Fundamental Ekonomi RI Menguat, Sun Life Bidik Pertumbuhan Dobel di 2025

BINCANG EKONOMI— President Emerging Market Sun Life Asia Randy Lianggara (kanan), President/CEO Sun Life Financial Global Kevin Strain (dua kanan), President Sun Life Asia Manjit Sigh (dua kiri), dan President Sun Life Indonesia Teck Seng Ho berbincang-bincang di depan depan logo “Pasti Jadi Lebih” di Lobi Menara Sun Life, Mega Kuningan, Jakarta, Kamis (16/1).

JAKARTA, METRO–Menteri Keuangan Sri Mu­lyani Indrawati membidik pertumbuhan ekonomi RI di rentang 5,1 persen hingga 5,5 persen pada 2025. Sedangkan Bank Dunia dalam World Bank East Asia and The Pacific Economic Update memper­kira­kan ekonomi Indonesia tum­buh 5,1 persen pada 2025.

Bank Dunia dalam lapo­ran­nya menunjukkan keya­kinan. “Di antara negara-negara yang lebih besar, hanya Indonesia di­per­kira­kan tumbuh di tahun 2024 dan 2025. Sementara pertum­buhan Malaysia, Fili­pina, Thailand, dan Vietnam diper­kirakan di bawah tingkat ter­sebut,” ungkap World Bank East Asia and Pacific Chief Economist Aaditya Mattoo.

Keyakinan terhadap eko­nomi Indonesia pada tahun 2025 juga disampaikan oleh  Chief India and Indonesia Economist HSBC Global Research Pranjul Bhandari. Dia memprediksi ekonomi Indonesia tahun 2025 akan tumbuh di kisaran 5,1 per­sen atau lebih tinggi diban­ding pertumbuhan kuartal ketiga 2024 di kisaran 4,9 persen. Ia melihat bebe­rapa indikator ekonomi telah menunjukkan per­baikan. Seperti ekspor be­be­rapa bulan terakhir ini me­ningkat.

Optimisme terhadap perekonomian Indonesia juga diyakini oleh pelaku industri asuransi di Tanah Air. Presiden Direktur Sun Life Indonesia Teck Seng Ho optimistis pasar asuransi di Tanah Air akan tumbuh signifikan pada tahun 2025 seiring dengan membaiknya ekonomi Indonesia. Karena itu, Sun Life yakin bisa meraih pertumbuhan signifikan di tahun ini.

“Kami targetkan pertumbuhan penjualan sebesar 100 persen atau mengalami peningkatan dobel dibanding tahun lalu,” tutur Presiden Direktur Sun Life Indonesia Teck Seng Ho kepada wartawan di Jakarta, Kamis (16/1).

Berdasarkan data penjualan kuartal ketiga 2024, Sun Life Indonesia membukukan penjualan sebesar US$ 58,3 juta (Rp 874,5 miliar dengan kurs Rp 15.000 per dolar AS) atau naik 41 persen selama dekade terakhir. Peningkatan tersebut terjadi karena penetrasi pasar dan densitas asuransi di Indonesia kembali menggeliat belakangan ini.

Hal itu sejalan dengan data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang me­nye­butkan adanya peningkatan penetrasi dan densitas asuransi kuartal ketiga 2024. Menurut data OJK, tingkat densitas auransi per September 2024 tercatat sebesar Rp2.080.­020 dan penetrasi asuransi berada di kisaran 2,8 persen. Angka tersebut lebih baik dibanding akhir 2023, yakni densitas sebesar Rp1.940.000 dan penetrasi sebesar 2,59 persen.

Kendati demikian, penetrasi pasar asuransi di Indonesia berdasarkan data 2023 masih tertinggal dari negara-negara lain. Contohnya Malaysia sudah mencapai 4,8 persen, Singapura 11,4 persen, Australia 3,3 persen, Brasil 3,3 persen, Jepang 7,1 persen, dan Afrika Selatan yang sudah menembus angka 12,6 persen.

Kondisi tersebut memberikan keyakinan dan optimisme yang besar kepada Sun Life menargetkan penjualan premi dua kali lipat atau naik 100 persen pada tahun 2025 ini dibanding tahun 2024.

Penetrasi pasar asuransi di Indonesia yang masih kecil itu menurut President & Chief Executive Officer Sun Life, Kevin D. Strain merupakan peluang besar bagi Sun Life menggarapnya. Karena itu, dia sangat mendukung kebijakan OJK memberikan edukasi yang lebih baik kepada masyarakat. Dia menegaskan pasar Indonesia memegang peranan sangat penting bagi Sun Life di Asia dan global. Apalagi, pasar asuransi di Indonesia masih terus ber­kembang dari waktu ke waktu.

Sementara itu, President Sun Life Asia Manjit Singh menambahkan, Indonesia salah satu dari sejumlah negara di Asia yang memberikan kontribusi besar bagi pertumbuhan Sun Life. Indonesia, kata dia, seperti juga Filipina dan Hong Kong memiliki potensi sangat besar untuk bertumbuh.

Sedangkan, Presiden untuk Pasar yang Ber­kem­bang di Asia, Randy Lianggara menjelaskan, dengan jumlah penduduk yang besar, Indonesia menjadi salah satu pasar asuransi yang berkembang di Asia. Karena itu, Sun Life akan terus melakukan penetrasi dengan berbagai saluran distribusi yang ada seperti bankassurance bekerja sama dengan perbankan.

Selain itu, Sun Life juga memanfaatkan berbagai saluran distribusi seperti memaksimalkan kerja sa­ma dengan berbagai pihak, penguatan kapasitas agen, dan berinvestasi pada saluran digital seperti WhatsApp Client Services.

Pada kuartal ketiga 2024, Sun Life Indonesia mencatat Risk Based Capital (RBC) untuk asuransi konvensional sebesar 586 persen dan asuransi Syariah sebesar 256 persen. Semuanya berada di atas standar minimum yang ditetapkan pemerintah yak­ni 120 persen. Sedangkan total aset tercatat se­be­sar Rp19,7 triliun atau tumbuh 41 persen dari pendapatan premi selama satu dekade terakhir. Saat ini, Sun Life Indonesia melayani lebih dari 553.852 polis asuransi.

Optimisme Sun Life Indonesia ini sejalan dengan pernyataan Ketua Dewan Pengurus Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Budi Tampubolon yang me­nyebutkan sektor asuransi jiwa pada akkhir kuartal ketiga 2024 membukukan total pendapatan sebesar Rp 166,27 triliun atau naik 2,1 persen year-on-year (yoy).

Dikatakan, pertumbuhan ini didorong oleh capaian positif dari total pen­dapatan premi yang bertambah 0,2 persen dengan total nilai mencapai Rp 132,27 triliun. (rel/fan)

Exit mobile version