagung. Panen perdana bulan depan.
“Sisanya belum bisa kami garap karena terbentur modal awal,” katanya sembari menyebutkan bahwa setiap hektare dibutuhkan anggaran Rp 20 juta untuk persiapan lahan hingga panen. Hasil panen 6 ton sama dengan Rp30 juta.
Pengelolaan pertanian jagung tersebut merupakan salah satu dari tiga unit usaha yang dilakukan BUMNag Pakandangan Emas. Usaha lain adalah Unit Simpan Pinjam Syariah dan Bank Sampah.
Unit Bank Sampah juga sudah menghasilkan. Diakui, nilainya masih kecil, rata-rata Rp 2 juta perbulan. Pengelolaannya masih terbatas karena belum lengkapnya peralatan.
“Mesin yang kami miliki saat ini masih belum bisa digunakan untuk pengolah plastik,” katanya sembari menyebutkan bahwa jika mesin itu sudah bisa digunakan maka sampah plastik akan bisa diolah menjadi minyak tanah dan fapping blok.
Saat ini nasabah bank sampah sudah ada sebanyak 220 orang yang bersedia mengumpulkan sampah untul dijual.
Sampah yang sudah dikumpulkan masyarakat dibeli mulai dari harga Rp 300 sampai Rp 3 ribu, tergantung dengan jenis plastik yang dikumpulkannya.
“Artinya, kehadiran BUMnag Pakandangan hingga kini telah dirasakan kehadirannya oleh masyarakat. Apalagi berbagai produksi masyarakat yang tergabung dalam home industri juga kita tampung disini untuk dipasarkan. Ke depan kita akan terus mengembangan BUMnag ini,” ungkapnya.
Kemudian kata Syaiful, hingga kini sekitar 150 hektare lahan tidur di Kanagarian Pakandangan telah digarap. “Lahan tidur ini harus digarap,jika dibiarkan, betapa meruginya kita,” katanya
Namun demikian katanya, dalam pengelolaan yang dilakukan, diwujudkan dalam bentuk komitmen bersama. Lahan disewa pertahun, lalu diolah melalui pengelolaan Badan Usaha Milik Nagari (Bumnag). Tenaga yang dikerahkan untuk menggarap lahan tersebut ditawarkan terlebih dahulu kepada pemilik lahan, dan dibayar berdasarkan kesepakatan yang nilainya bervariasi. “Saat panen, mereka juga diberitakan bagi hasil,” katanya.
Kini, sudah delapan hektare lahan tidur masyarakat yang disewa Bumnag Pakandangan Emas, dan sebanyak 3,5 hektare sudah ditemani jagung. Panen perdana bulan depan. “Sisanya belum bisa kami garap karena terbentur modal awal,” katanya. (efa)