PADANGSARAI, METRO – Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) 2 Padang mengadakan latihan simulasi kesiagaan bencana gempa dan tsunami yang dibimbing oleh Kogami (Komunitas Siaga Tsunami) di Kelurahan Padang Sarai, Kototangah, Sabtu (2/11). Sadar akan sekolah yang sangat dekat dari bibir pantai, sehingga memiliki risiko dampak bencana tsunami yang cukup tinggi. Sekolah yang terletak di zona merah tersebut senantiasi meningkatkan kewaspadaan.
”SLB N 2 ini berjarak kurang 1 kilometer dari bibir pantai. Jadi kita salah satu kelompok masyarakat yang sangat rentan terhadap risiko bencana,” ujar Kepala SLB N 2 Padang Rafmateti kepada POSMETRO.
Selain itu, Rafmateti menyebutkan, dirinya berharap SLB yang masuk kelompok yang rentan dan letaknya di zona merah seharusnya mempunyai shelter yang digunakan apabila terjadi bencana gempa yang berpotensi tsunami.
”Jadi kita sangat berharap SLB ini sama posisinya dengan sekolah reguler seperti SMA, SMP di sekolah lain di Kota Padang. Selain itu, jumlah peserta didik kita cukup banyak yang mempunyai keterbatasan fisik dan mobilitas.
Apabila terjadi gempa dan berpotensi tsunami, mustahil kita akan mengevakuasi peserta didik jauh ke zona hijau. Apalagi jarak kita jauh dan tidak adanya transportasi. Untuk itu, kebutuhan akan shelter sangat diperlukan sekali, mengingat jarak yang sangat dekat dengan bibir pantai,” jelasnya
Sementara itu, Koordinator Sarana dan Prasarana SLB Dinas Pendidikan Sumbar, Rusli Ardion mengakui SLB 2 Padang memang terletak di daerah yang sangat rawan bencana. ”Untuk itu, pada 2020 akan ada revitalisasi tentang gedung sekolah ini. Sebelumnya telah diusulkan oleh Diknas Sumbar yang diajukan ke Kementrian untuk dibangun shelter,” ujarnya
Dijelaskan Rusli Ardion, beberapa hari lalu SLB ini telah dikunjungi dan dipantau oleh Direktur Pendidikan Khusus mengingat daerah rawan bencana. ”Mudahan-mudahan di tahun 2020 pembangunan shelter terlaksana, mengingat SLB ini sudah jadi perhatian pemerintah pusat,” urainya.
Dari pantau lapangan pelaksanaan simulasi Kogami memulai dengan memberikan edukasi tentang kebencanaan dan pengurangan risiko bencana. Latihan penyelamatan diri, simulasi evakuasi korban dari Tempat Evakuasi Sementara (TES) yang ada di SLB, hingga latihan pertolongan pertama di kondisi darurat di bidang medis melibatkan peserta yakni siswa siswi SLB, majelis guru, orangtua siswa dan masyarakat yang tinggal di lingkungan sekitar sekolah. (cr1)


















