PDG.PARIAMAN, METRO – Wakil Bupati Padangpariaman Suhatri Bur menyatakan tuangku (untuk pria) dan tuangki (perempuan) sebagai ulama ke depan hendaknya mengikuti perkembangan Teknologi Informasi, jangan gagap teknologi atau gaptek.. Pasalnya, sekarang zamannya teknologi informasi dan kini melanda kehidupan umat. Apalagi saat ini telah lahir sebanyak 37 tuangku dan tuangki dari Pondok Pesantren Nurul Yaqin Ringan-Ringan ini.
“Dengan semua teknologi tersebut mampu menjadi ruang dakwah tanpa batas bagi para tuangku dan tuangki,” kata Suhatri Bur, kemarin, saat pengukuhan gelar tuangku dan tuangki serta penyerahan Ijazah tingkat Aliyah, Tsanawiyah serta TPQ di Pondok Pesantren tersebut, kemarin.
Sejalan dengan acara tersebut pondok pesantren Nurul Yaqin Ringan-Ringan tersebut juga memperingati maulid Nabi Besar Muhammad SAW 1440 H di Pondok Pesantren Nurul Yaqin Ringan-Ringan Pakandangan, Kecamatan Enam Lingkung.
“Saya mengucapkan selamat kepada santri/ti yang dikukuhkan dan juga mengapresiasi prestasi yang telah didapat oleh santri dan santriwati Nurul Yaqin yang mengharumkan Padangpariaman dikancah Sumatera Barat maupun nasional,” ungkapnya.
Katanya, banyak lulusan pondok pesantren yang tidak hanya mengaji, menjadi juru dakwah, ulama, tapi juga umara, atau dirangkul menjadi umara. Seperti ustazd Abdul Somad yang diajak menjadi calon wakil presiden, KH. Ma’arif Amin ulama yang menjadi calon Wakil Presiden RI periode 2019-2024, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang pernah menjadi Presiden RI. Ketiga tokoh tersebut dibesarkan di pondok pesantren,” katanya.
Suhatri Bur menilai, eksistensi Pesantren Nurul Yaqin Ringan-Ringan luar biasa. Berbagai prestasi sudah diraihnya. Perlombaan tingkat Sumatera Barat dan nasional, santri Nurul Yaqin Ringan-Ringan seringkali meraih juara. Seperti Regu Pramuka Santri Pesantren Nurul Yaqin berhasil meraih juara I Cabang Tapak Perkemahan pada Perkemahan Pramuka Santri Nusantara (PPSN) di Jambi akhir Oktober 2018 lalu.
“Pesantren bukan mengekang prestasi santri, tapi malah menyediakan ruang untuk berkreasi dan berprestasi. Seperti ditampilkan dalam acara pengukuhan lulusan tuanku ini, ada tari pasambahan dan tari piring. Biasanya yang tampil disewa dari group kesenian lain. Tapi kini sudah dilakukan oleh santri Pesantren Nurul Yaqin sendiri,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Yayasan Pembangunan Islam El Imraniyah (PYII) Ringan-Ringan Idarussalam Tuanku Sutan, selain pengukuhan 37 tuanku dan tuanki (lulusan perempuan) juga dikukuhkan 8 lulusan Bustanul Muhaqiqin, 114 lulusan tingkat tsanawiyah. Khusus yang tingkat tsanawiyah, jumlah 114 tersebut pada saat masuk di kelas satu tiga tahun lalu berjumlah 250 orang. Namun yang sampai bertahan hingga menyelesaikan pendidikan dan berhak mendapatkan ijazah hanya 114 orang tersebut.
“Salah satu factor banyaknya yang tidak bertahan, karena keterbatasan asrama dan ruang belajar. Mereka tidak tahan menjalani kondisi di pesantren. Akibat kekurangan ruang belajar, terpaksa pelaksanaan belajar 3 shif. Pagi, siang dan malam. Hingga kini, Pesantren Nurul Yaqin Ringan-Ringan masih kekurangan 14 lokal. Idealnya, ada 2 rusunawa lagi agar proses belajar mengajar ideal. Satu untuk putra, satu untuk putri. Saat ini baru tersedia satu rusunawa yang digunakan sebagai asrama putra,” kata Idaraussalam.
Khusus lulusan yang sudah menyandang gelar tuanku/tuanki, selanjutnya dipersilakan memilih salah satu dari 3 pilihan. Pertama, melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi mana saja. Tidak hanya IAIN, UIN, tapi juga perguruan tinggi umum. Karena status lulusan santri pesantren sudah disamakan dengan sekolah umum, artinya berhak melanjutkan ke perguruan tinggi mana saja. Kedua, tetap tinggal di pesantren melanjutkan pendidikan tingkat Bustanul Muhaqiqin atau menjadi guru mengajar di sini. Ketiga, diminta mengajar di kampung, surau di kampung yang sudah disiapkan oleh orang kampungnya. “Yang tidak boleh bagi lulusan Nurul Yaqin adalah berhenti belajar atau mengajar. Karena pendiri Pesantren Nurul Yaqin Ringan-Ringan Syekh H.Ali Imran Hasan (alm) berpesan kepada santrinya, kalau tidak mengajar, ya belajar,” tambah Idarussalam mengakhiri. (efa)
Komentar