AIAPACAH, METRO–Kesiapsiagaan warga Kota Padang dalam menghadapi bencana, terutama gempa dan tsunami, masih terbilang minim. Menyikapi hal ini, Pemerintah Kota (Pemko) Padang mengajak seluruh masyarakat untuk lebih meningkatkan kesadaran akan mitigasi bencana.
“15 tahun telah berlalu sejak gempa besar yang melanda Pa dang pada 30 September 2009. Namun, kesiapsiagaan bencana warga kita masih rendah,” ujar Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesra Setda Kota Padang, Edi Hasymi, di Kota Padang, kemarin.
Edi menyebutkan bahwa dari 250 ribu kepala keluarga (KK) di Kota Padang, hanya sekitar 20-30 persen yang dinilai siap menghadapi gempa dan tsunami. Angka ini pun masih perlu ditinjau kembali untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.
“Kesiapsiagaan bencana harus dipupuk sejak usia dini. Pendidikan mengenai cara menyelamatkan diri saat terjadi gempa dan tsunami sebaiknya dimulai dari jenjang taman kanak-kanak,” ucapnya.
Ia juga menekankan bahwa pada saat bencana, kemampuan untuk menyelamatkan diri sendiri adalah hal yang paling penting. Oleh karena itu, pengetahuan tentang langkah penyelamatan diri harus dimiliki setiap orang agar bisa bertindak cepat dan tepat ketika terjadi bencana.
Edi menjelaskan bahwa Pemkot Padang terus berupaya memberikan edukasi dan sosialisasi mitigasi bencana kepada masyarakat. Namun, ia mengakui bahwa upaya tersebut belum berjalan optimal karena berbagai kendala, termasuk pandemi Covid-19 yang sempat menghambat aktivitas sosialisasi.
“Kami berharap mitra-mitra pemerintah, termasuk yayasan sekolah, dapat secara rutin memberikan pemahaman dan mengadakan simulasi kepada warga sekolah. Dengan demikian, warga Kota Padang dapat lebih siap dalam menghadapi bencana, terutama gempa dan tsunami,” tutupnya. (brm)