Ganefri dalam pidatonya yang berjudul “Revolusi Kurikulum Perguruan Tinggi dalam Menyongsong Transformasi Pendidikan dan Lulusan Berdaya Saing Global,” mengatakan, perubahan di bidang tekhnologi, sosial, politik ekonomi dan bidang lain di era revolusi industri 4.0, menuntut lembaga pendidikan tinggi agar melahirkan lulusan yang berkompetensi nasional dan internasional.
Hal ini mendorong kurikulum lembaga pendidikan tinggi sesuai dengan dinamika digital, the internet of thinks, artificial intelligence, bio tekhnologi dan perkembangan pesat tekhnologi lainnya. “Jika tidak didorong untuk menyesuaikan kurikulum, maka akan kalah bersaing dengan lulusan lembaga pendidikan tinggi lainnya. “Perlu revolusi kurikulum perguruan tinggi dalam menyongsong transformasi pendidikan. Perubahan yang terjadi, merupakan variable bebas, yang memiliki kontribusi sangat signifikan terhadap keberhasilan kurikulum,” ujar Ganefri.
Kemenristek Dikti pada tahun 2018 lalu memaparkan lima elemen penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan daya saing bangsa di era revolusi industry 4.0. Yakni, persiapan system pembelajaran yang lebih inovatif. Seperti penyesuaian kurikulum pembelajaran, meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam hal data informasi tekhnologi, operasional tekhnologi, the internet of thinks dan big data analytic. Mengintegrasikan objek fisik digital dan manusia untuk menghasilkan lulusan perguruan tinggi yang kompetitif, dan terampil, dari aspek data literasi, teknologikal literasi dan human literasi.
Elemen lainnya, rekonstruksi kebijakan kelembagaan perguruan tinggi yang adaktif dan responsive terhadap revolusi industry 4.0, dalam mengembangkan trans disiplin ilmu dan program studi yang dibutuhkan. Selain itu, pelaksanaan program cyber university, jadi solusi anak bangsa di pelosok daerah untuk menjadi pendidikan tinggi yang berkualitas. Selanjutnya, persiapan SDM dosen dan peneliti dan perekayasa yang responsive, adaktif dan handal menghadapi revolusi industry 4.0.
“Elemen lainnya, peremajaan sarana dan prasarana dan pembangunan infrastruktur pendidikan. Serta perlu riset dan inovasi menopang kualitas pendidikan. Di mana perlu terobosan riset dan pengembangan yang mendukung revolusi industry 4.0 dan ekosistem serta riset pengembangan kuantitas dan kualitas riset dan pengembangan perguruan tinggi. Terobosan inovasi dan penguatan inovasi untuk meningkatkan produktivitas industri.
Perubahan kurikulum perguruan tinggi menurutnya, merupakan aktivitas rutin harus dilakukan sebagai tanggapan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, kebutuhan masyarakat, kebutuhan pengguna lulusan. Perguruan tinggi perlu disesuaikan dengan pekembangan zaman. Mahasiswa dituntut untuk bersikap kritis dan skeptis menghadapi perubahan yang cepat. Kemampuan berpikir yang kreatif membangun inovasi baru, kemampuan komunikasi menguasai tekhnologi informasi dan kolaborasi membangun kekuatan menghadapi dinamika hidup. Sehingga mampu bertahan di era revolusi industri 4.0
Untuk menjawab tantangan era revolusi 4.0 saat ini, UNP menurut Ganefri telah memberlakukan perubahan kurikulum program studi mnenghadapi dinamikan era revolusi industri 4.0 dan semangat enterpreneurship. Perubahan kurikulum ini mulai diberlakukan semester Juli 2019 kepada mahasiswa baru tahun 2019.
Selain itu, tahun 2019 ini UNP telah membuka program studi 15 kelas internasional. Di mana empat program studi telah diakreditasi lembaga internasional, yakni program studi SI Pendidikan Kimia, Pendidikan Elektro, Management dan Bahasa Inggris. “Empat program studi lagi, pada Agustus 2020 juga akan diakreditasi internasional. Sementara sembilan program studi disiapkan akreditasi lembaga internasional di Jerman,” terang Ganefri.
UNP saat ini juga telah menjalin kerjasama internasional dengan lebih 100 perguruan tinggi dan lembaga internasional, serta memberi akses akademis mahasiswa asing untuk melanjutkan pendidikan di UNP. Kehadiran mahasiswa asing ini perlu didukung dengan kelengkapan sarana dan prasarana. “UNP sekarang sudah memiliki asrama mahasiswa dengan kapasitas menampung 350 mahasiswa yang dibangun oleh Kementerian PUPR,” ungkapnya.
