PARIAMAN, METRO–Pengusulan Tabuik sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) atau Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa, kemarin, dimulai Wali Kota Pariaman Yota Balad dikunjungi tim dari Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah III Sumatera Barat, yang berada dibawah Kementerian Kebudayaan (Kemenbud) RI.
Rombongan dari BPK Wilayah III Sumatera Barat Kemenbud RI ini, terdiri dari Ketua Tim Kerja WBTB BPK Wilayah III Sumatera Barat Hasanadi, Ketua Tim Studi Pamong Budaya (PB) Ahli Muda Efrianto, Anggota Tim Studi PB Ahli Muda Sefiani Rozalina, anggota tim studi PB Ahli Pertama Kadril dan Rahma Dona serta anggota Tim Studi Pengolah Data Yudha Abirangga.
Sedangkan dari Pemerintah Kota Pariaman, Wako Pariaman ini didampingi oleh Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Pariaman, Emri Joni dan Kasubag Umum dan Program Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Pariaman, Srinely Osya.
Wali Kota Pariaman Yota Balad menyebutkan bahwa Pemerintah Kota Pariaman tengah mempersiapkan langkah strategis untuk mengusulkan festival tabuik sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) yang diakui secara internasional oleh UNESCO. “Wacana ini mencuat, setelah Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon meresmikan Museum Budaya Kota Pariaman dan Puncak Pesona Budaya Hoyak Tabuik Piaman 2025 kemarin, dimana beliau yang berinisiatif, untuk mengusulkan tabuik sebagai WBTW UNESCO,” ulasnya.
Yota Balad menjelaskan bahwa untuk melestarikan tabuik ini, pihaknya selaku Pemerintah Daerah telah menjadikan tradisi tabuik digelar setiap tahun di Kota Pariaman, yang bukan hanya sekadar perayaan budaya, melainkan sarat akan nilai sejarah, spiritual, dan sosial. “Untuk melestarikan Tabuik ini, disetiap prosesi kita menginstruksikan agar anak tabuik, atau anak gandang, berasal dari anak-anak atau remaja, sehingga mereka dapat memahami dan mengerti akan tradisi Tabuik ini, sebagai regenerasi tradisi Tabuik ini kedepanya,” ungkapnya.
Dia meyakini, bahwa tabuik memiliki kekuatan budaya yang layak diakui dunia internasional. “Tabuik bukan sekadar tontonan, tetapi juga cerminan jati diri masyarakat Pariaman yang penuh semangat gotong royong, religius, dan memiliki akar sejarah kuat,” ujarnya.




















