Cukup! Warga Padang Sudah Teraniaya

Metro Padang.
PURUS, METRO–Sudah sepekan lamanya warga Kota Padang teraniaya. Mulai dari bencana kabut asap yang tidak berujung, kemudian listrik yang mati tiga hingga empat kali dalam sehari, sampai air PDAM yang kerap mati dan tidak mengalir ke rumah warga. Agaknya, sudah banyak petisi ataupun aksi digelar tapi tetap saja tiga permasalahan ini tidak selesai.
Informasi yang dihimpun POSMETRO dari sejumlah warga kota, Selasa (27/10) kemarin, rata-rata mereka nyaris ingin meneteskan air mata dengan nasib yang menimpa saat ini. Padahal, warga sudah membayar semua kewajiban yang harus dikeluarkan setiap bulannya. Belum lagi warga harus menghindar dari bencana asap yang sepertinya tidak akan berkurang dan berhenti.
”Ibaratnya, sekarang ini kita berada di padang pasir. Saat butuh air, kita harus berusaha keras mencarinya. Jika tidak dapat, ya terpaksa kita terkapar di tengah padang pasir itu,” tutur Roni (28), salah seorang warga Purus.
Senada, Hendro (25), mahasiswa FBS UNP juga menuturkan hal yang sama.
Menurutnya, tiga permasalahan tersebut membuat semua kegiatan yang akan dilakukan menjadi terganggu, bahkan semua rencana yang akan dikerjakan menjadi gagal. ”Tidak hanya kabut, lampu mati, air mati. Pergi kuliah saja saya tidak mandi, parah sekali,” jelasnya.
Pemadaman Diprediksi Akhir Oktober
Terpisah, PT PLN Persero Wilayah Sumatera Barat (Sumbar) di Hari Listrik Nasional ke-70 yang diperingati Selasa (27/10) menyampaikan permohonan maafnya terkait dengan pemadaman listrik yang mengalami peningkatan pada beberapa hari terakhir ini. Selain itu, kepada masyarakat diminta untuk bersabar karena memang ada kerusakan di jaringan.
”Untuk itu, kami memohon maaf kepada semua pelanggan kami. Sebab, peningkatan pemadaman itu terjadi karena sejumlah pembangkit mengalami gangguan,” kata Kepala Divisi Humas PT PLN Wilayah Sumbar, Ridwan, Selasa kemarin.
Pembangkit di Singkarak, lanjutnya, hanya dinyalakan untuk persiapan malam hari saja. Penyebabnya, yaitu defisit daya pembangkit di sub Sumatera Bagian Tengah dan Selatan karena meningkatnya kabut asap yang berakibat dreting PLTG hingga 250 MW. ”Faktor musim kemarau juga membuat kapasitas PLTA menurun hingga 200 MW,” ujarnya.
Selain PLTA, pembangkit listrik di PLTU Teluk Sirih juga demikian. Beberapa unit pembangkit sistem maintenance di PLTU Teluh Sirih Unit 2 sebesar 100 MW juga bermasalah. ”Saat ini petugas kita sedang melakukan penanganan terhadap unit tersebut untuk mempercepat pemulihan,” tuturnya.
Pemadaman bergilir di Sumbar, tambah Ridwan, sebenarnya ditargetkan berakhir akhir Oktober, namun karena banyaknya gangguan, maka hal tersebut belum bisa dipastikan. ”Dengan kondisi seperti ini, kemungkinan pemadaman bergilir bisa hingga sampai akhir tahun ini,” ujarnya. (tin)

Exit mobile version