PADANG, METRO – Bulan Ramadhan dimanfaatkan sebagian orang untuk berlomba-lomba berbuat kebaikan. Kekhusyukan ibadah saat Ramadhan telah dijanjikan pahala berlipat ganda oleh Allah SWT. Namun, ada sejumlah hal yang membuat pahala anda berkurang saat berpuasa. Salah satunya, tidur yang berlebihan.
Menurut Dosen Fikih Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Iman Bonjol (IB) Padang, Dasrizal Dahlan, tidak semua tidur bernilai ibadah, tidur yang baik di bulan Ramadhan adalah tidur siang. Hal demikian untuk menghindar diri dari perbuatan yang tidak baik.
“Persoalannya jika tidur itu dikatakan ibadah untuk orang berpuasa, bagaimana dengan tidur seharian. Tentu tidak akan dapat nilai puasa dalam artian menahan yang sebenarnya,” kata Dasrizal saat dihubungi Posmetro Jumat (10/5).
Dasrizal membenarkan, bahwa tidur merupakan kebutuhan hidup. Namun, dirinya tidak setuju dengan pendapat sebagain masyarakat yang mengklaim tidur adalah ibadah. Sebab, ketika niat tidurnya hanya bermalas-malasan sehingga tidurnya bisa seharian maka tidur seperti ini adalah tidur yang sia-sia.
”Tidur itu memang kebutuhan hidup, lalu justru diwaktu tidur kita kan tidak merasa apa-apa. Dimana letak menahan haus dan laparnya. Artinya, tidur seharian dari pagi hingga sore bisa merusak pahala berpuasa kita,” jelas Dasrizal.
Oleh karena itu, Dasrizal mengingatkan, agar masyarakat harus lebih jeli dalam memaknai hadits yang mengatakan “tidurnya orang berpuasa adalah ibadah”.
Bahwa hadits tersebut adalah hadits maudhu’ atau palsu, yakni hadits yang buat oleh manusia.
“Hadits ini tidak benar, bahwa nanti orang-orang awam akan beranggapan tidur saja lah, pagi dan siang tidur pas mau berbuka saja bangun lagi. Lalu dimana letak ibadahnya?,” tanya Dasrizal.
Lebih lanjut, Dasrizal menjelaskan, tidur orang puasa yang bisa jadi ibadah jika tidur tersebut diniatkan untuk beribadah kepada Allah. Seperti, bisa lebih kuat dalam menjalankan shalat malam, berdzikir. Selain itu, dia tidur untuk menghindari perbuatan yang tidak baik misalnya, bergunjing.
“Kalau memang tidur itu sangat dibutuhkan, umpama dengan tidur sedikit badan yang tadi lelah lalu tenaga kembali akan muncul, untuk mempersiapkan diri membaca al-qur’an di malam hari, atau bertadarus, dzikir dan shalat malam,” sebut Dasrizal.
Dasrizal mengingatkan, jangan jadikan puasa sebagai kambing hitam untuk bermalas-malasan. Memperbanyak tidur di bulan puasa hukumnya makruh (boleh namun dibenci). Saat menjalani puasa, dituntut untuk kerja dan beraktivitas seperti hari-hari biasa. Puasa tidak harus menjadi kendala untuk melakukan aktivitas.
“Jangan dijadikan puasa ini dalih, heh aku puasa ndak bisa cepat-cepat bekerja. Seolah-olah puasa ini dijadikan kambing hitam untuk tidak beraktivitas atau mengurangi kualitas kerja. Ini saya kira tidak sesuai dengan tujuan puasa itu, untuk melatih diri menahan haus dan lapar,” tukasnya. (mil)