PASAR RAYA, METRO – Bekas bioskop Raya Teater yang selama ini hanya tinggal nama bakal dibuka kembali. Namun namanya bukan lagi Raya Teater, tetapi bioskop nasional bernama CGV Cinemas.
Kehadiran bioskop berjaringan yang dikelola PT. Graha Layar Prima Tbk itu otomatis merebut hati penonton Cinema XXI. Apalagi CGV Cinemas tampil lebih modern dengan 4 studio.
Pantauan POSMETRO di lokasi, bioskop Raya Teater terletak persis di depan Pasar Raya Padang tampak kosong dan tak ada satu pun petugas di sana. Di bagian gerbang masuk bioskop tersebut ditutup rapi dengan seng setinggi 2 meter, sesekali sejumlah kendaraan roda dua dan empat terparkir di depan gerbang bioskop itu.
Sementara itu, di bagian atas gedung bioskop tampak tiga orang pekerja sudah mulai melakukan aktivitas renovasi bangunan gedung tersebut. Sedangkan, di bagian kiri dekat gerbang tidak lagi tampak terpajang poster film. Kondisi bioskop itu pun cukup bersih, sampah pun tidak terlihat berserakan, fasilitas di halaman juga tampak tertata rapi.
Kabar kehadiran bioskop CGV itu mendapat sambutan baik dari kalangan remaja Kota Padang. Seperti yang diungkapkan, Yulia (23), warga Lubuk Lintah. Menurut Yulia, dirinya sangat senang dengan kembali dioperasikannya bioskop Raya Teater, sehingga dia tidak takut kehabisan tiket lagi untuk menonton film favorit.
“Senang dong, kalau mau nonton film terbaru tidak perlu harus antrian di bioskop yang sama, karena sudah ada banyak bioskop yang hadir di Padang,” ungkap Yulia.
Yulia berharap, agar harga tiket nonton yang ditawarkan CGV Cinemas supaya murah dan sesuai dengan kantong pelajar. Apalagi ada program khusus penonton kalangan pelajar yang bisa mendapat potongan harga tiket.
“Kalau bisa harga tiket jangan terlalu mahal, kita yang masih pelajar pasti jajannya pas-pasan saja. Kalau bisa juga ada program khusus untuk pelajar. Contohnya, ada film-film khusus pelajar, pasti asyik sekali,” ujar Yulia, sembari tertawa.
Lain halnya dengan Ujang, (55), tukang parkir di sekitar bioskop Raya Teater. Dia berharap kecipratan untung jika nanti bioskop Raya Teater kembali beroperasi. Dia memprediksi, jumlah parkir kendaraan bakal meningkat dengan adanya bioskop tersebut.
“Kaba nyo dibangun bioskop baliak, tapi baa informasi jalehnyo ndak lo tau do. Tapi kok iyo dibuka bioskop baliak, tantu harapannyo bisa banyak motor parkir,” kata Ujang sembari mengeluarkan kendaraan pengunjung Pasar Raya.
Sementara itu, Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Padang, Rudy Rinaldi saat dikonfirmasi, tak menjawab sambungan telepon.
Dari informasi yang dihimpun, Bioskop Raya merupakan salah satu bioskop peninggalan Belanda. Berdasarkan catatan Mardanas Safwan dkk dalam buku Sejarah Kota Padang, hingga dekade 1970-an masih bertahan tujuh bioskop peninggalan Belanda.
Ketujuh bioskop tersebut adalah Raya yang dulunya bernama Capitol Theatre, Karya yang dulunya Cinema, Satria, Purnama, New Rex Theatre, Padang Theatre, dan Mulia. Satu dekade berikutnya pada 1980-an, jumlah bioskop di Padang melonjak hingga 14 buah, termasuk bioskop Indah di Ulak Karang dan Terandam.
Medio 1990-an, sejak industri perfilman Indonesia meredup dan ditambah dengan ’berkuasanya’ grup 21, pemain-pemain bioskop lokal di daerah mulai kehabisan akal. Kondisi ini juga terjadi di Kota Padang, di mana perlahan bioskop-bioskop tua bertumbangan.
Hingga masuk 2000-an, bioskop Raya masih bisa ’bernafas, meskipun terengah-engah. Melihat persaingan dunia perfilman semakin ketat, kini Bioskop Raya mulai berbenah demi bertahan dalam kompetisi dengan jaringan bioskop modern. (mil)


















