Katumbak Ditetapan Kementerian sebagai Warisan Budaya RI

Bupati Padangpariaman Suhatri Bur

PDG.PARIAMAN, METRO–Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia melalui Dirjen Kebudayaan Resmi menetapkan Katumbak dan Batagak Kudo Kudo sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia dari Padangpariaman.  Penetapan itu dilakukan setelah pada sidang Penetapan Warisan budaya tak benda Indonesia. Diterapkannya Katumbak dan batagak Kudo ku­do ini sebagai WBTbI ini, bersama dengan 14 lainnya yang diusulkan sebagai oleh Provinsi Sumbar yang diusulkan oleh seluruh Kabupaten Kota se Sumatera Barat.

Bupati Padangpariaman Suhatri Bur, meng­apre­siasi dan menyampaikan terimakasih Atas dite­tap­kannya kutumbak dan Batagak Kudo Kudo ini, katanya kedua warisan ini merupakan warisan budaya leluhur yang turun temurun yang hidup dalam wilayah Padangpariaman.  “Ya Batagak Kudo Kudo dan Katumbak ini merupakan warisan budaya leluhur trun temurun yang masih hidup sampai hari ini, oleh karena telah dite­tap­kan sebagai WBTbI, ma­ka keduanya harus kita jaga dan kita lestarikan secara terus menerus” ajaknya

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pa­dang­pariaman Anwar di dam­pingi Kabid Kebuda­yaan Ade Novalia Merasa senang dan bangga atas ditetapkannya 2 usulan dari Padangpariaman.  “Da­­ri kedua usulan kita ini Alhamdulillah keduanya ditetapkan sebagai WBTbI. Kita berupaya terus mela­kukan pembinaan dan melestarikan warisan tersebut sebagai milik masyarakat Padang Pariaman,” jelasnya.

Penetapan ini sebutnya, menambah daftar Panjang Warisan Budaya Tak Benda Indonesia dari Padang Pariaman dimana sebelumnya beberapa wa­ri­san budaya yang tumbuh dan berkembang di Padangpariaman juga telah dite­tap­kan sebagai WBTbI, yai­tu tradisi Maanta Juadah, Bungo Lado dan Mauli Nabi

Katumbak

Katumbak adalah suatu ensambel musik yang hid­up dan berkembang di Kabupaten Padangpariaman. Musik Katumbak terbentuk dari perpaduan unsur musik dan instrumen musik yang berasal dari budaya yang berbeda, se­perti musik Minang, musik Melayu, musik dangdut dan musik India. dari perpaduan tersebut melahirkan karakter musik katumbak, terutama pada bagian jenis lagu dan aransemennya. instrumen yang digunakan dalam ensambel katumbak adalah rabunian (harmonium), gandang ka­tum­bak(gendang bermuka dua), mambo (gendang bermuka satu berbentuk ta­bung kerucut), dan giriang-giriang (tambourin), yang dimainkan untuk me­ngi­ringi vokal.

Alat musik katumbak telah dimanfaatkan dalam berbagai konteks budaya dan seni. Penggunaan katumbak dalam pertunjukan seni tradisional, upacara adat, atau festival budaya dapat meningkatkan apresiasi dan pemahaman ma­sya­rakat terhadap nilai-nilai budaya lokal. Selain itu, inovasi dalam penggunaan katumbak dalam karya seni baru juga dapat mendorong perkembangan seni dan industri kreatif lokal. Pemberdayaan Masyarakat oleh Ma­sya­ra­kat Padangpariaman da­lam pengembangan budaya katumbak. Pembentukan kelompok-kelompok seni dan budaya sebagai wadah untuk menjaga dan mengembangkan tradisi ini. Pemerintah Daerah terus memberikan dukungan.

Katumbak khas Padang Pariaman tetap akan dilestarikan dan dikembangkan sebagai bagian penting dari warisan budaya Indonesia. Selain memperkuat identitas budaya lokal, ju­ga memberikan manfaat eko­nomi dan sosial bagi masyarakat Padang Pariaman, serta mempromosikan keberagaman budaya Indonesia secara lebih luas.

Batagak Kudo Kudo

Padangpariaman me­ru­pakan salah satu Kabupaten di Sumatera Barat yang memiliki beragam kebudayaan dimana kebudayaan tersebut sampai saat ini masih dipertahanan oleh masyarakatnya, seperti tradisi Batagak Ku­do-kudo. Istilah Batagak Kudo-Kudo sendiri diambil dari Bahasa Minang yang berarti menegakkan kuda-kuda. Disebut Batagak ku­do-kudo karena diambil dari filosofi kuda, yang mana kuda memiliki kaki 4 (empat), tegap berdirinya dan kuat.   Tradisi Batagak Kudo-kudo merupakan tradisi gotong royong dalam membangun rumah atau Surau, kemudian dilaksanakan dengan cara mengundang seluruh lapisan ma­sya­rakat setempat setelah bangunan siap untuk diatap.  Hal ini bertujuan untuk membangun sebuah rumah atau surau agar dilakukan secara bergotong royong.(efa)

Exit mobile version