Data Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT), September lalu, UNP telah meraih 44 sertifikasi akreditasi program studi dengan nilai A unggul. UNP menargetkan hingga akhir tahun ini 52 program studi meraih akreditasi A unggul. Sehingga akhir tahun ini sudah 43 persen dari 102 program studi yang aktif terpenuhi target akreditasi A unggul. “Tahun 2021, kita targetkan semua program studi 70 persen akreditasi A unggul. Capaian ini menuju PTBH tahun 2024 nantinya,” ujarnya
UNP secara terus menerus meningkatkan mutu kinerja kelembagaan dan membina kerjasama yang dinamis dengan berbagai pihak. UNP terus memperkuat penggunaan tekhnologi informasi. Tahun 2019 ini, mahasiswa dan civitas akademika menggunakan fasilitas internet gratis di manapun seluruh Indonesia.
Kapolda Sumbar Irjend Pol Fakhrizal mengucapkan semoga UNP berjaya dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Sudah sepantasnya UNP sebagai salah satu kampus terbesar di Sumatera untuk merefleksi diri, seberapa besar UNP memberikan kontribusi dalam upaya membangun bangsa terutama dalam SDM unggul demi Indonesia maju. Fakhrizal memberikan apresiasi kepada Rektor UNP, Ganefri yang telah berhasil membuat UNP melakukan lompatan besar sehingga berada di posisi ke 25 di antara perguruan tinggi yang ada di Indonesia.
Dirjend SDID, Kemenriset Dikti, Prof. dr. Ali Ghufron Mukti mengatakan, UNP dalam usianya yang ke 65 telah banyak memiliki capaian. Yakni akreditasi institusi A unggul. Dari 4578 perguruan tinggi, yang akreditasi A saat ini kurang dari 103 perguruan tinggi. Salah satunya UNP masuk dalam 103 perguruan tinggi tersebut.
Kemenristek Dikti saat ini tengah membangun SDM unggul mewujudkan Indonesia Maju. Pencipta teori destruksi memprediksi tahun 2020 ke depan, setengah perguruan tinggi di USA akan tutup dan gulung tikar. Tapi ini tidak berlaku di UNP dan perguruan tinggi LPTK di Indonesia. Karena perguruan tinggi LPTK Indonesia merespon perubahan revolusi industry 4.0. Ada tiga hal yang dialami pada era revolusi industry 4.0. Yakni, input mahasiswa akan berubah, mereka dihadapkan pada dunia digital yang tiap hari koneksi dengan internet. Mahasiswa sekarang belajar apa saja melalui internet.
Mahasiswa generasi milenial sekarang sangat cepat belajar. Tidak butuh guru. Kalau guru dan dosen tidak berubah akan menjadi persoalan serius, karena pembelajaran bisa diambil dari komputer. Proses Belajar mengajar berubah karena digitalisasi. Perguruan tinggi LPTK ditantang apakah masih menjadi core proses pembelajaran. Atau fungsinya jadi tambahan karena pokok proses pembelajaran bukan lagi di kelas atau PT tapi di smart handphone.
Juru Bicara BIN, Wawan Hari Purwanto dalam orasi ilmiahnya mengatakan, terorisme dan radikalisme menjadi ancaman serius sejak dua dekade ini. Tantangan Indonesia saat ini, pertarungan ideologi global. Sementara Pancasila dikubur hidup-hidup sejak tahun 1998, karena tidak diajarkan di sekolah-sekolah. Dampaknya menurut Wawan, sangat luar biasa dengan masuknya ideologi asing.
Selama 11 tahun nilai-nilai Pancasila tenggelam sejak 2017. Selama itu, pemikiran anak sekolah dan mahasiswa dimasuki pemikiran neo liberalisme, imperialisme, kilafah, kapitalis dan sosialis. Inilah yang mengancam eksistensi pancasila. Radikalisme harus dilawan. Perseteruan generasi muda dengan radikalisme didukung lingkungan pendidikan masih ada di sejumlah perguruan tinggi.
Gerakan radikal bermetamorfosis dengan merekrut generasi muda melalui kaderisasi tertutup. Meski Indonesia sekarang masih masuk 10 negara teraman di dunia, namun dengan adanya kaderiasi tertutup, harus hati-hati. Mahasiswa harus hati-hati dengan ajaran mengkafirkan orang. Nilai-nilai intoleran harus diwaspadai. Radikalisme berusaha menghancurkan status quo dengan tatanan baru yang dilakukan secara revolusioner. “Semuanya by desain dengan perencanaan yang hebat. Ini yang harus kita kejar. Tumbuhnya radikalisme PR bersama perguruan tinggi dan semua pihak,” ujarnya.(**)