PARIAMANA, METRO–Tong sampah yang biasanya berfungsi sebagai tempat pengumpulan sampah di lingkungan SMAN 3 Kota Pariaman tiba-tiba menghilang dari lingkungan sekolah kebanggaan warga Kota Pariaman ini, Lalu apa pasal? Usut punya usut, ternyata hilangnya tong sampah di sekolah tersebut terkait terobosan baru yang digagas sekolah yang dipimpin Drs. Zulfahmi ini dalam upaya penanganan sampah di lingkungan sekolah yang dinamakan Sentosa, singkatan dari sekolah anti sampah.
Seperti diakui Kepala SMAN 3 Kota Pariaman, Drs. Zulfahmi,MM, didampingi Waka Humas SMAN 3 Pariaman, Lasrita Sofia, bahwa hilangnya tong sampah di sekolah yang dipimpinnya itu merupakan bagian dari upaya untuk lebih menjaga kebersihan lingkungan di lingkungan sekolah tersebut. “Jadi sejak tidak adanya kehadiran tong sampah maka lingkungan sekolah justeru menjadi lebih bersih, demikian pula tentunya juga bisa terhindar berbagai kuman penyakit, ”terangnya.
Melalui gerakan program sekolah anti tong sampah yang digagas di sekolah ini diharapkan ke depannya suasana kebersihan di lingkungan sekolah bisa lebih terjamin, demikian pula sampah yang ada juga bisa termanfaatkan dengan baik, termasuk diolah menjadi berbagai bahan produktif, seperti batu bata ataupun pavin block. “Harapan kita tentunya melalui kegiatan ini kesadaran warga sekolah dalam hal penanganan sampah juga bisa meningkat, begitu pula halnya meningkatnya kepedulian mereka dalam menjaga dan memelihara kebersihan lingkungan,” terangnya.
Juga tidak kalah pentingnya, dengan adanya program tersebut juga diharapkan bisa menumbuhkan budaya kesadaran dan kepedulian dalam menciptakan lingkungan bersih, tentunya sesuai dengan program pemerintah yaitu program Adiwiyata. “Sebelumnya sekolah kita ini bahkan sempat akan menuju penghargaan Adiwiyata Nasional, namun berhubung adanya terpaan covid, maka program itu secara otomatis terhenti dengan sendirinya. Akibatnya kita terpaksa harus kembali mengulang dari awal lagi. Mudah-mudahan saja langkah dan terobosan yang kita rancang saat ini bisa mengembalikan citra sekolah sebagai sekolah Adiwiyata seperti beberapa tahun sebelumnya.
Senada dengan itu diakui Waka Humas SMAN 3 Pariaman, Lasrita Sofia SPd,M.Pd, menurutnya, hadirnya program Sentosa atau sekolah anti tong sampah di sekolah tersebut berawal dari tantangan yang diberikan oleh Kepala SMAN 3 Kota Pariaman, Drs. Zulfahmi yang sempat meminta dirinya bagaimana agar tong sampah di sekolah itu bisa dilenyapkan atau ditiadakan saja. “Karena itulah saya a langsung menyanggupi makanya selanjutnya seluruh tong sampah yang ada di lingkungan sekolah dibuang dari tempatnya semula. Dan selanjutnya kepada anak-anak juga diminta agar bisa memilih dan memilah sampahnya masing-masing,” terangnya.
Selama ini lanjut Larita Sofia, kehadiran sampah di lingkungan SMAN 3 Pariaman memang menjadi permasalahan tersendiri bagi pihak sekolah, terlebih mengingat banyaknya jumlah warga sekolah yang mencapai seribuan orang. Tak heran dengan jumlah sebanyak itu, sampah yang dihasilkan perharinya bisa mencapai sekitar 10 kiloan atau sekitar 300 Kg perbulannya.
Belakangan program sekolah tanpa tong sampah tersebut justeru mampu melahirkan kreatifitas lain yang sifatnya sngat konstruktif. Buktinya, bahan baku sampah yang ada akhirnya bisa diolah menjadi berbagai bahan produktif, seperti untuk pembuatan pavin block maupun bahan batu bata lainnya. “Selain itu sesuai arahan kepala sekolah kita rencanya juga akan menyiapakan kehadiran tugu berupa monumen lengkap dengan ecobriknya. “Jadi walaupun terbuat dari bahan dari sampah namun hal itu nantinya bisa dijadikan sebagai spot oleh para tamu untuk berfoto. Begitu pula monumennya juga akan dibuatkan historynya barkotnya. Jadi bagi tamu yang yang ingin berfoto bisa dilakukan di sana,” terangnya. (efa)
Komentar