Musim Penghujan “Waspada DBD” Dinkes Ingatkan Terapkan 3M

PADANG, METRO
Hujan deras yang melanda sebagian besar wilayah di Provinsi Sumbar di penghujung tahun 2020 ini, berpotensi penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di tengah masyarakat.

Di Kabupaten Pasaman Barat saja, hingga awal November 2020 ini kasus DBD mencapai 90 kasus. Dibandingkan periode yang sama, pada 2019 terjadi penurunan kasus. Pada 2019 lalu hingga awal November jumlah kasus DBD mencapai 121 kasus.

Untuk jumlah kasus selama 2019 mencapai 136 kasus dengan satu orang meninggal dunia. Sementara, tahun 2020 ini hinga awal November belum ada yang meninggal. Penyebaran DBD banyak ditemukan di daerah Simpang Empat, Suko Mananti Kecamatan Pasaman, Ophir Kecamatan Luhak Nan Duo dan Kinali.

“November ini hampir setiap hari hujan. Masyarakat harus tetap waspada DBD. Kita harapkan, masyarakat jangan abai dengan potensi penyakit lainnya yang berbahaya, selain Covid-19 ini. Kita tetap koordinasi dengan dinas kesehatan kabupaten dan kota untuk tetap mensosialisasikan bahaya DBD ini,” ungkap Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Sumbar, Arry Yuswandi, kemarin.

Arry mengatakan, perlu adanya peran serta masyarakat untuk mencegah dan mengendalikan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD). Kegiatan yang optimal adalah melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan cara 3 M Plus melalui Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J).

Kegiatan 3M meliputi, menguras tempat penampungan air minimal 1 minggu sekali, menutup tempat penampungan air, mendaur ulang atau memanfaatkan kembali barang bekas yang memiliki potensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD.

“Kalau mengatasi DBD itu cara yang ampuh itu adalah dengan 3 M tadi. Kalau dengan foging itu lebih pada membunuh nyamuk dewasa, sementara jentik nyamuk masih banyak dalam air. Untuk itu kita lebih utamakan pencegahan, dari pada foging semata,”pungkasnya.

Di musim hujan ini, populasi nyamuk Aedes Aegypti akan meningkat, karena telur akan menetas ketika habitat perkembangbiakannya mulai tergenang air hujan.

Kondisi tersebut akan meningkatkan populasi nyamuk sehingga dapat menyebabkan peningkatan penularan penyakit DBD. Kelangsungan hidup nyamuk akan lebih lama bila tingkat kelembaban tinggi selama musim hujan. Sehingga masyarakat harus lebih waspada pada saat memasuki musim hujan.

Dijelaskannya, DBD adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Virus ini ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk. Nyamuk Aedes aegypti betina merupakan vektor utama penyebab DBD.

Gejala DBD ditandai dengan demam mendadak, sakit kepala, nyeri belakang bola mata, mual dan manifestasi pendarahan seperti mimisan atau gusi berdarah serta adanya kemerahan di bagian permukaan tubuh pada penderita.

Pada umumnya penderita DBD akan mengalami fase demam selama 2-7 hari, fase pertama penderita akan merasakan demam yang cukup tinggi 400C pada hari ke 1- 3; kemudian pada fase kedua penderita mengalami fase kritis pada hari ke 4-5. Fase ini penderita akan mengalami turunnya demam hingga 370C dan penderita akan merasa dapat melakukan aktivitas kembali (merasa sembuh kembali).

Di fase yang ketiga akan terjadi pada hari ke 6-7, penderita akan merasakan demam kembali. Fase ini dinamakan fase pemulihan. Di fase inilah trombosit akan perlahan naik kembali normal kembali.(fan)

Exit mobile version