Cerita Pilu Nenek Darna kepada Edriana

Di Usia Tua harus Berjuang Sendiri untuk Bertahan Hidup
Seorang nenek tua, dengan badannya basah oleh keringat dan terlihat lemah, menjinjing baki di atas kepalanya. Di atas bakinya terdapat bungkusan plastik yang berisi beberapa buah jeruk yang masih segar. Nenek itu bernama Darna. Nama kecilnya Pik Nuik. Sehari-hari dirinya harus menjajakan dagangan buah jeruk untuk berjuang memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Swari Arfan— Padang
Di usia tuanya yang sudah mencapai 70 tahun, Nenek Darna seharusnya bisa menikmati sisa hidupnya dengan tenang dan damai di rumah, bersama anak dan cucunya, seperti kebanyakan perempuan seusianya di Kota Padang. Namun, Darna termasuk warga yang kurang beruntung.
Dirinya terpaksa harus berjuang di jalan untuk bertahan hidup. Dia berjalan setapak demi setapak, menghirup debu jalan dan asap knalpot kendaraan. Masuk ke kedai-kedai, rumah makan dan toko-toko di sepanjang Jalan By Pass, berharap agar ada yang membeli dagangannya.
Meski kulit sudah mulai mengeriput, pandangan mata yang sudah kabur dan harus menghadang terik matahari dan guyuran hujan, Darna harus berjuang menjajakan buah-buahan agar habis terjual, demi periuknya tetap mengepul. Suatu hari, Senin (5/11) dia memasuki salah satu kafe di kawasan Jalan Bypass Padang. Kali ini dia bertemu seorang perempuan.
Darna pun menawarkan buah dagangannya kepada perempuan berjilbab yang duduk di kafe itu. “Nak balilah nak. Limau manih amak ko. (nak belilah nak, jeruk manis nenek ini-red),” ujar Darna sambil menawarkan buah-buahan kepada perempuan itu.
Perempuan berkacamata itu kemudian menoleh kepada Darna. Perempuan itu memperkenalkan dirinya dengan ramah. Namanya, Edriana. Edriana pun mengajak Darna mengobrol. Menanyakan namanya, tempat tinggalnya dan tentang usahanya menjajakan dagangan buah-buahan dan kisah hidupnya.
Darna pun bercerita panjang lebar tentang perjalanan hidupnya. Darna dengan mata sendu menceritakan bahwa dirinya harus berjuang menjual buah-buahan ala kadarnya, hanya demi untuk bertahan hidup, karena dirinya tidak memiliki siapa-siapa lagi. Meski dalam keadaan susah, dirinya tetap berusaha dan berjuang. Tidak mau mengharapkan belas kasih orang lain, dan selalu berdoa dan beribadah di sisa umurnya.
Darna bercerita bagaimana pahit getir hidup yang dijalaninya. Bagaimana dirinya dicuekin pembeli saat menjajakan buah-buahannya. Semuanya dijalani dengan sabar dan ikhlas. Darna bercerita bagaimana dirinya harus sakit-sakitan berjalan puluhan kilometer menjajakan buah-buahan.
Mendengar cerita kisah hidup Darna, Edriana tak sanggup menahan perasaan emosionalnya. Dirinya langsung memeluk nenek tua renta itu. Matanya berkaca-kaca. Tanpa pikir panjang, dirinya langsung membeli seluruh dagangan buah-buahan milik Darna.
Edriana, yang juga seorang Aktivis Perempuan itu, mengungkapkan, begitu banyak Amai-amai (perempuan tua-red) yang hidup di bawah garis kemiskinan dan harus bekerja keras hidup memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Dengan kehidupan yang dijalani sekarang, Edriana merasa cukup beruntung dibandingkan nenek Darna. Dengan pertemuan dan kisah yang dibawa Darna, Edriana menjadi begitu bersemangat untuk memperjuangkan nasib amai-amai seperti Darna. Tidak hanya di Kota Padang saja, mungkin ada banyak amai-amai di Sumbar yang mengalami nasib yang sama dengan Darna.
Sebagai seorang aktivis yang sudah berkiprah di tingkat nasional dan internasional, perjuangan itu akan dilakukan Edriana dengan mendorong pemerintah untuk lebih memperhatikan nasib amai-amai di mana pun berada.
“Pemerintah harus memberikan dana-dana stimulus agar amai-amai tersebut mendapatkan modal usaha, mendapatkan kartu miskin,” ujar Edriana.
Ia menambahkan, dengan bisa mendapatkan bantuan rutin dan bantuan kesehatan, maka tidak akan ada amai-amai yang mengalami nasib yang sama dengan Darna. “Insya Allah, saya ingin memperjuangkan dan memberikan bantuan konkrit dana stimulus, membantu modal usaha amai-amai yang hidup di bawah garis kemiskinan nantinya,” ungkap Edriana dengan penuh semangat. (**)

Exit mobile version