Jalinis, perempuan yang bersama keluarganya menjadi korban banjir Bungus, Selasa (11/08/2015) hanya bisa pasrah, dan kembali membersihkan sisa banjir.
BUNGUS, METRO– Kesedihan jelas terlihat di wajah keriput Jalinis alias Mak Itaih, usai banjir bandang melanda Bungus Teluk Kabung, Selasa (11/8). Banjir yang terjadi akibat meluapnya sungai Batang Timbalun itu membuat Mak Itaih nelangsa. Ia beserta anak, menantu, dan cucunya menjadi salah satu korban dari hujan yang mengguyur wilayah Bungus dan sekitarnya sejak Selasa pagi itu.
”Kursi alah basah, duduak di lantai se lah awak yo,” ujarnya mengawali cerita sembari mengajak Posmetro untuk masuk ke rumahnya, Rabu (12/8). Mak Itaih yang juga warga pribumi RT 03, RW 01 ini menceritakan bahwa banjir yang terjadi pada pukul 16.00 sore itu membuatnya tidak percaya.
Hujan deras yang mengguyur kawasan Jaruai, Kelurahan Bungus Barat, Kecamatan Bungus Teluk Kabung tempat ia tinggal, telah mengakibatkan air setinggi lutut orang dewasa dan menggenangi rumah. Ia beserta enam orang penghuni rumah dengan sigap menyelamatkan harta benda dari terjangan banjir.
Namun, tidak semua harta benda yang dapat diselamatkan. Tercatat ada beberapa barang yang ikut basah terkena banjir. Seperti yang terlihat di luar rumah, ada dua tempat tidur, dua kasur, empat kursi , dan beberapa helai pakaian terjemur.
Air yang sempat masuk ke rumah, pada Rabu siang sudah mulai surut. Mak Itiah tetap memilih untuk tidur di rumah. Walaupun tempat tidur dan kasur basah kuyup, Mak Itiah tetap bertahan menghabiskan malam pertama pascabanjir di rumah. ”Tapaso amak lalok di lapiak nak,” tutur nenek berusia 66 tahun ini.
Tubuh ringkih nenek berusia 66 tahun ini memang tidak sepantasnya untuk tidur hanya beralaskan tikar, namun apa boleh buat ia terpaksa melakukan. Kalau pun ia ikut mengungsi ke Masjid Nurul Amal yang terletak di depan rumah, seperti korban banjir lain, namun Mak Itiah tetap akan tidur beralaskan tikar.
Penderitaan nenek yang satu matanya rabun ini tidak hanya sampai di sana. Selain membasahi perabotan rumah, dapur rumahnya tak dapat lagi berfungsi akibat terjangan banjir. Dapur yang masih beralaskan tanah itu tergenang air banjir. Hal ini membuat Reflinda (31), menantunya memasak di dalam rumah. Semua bahan-bahan pokok yang ada di dapur ikut basah. Beras, bawang, dan cabai keriting tidak dapat digunakan lagi. Semuanya telah basah.
Sejatinya persediaan sembako itu akan digunakan dalam waktu seminggu. Namun apa boleh buat, belum sempat ia menyelamatkannya, banjir sudah lebih dahulu membasahi. Akibatnya, Mak Itiah beserta keluarga hanya bisa makan seadanya dengan mengumpulkan beras, bawang, dan cabai merah yang masih bisa untuk diselamatkan.
Kawasan tempat tinggalnya memang kawasan rawan banjir, namun banjir yang terjadi pada Selasa sore itu terjadi begitu cepat. Hanya sekitar 2 jam hujan mengguyur, banjir sudah menggenangi kawasan Jaruai ini.
Mak Itiah mengatakan salah satu penyebab terjadinya banjir yang begitu cepat dikarenakan bandar-bandar yang digunakan untuk penampung air tidak ada disekitar kawasan tersebut. ”Subanto sajo hujan, aia lah gadang dan masuak rumah. Saluruhnyo tarandam,” sebutnya.
Saat ini Mak Itiah hanya berharap agar hujan tidak turun lagi agar semua perabotan rumah yang ia jemur dapat kering dan digunakan kembali, sehingga ia tidak lagi tidur beralaskan tikar. Karena untuk membeli kasur yang baru, ia tidak sanggup. Ia hanya menggantungkan hidup pada anaknya yang sehari-hari bekerja sebagai nelayan dan tukang ojek.
Mak Itiah berharap agar pemerintah segera membantu memberikan bahan makanan, pakaian, dan kasur untuk korban banjir. ”Jan sampai amak lalok di lapiak taruih nak, badan amak alah indak talok lalok di lapiak tiok malam,” imbuhnya. (cr11)