PADANG, METRO–Calon Wali Kota (Cawako) Padang nomor urut 2 Muhammad Iqbal menyoroti tingginya angka pengangguran di Kota Padang, yang diklaimnya sebagai yang tertinggi di Sumatera Barat. Selain itu, Iqbal juga menyinggung tingginya angka kemiskinan di Kota Padang Panjang.
Hal ini disampaikan Iqbal saat debat publik putaran kedua Pilkada Kota Padang 2024 yang berlangsung di Hotel Truntum, Jumat (15/11) lalu.
Menurut Iqbal, stagnasi ekonomi dan terbatasnya pengembangan sektor industri menjadi hambatan utama yang menyebabkan Kota Padang kesulitan menciptakan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
“Pertumbuhan ekonomi di Kota Padang masih stagnan sejak Covid-19. Dulu, kita pernah mencapai angka pertumbuhan 7 persen. Kini, diperlukan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru, dan itu harus dimulai dengan pembenahan infrastruktur,” ungkap M Iqbal yang bersama Amasrul diusung PKS dan Partai Demokrat.
Iqbal menekankan, kedua kandidat lainnya, yang merupakan mantan kepala daerah, gagal mengatasi masalah mendasar seperti kemiskinan dan pengangguran. Karena, tidak ada fakta kuat yang menyatakan Cawako nomor urut 1 Fadly Amran dan Cawako nomor urut 3 Hendri Septa sukses saat mereka menjabat.
“Dua orang mantan wali kota di kiri kanan saya ini, apa yang mau dibanggakan? Kota Padang Panjang masih mencatat kemiskinan tertinggi, dan di Kota Padang, pengangguran juga tertinggi. Ini bukti kegagalan mereka membangun kota. Kita butuh perubahan besar,” tegas mantan Jubir Anies Baswedan 2024 dan Prabowo 2019 ini.
Pernyataan Iqbal soal tingginya angka pengangguran di Kota Padang didukung oleh data Badan Pusat Statistik (BPS). Pada tahun 2024, tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Kota Padang mencapai 9,88 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan Kabupaten Pasaman Barat di posisi kedua (6,34 persen) dan Kabupaten Dharmasraya di posisi ketiga (6,02 persen).
Pernyataan M Iqbal soal tingginya angka pengangguran di Kota Padang didukung oleh data Badan Pusat Statistik (BPS). Pada tahun 2024, tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Kota Padang mencapai 9,88 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan Kabupaten Pasaman Barat di posisi kedua (6,34 persen) dan Kabupaten Dharmasraya di posisi ketiga (6,02 persen).
Sementara di Kota Padang Panjang, angka kemiskinan sempat turun pada 2022. Tapi angka kemiskinan di kota tersebut kembali naik menjadi 5,31 persen pada 2024, menjadikannya peringkat ke-12 tertinggi di Sumatra Barat.
Pernyataan Iqbal memancing tanggapan dari kandidat lain. Paslon nomor urut 01, Fadly Amran-Maigus Nasir, menekankan perlunya pengoptimalan potensi sektor-sektor unggulan seperti telekomunikasi, kesehatan, pendidikan, perdagangan jasa, pariwisata, dan perhotelan.
“Kenaikan potensi pertumbuhan ekonomi Kota Padang sudah mulai terlihat, tetapi ini harus terus digali. Industri masih menjadi pekerjaan rumah besar. Kita harus menentukan sektor industri apa yang cocok untuk mendorong ekonomi Kota Padang ke depan,” ujar Fadly.
Hendri Septa-Hidayat menyatakan, bahwa kebijakan yang ia jalankan selama menjabat sebagai Wali Kota Padang telah membuahkan hasil, termasuk dalam menurunkan angka kemiskinan. “Semua persoalan yang disampaikan sudah kami lakukan, sudah kami selesaikan. Angka kemiskinan di Kota Padang terus menurun dari tahun ke tahun, dan ini ada datanya,” klaim Hendri. (*)