Diakuinya, meski daerah Kabupaten Padangpariaman tidak termasuk daerah dengan tingkat inflasi tinggi, seperti yang ada di Kota Bukittinggi dan Kota Padang, namun tetap saja pihaknya dari Dinas Perdagangan terus berperan aktif memantau setiap perkembangan harga-harga yang ada di pasaran. Hal itu menurutnya sekaligus dimaksudkan sebagai langkah antisipasi agar tingkat inflasi di daerah ini bisa terus ditekan, tentunya sesuai dengan langkah-langkah yang akan diambil nantinya.
Disebutkan, terjadinya kenaikan beberapa harga komoditi maupun barang-barang kebutuhan pokok lainnya, tentunya tidak terlepas dari berbagai kondisi yang melingkupinya. Baik itu akibat berkurangnya stok di pasaran, apakah itu disebabkan terjadinya gagal panen akibat pengaruh atau fakto cuaca dan lain sebagainya. “Faktor kesulitan transfortasi secara tidak langsung tentunya juga ikut berpengaruh terhadap kenaikan harga-harga di lapangan. Apakah itu akibat adanya gangguan atau hambatan di jalan raya yang menyebabkan meningkatnya kost yang harus dikeluarkan, ataupun karena faktor jauhnya jarak tempuh yang harus dilalui untuk mengangkut berbagai komoditi yang ada. “Meski demikian untuk daerah kita Kabupaten Padangpariaman, alhamdulillah kenaikan harga bahan pokok atau tingkat inflasi itu tidak terlalu berpengaruh, karena masyarakat yang berada di daerah kita di Padangpariaman selama ini kan tidak sepenuhnya tergantung pada komoditi yang berasal dari luar, melainkan masih cukup tersedia di daerah mereka,” terangnya.
Di pihak lain, disinggung terkait merosotnya beberapa komoditi hasil pertanian masyarakat, seperti halnya merosotnya harga komoditi pinang di pasaran yang hanya berkisar Rp.5000 perkligramnya, Jon Kenedy menegaskan, jika kondisi itu jelas tidak terlepas dari faktor demand atau permintaan pasar dan banyaknya produksi yang beredar di pasaran. “Situasi itu memang telah kita telusuri kepada beberapa pengusaha, dan informasi yang kita terima faktornya karena terbatasnya permintaan yang datang dari luar. Akibatnya tentu bisa ditebak, meski masih tetap bisa dipasarkan keluar namun harganya jadi jauh dari harga yang diharapkan,” tegasnya. Demikian pula faktor kualitas dari produk pinang yang ada tentunya juga menjadi pertimbangan utama bagi pasar yang ada di luar negeri.
“Untuk itu tentunya para petani kita juga diharapkan agar bisa mensiasatinya sedemikian rupa, termasuk mungkin bagaimana menanam jenis tanaman lain sebagai tanaman sela, sehingga tidak hanya tergantung pada satu jenis komoditi saja,” terangnya.
Karena lanjutnya, seperti diketahui, sudah menjadi hukum pasar selama ini, saat permintaan tinggi maka harga harga komoditi akan meningkat dengan sendirinya. Begitu pun saat produksi melimpah sementara permintaan sedang lesu akibat berbagai situasi yang melingkupinya, mmaka sudah barang tentu pula harga-harga akan ikut merosot di pasaran. (efa)