PDG.PARIAMAN, METRO
Kabupaten Padangpariaman sejauh ini berhasil mencatatkan diri sebagai salah satu lumbung padi atau lumbung pangan utama di Sumbar. Hal itu dibuktikan dengan surplus beras yang berhasil diraih daerah ini, yang mencapai 128 ribu ton setiap tahunnya. Meski demikian seperti diakui Kadis Pertanian dan Ketahanan Pangan, Pemkab Padangpariaman, Yurisman Yaqub.
Kelebihan produksi beras yang dihasilkan oleh Padangpariaman tersebut ke depannya tentunya perlu upaya pengamanan lebih jauh lagi, sehingga diharapkan surplus produksi beras yang dicapai Padangpariaman tersebut bisa berdampak secara nyata terhadap ketahanan ekonomi, ketahanan pangan maupun kesejahteraan ekonomi masyarakat petani yang ada di daerah ini.
“Pasalnya bias dikatakan hampir setiap musim panen tiba, biasanya banyak pedagang dari luar daerah yang datang membeli padi ke Padangpariaman. Padi tersebut biasanya banyak dibawa ke luar daerah, dan begitu telah diolah menjadi beras, namanya bukan lagi beras Padangpariaman,” ungkap Kadis Pertanian dan Ketahanan Pangan Pemkab Padangpariaman, Yurisman Yaqub saat dihubungi di ruang kerjanya baru-baru ini.
Untuk itulah pihaknya berharap agar ke depannya OPD terkait yang menangani UMKM atau pun pedagangan hendaknya bisa mengambil langkah-langkah penting untuk itu, seperti bagaimana menyiapkan program hilirisasi dari produksi padi atau beras yang dihasilkan para petani di daerah Kabupaten Padangpariaman ini.
“Kalau bisa ke depannya produk padi asal Padangpariaman ini sedapatnya jangan sampai dijual ke luar, tapi sudah dijual dalam bentuk beras. Begitu pula kelebihan produksi beras yang ada ke depannya juga kalau bisas diolah menjadi produk jadi produk tepung beras atau dalam bentuk produk atau makanan jadi lainnya,” terangnya.
Pihaknya mengaku optimis jika hal itu bisa dilakukan, tentunya hasilnya akan sangat positif dalam memberikan penghasilan lebih terhadap para petani di daerah ini. Sehingga dengan begitu kesejahteraan petani juga akan lebih meningkat dengan sendirinya.
Hal itu tentunya sangat beralasan, terlebih sebut Yurisman Yaqub, melihat besarnya tingkat surplus beras yang dihasilkan Kabupaten Padangpariaman yang mencapai lebih dari 128 ribu ton pertahunnya.
“Artinya jika dihitung-hitung jumlah surplus kita yang mencapai 128 ribu ton itu, jika dikalikan harga jual beras saat ini Rp12.500/kg, maka lebih kurang kita telah menyumbang sekitar 160 miliar terhadap PDRB Padangpariaman. Inikan jelas nilai yang sangat prestisius sekali,” ungkapnya.
Karena itulah ke depannya pihaknya berharap agar produksi kelebihan beras yang dihasilkan oleh daerah ini idealnya bisa dikembangkan lagi sedemikian rupa, sehingga ke depannya bisa mendatangkan dampak ekonomi yang lebih menjanjikan bagi masyarakat dan kesejahteraan para petani di daerah ini. “Untuk itulah harapan kita ke depannya hal ini tentunya perlu menjadi perhatian khusus oleh OPD terkait, khususnya yang menangani masalah perdagangan dan UMKM,” bebernya.
Vaietas Papanai dapat Pengakuan Pusat
Di pihak lain, perjuangan panjang jajaran Pemkab Padangpariaman untuk mendapatkan pengakuan dari pemerintah Pusat terkait keberadaan varietas bibit unggul Papanai, yang merupakan varietas unggul asal daerah Kabupaten Padangpariaman akhirnya berbuah manis.
Terbukti, tercatat tanggal 22 Januari 2020 baru-baru ini, varietas Papanai berhasil mendapatkan pengakuan dari Kementrian Pertanian RI, sebagai salah satu varietas unggul asal Kabupaten Padangpariaman.
Selanjutnya, varietas beras unggul Papanai ini bakal segera diedarkan secara resmi di seluruh Indonesia. “Alhamdulillah kita tentunya sangat bersyukur, karena perjuangan kita untuk mendapatkan pengakuan dari pemerintah pusat, yang sebelumnya dimotori oleh Pak Bupati, akhirnya bisa terwujud seperti diharapkan. Hal itu tentunya merupakan catatan sejarah penting bagi daerah Kabupaten Padangpariaman,” terang Yurisman.
Diakuinya, secara umum dibandingkan beberapa jenis varietas lainnya, seperti beras IR 42 dan yang lainnya, varietas unggul Papanai memang terbilang lebih menjanjikan. Salah satunya, tingkat produksinya bahkan bias mencapai 6-8 ton perhektarenya.
Hasil ini tentunya jauh lebih menjanjikan dibandingkan varietas lain yang produksinya hanya berkisar 5 s-d 6 ton perhaktarenya.
“Makanya kita jelas sangat optimis jika ke depannya varietas Papanai ini bakal diminati oleh masyarakat petani di Indonesia. Karena bagaimanapun masyarakat tentunya cenderung memilih jenis bibit unggul yang hasilnya lebih menjanjikan. Apalagi jika dalam pemeliharaannya juga didukung system irigasi yang baik pengendalian hama secara tepat dan cara pemupukan yang benar serta didukung lahan yang subur, tentunya hasilnya bisa lebih baik lagi,” terangnya.
Menurut Yurisman, varietas unggul Papanai yang awalnya beremrio dari varietas Cisokan Putiah ini, juga memiliki beberapa keunggulan lain. Seperti tahan terhadap hama tungro atau hama wereng batang coklat, tahan terhadap serangan penyakit blas, di samping berasnya lebih putih, dan rasanya yang enak.
“Ini tentunya merupakan tonggak sejarah tersendiri bagi kita masyarakat Padangpariaman dan tentu saja bagi insan pertanian. Karena daerah kita telah memiliki sumber plasma nutfah dan varietas yang dapat dibanggakan ,” ujarnya.
Sebelumnya Bupati Ali Mukhni juga tak urung mengapresiasi perjuangan keras jajaran Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Padangpariaman dalam memperjuangkan varietas Papanai sebagai varietas unggul asal Kabupaten Padangpariaman.
“Ini tentunya merupakan inovasi Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Padangpariaman. Sehigganya, di daerah ini diharapkan tak ada satu jengkal tanah pun yang tak bernilai ekonomis,” ungkapnya. (efa)


















