AIAPACAH, METRO–Bencana dapat datang kapan saja tanpa peringatan. Oleh karena itu, setiap orang, termasuk tenaga kesehatan, harus selalu siap siaga menghadapi berbagai kemungkinan.
Di Kota Padang, tenaga kesehatan di Puskesmas telah diberikan edukasi terkait kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. Dengan pelatihan ini, diharapkan para petugas kesehatan mampu membekali diri mereka untuk merespons bencana dengan cepat dan tepat.
“Ini adalah salah satu upaya Dinas Kesehatan Kota Padang dalam meningkatkan kesiapsiagaan bencana, khususnya di sektor kesehatan. Sebagai klaster kesehatan, kami harus memastikan kesiapan layanan kesehatan sesuai dengan subklaster yang ada,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang, Srikurnia Yati, usai mengikuti simulasi bersama BPBD Kota Padang di Lapangan Apeksi Balai Kota Padang, Kamis (26/9).
Srikurnia juga menekankan pentingnya kesiapan tenaga gizi, kesehatan lingkungan, logistik, sarana prasarana, serta kesiapan dokter dan perawat yang tersebar di 24 Puskesmas di Kota Padang.
Kegiatan ini merupakan bagian dari agenda rutin Dinas Kesehatan, yang bekerja sama dengan BNPB dan didukung oleh berbagai pihak seperti Public Safety Center (PSC), subklaster, Divisi Pelayanan Kesehatan (Yankes), serta relawan Pelopor dan Pelapor (2P).
Dalam simulasi kebencanaan tersebut, dipraktikkan situasi di mana Kota Padang dilanda gempa besar dengan kekuatan 7,9 skala Richter. BMKG segera mengirimkan peringatan melalui SMS terkait lokasi pusat gempa dan kekuatan guncangan. Wali Kota Padang pun langsung menetapkan status tanggap darurat. Simulasi ini diikuti oleh 24 dokter yang mewakili masing-masing Puskesmas.
BPBD Padang Edukasi Mahasiswa UNP
Sementara itu, menjelang Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) Kota Padang yang jatuh pada Senin (30/9) mendatang, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Padang menggelar kegiatan BPBD Padang Go To Campus untuk memberikan edukasi terkait kebencanaan di kalangan akademisi.
Program ini menyambangi Universitas Negeri Padang (UNP) PGSD Ulu Gadut. Dalam kuliah umum yang digelar, ditekankan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi ancaman bencana di masa mendatang, khususnya potensi gempa megathrust Mentawai yang dapat memicu gempa bumi dan tsunami dahsyat di wilayah Sumatera Barat, termasuk Kota Padang.
Program ini juga menjadi refleksi atas gempa dahsyat yang melanda Sumatera Barat pada 30 September 2009. Diharapkan, ini menjadi momentum penting untuk meningkatkan kesadaran kesiapsiagaan bencana di Kota Padang, mengingat daerah tersebut sangat rawan bencana.
Kepala Pelaksana BPBD Kota Padang, Hendri Zulviton, yang menjadi narasumber di UNP PGSD Ulu Gadut, menekankan pentingnya kesiapsiagaan dini dalam menghadapi bencana alam.
“Kesiapsiagaan dan edukasi masyarakat, terutama mahasiswa, harus dimulai dari sekarang, mengingat potensi gempa megathrust Mentawai yang bisa memicu tsunami besar. Kota Padang harus memiliki langkah mitigasi yang efektif dan masyarakat harus sadar akan risiko tersebut,” ungkap Hendri.
Hendri juga menjelaskan beberapa langkah strategis yang telah diambil BPBD Kota Padang sebagai upaya mitigasi. Salah satunya adalah memperkuat sistem peringatan dini dan jalur evakuasi di sepanjang wilayah pesisir.
“Kami bekerja sama dengan BMKG untuk memperkuat teknologi sistem peringatan dini, sehingga masyarakat bisa segera mendapatkan informasi jika terjadi gempa berpotensi tsunami. Selain itu, kami terus mensosialisasikan jalur evakuasi dan titik kumpul di kawasan pesisir agar masyarakat tahu kemana harus pergi dalam keadaan darurat,” jelasnya.
Hendri mengimbau masyarakat untuk selalu meningkatkan kesiapsiagaan pribadi dan keluarga. “Pastikan Anda mengetahui jalur evakuasi terdekat dari tempat tinggal, dan ikuti arahan dari pemerintah terkait simulasi bencana. Jangan panik, tetapi selalu waspada, karena kesiapsiagaan adalah kunci dalam mengurangi risiko dampak bencana,” tambahnya.
Kepala Stasiun Geofisika Kelas I BMKG Padang Panjang, Suaidi Ahadi, juga memberikan materi terkait kondisi seismik di sekitar zona megathrust Mentawai. “Kami terus memantau aktivitas gempa di sekitar zona subduksi Mentawai dan berharap masyarakat serta pemerintah daerah lebih proaktif dalam mempersiapkan diri,” jelas Suaidi.
Ia memaparkan teknologi yang digunakan BMKG untuk mendeteksi dini gempa dan potensi tsunami, serta menekankan pentingnya kolaborasi antara BMKG dan pemerintah daerah dalam upaya mitigasi bencana.
Direktur Kemahasiswaan Universitas Negeri Padang (UNP), Sujana Wahyuri, menegaskan pentingnya edukasi bencana bagi kalangan akademisi. “Kegiatan ini sangat penting untuk memberikan wawasan kepada mahasiswa tentang ancaman bencana di sekitar kita. UNP mendukung penuh upaya BPBD dan BMKG dalam menyebarkan informasi kesiapsiagaan bencana, karena mahasiswa adalah agen perubahan yang bisa menyebarkan edukasi ini ke masyarakat luas,” ujar Sujana.
Ia juga menekankan pentingnya peran mahasiswa dalam menghadapi situasi darurat bencana, baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari komunitas akademik.
Kegiatan tersebut juga dihadiri oleh Kepala UPP 3 PGSD Kampus UNP, para dosen, ratusan mahasiswa PGSD UNP, serta Dewan Penggerak Forum Pengurangan Risiko Bencana Sumatera Barat, Khalid Syaifullah, yang turut memperkuat diskusi dengan memberikan pandangan tentang langkah-langkah mitigasi dan pengurangan risiko bencana di Sumatera Barat. (rel)