Peringatan BMKG Gempa dan Tsunami 8,9 SR di Mentawai, Jangan Panik, Warga Diminta Lebih Siapkan Diri

Andree Algamar

PADANG, METRO–Pj Wali Kota Padang Andree Algamar mengingatkan warga Kota Padang, agar meningkatkan kapasitasnya untuk menghadapi bencana gempa dan tsunami serta bencana lainnya.

Peringatan yang disampaikan Wali Kota Padang tersebut, merespon adanya infor­masi dari BMKG terkait potensi gempa besar ber­skala magnitudo (M) 8,9 SR di pusat Me­gathrust Siberut Kepulauan Mentawai.

“Ini bukan isu baru. Kita bersyukur juga di­ingatkan terus oleh BMKG. Kata kuncinya bukan ma­salah takutnya, tetapi ting­katkan kapasitas ma­sya­rakat untuk siap meng­hadapi bencana apa saja,” terang Andree Algamar saat meresmikan renovasi Taman Sisingamangaraja Padang oleh BPJS Ke­se­hatan, Kamis (22/8).

Andree menambahkan, peningkatan kapasitas dilakukan dengan melakukan kesiapan pribadi dan pengetahuan life skill untuk bisa bertahan hidup, saat terjadi gempa dan tsunami.

“Peningkatan kapasitas dilakukan agar anak se­kolah memahami apa yang dilakukan saat gempa dan tsunami. Tahu titik kumpul di mana. Jadi informasi potensi gempa dan tsunami ini sebenarnya mengingatkan warga kota kembali, agar membuka kaji lama. Seperti menyiapkan tas siap siaga yang isinya perlengkapan saat melakukan evakuasi,” ungkapnya.

Andree juga mengingatkan masyarakat agar potesi gempa dan tsunami ini jadi perhatian dan diskusi di tengah masyarakat. “Potensi bencana ini harus jadi diskusi ibu-ibu. Itu lebih bermanfaat, jangan hanya ngomongin film, atau ngerumpi ngegosipin orang lain. Ibu-ibu ngumpul harus diskusi tentang bencana ini,” ajaknya.

Andree juga menegaskan, dirinya tidak memandang potensi gempa dan tsunami ini ancaman, tetapi mengingatkan masya­ra­kat. Andree juga berharap media juga memiliki kewajiban menyampaikan informasi dan edukasi kepada masyarakat, agar tahu apa yang dilakukan saat terjadi gempa dan tsunami. Yang paling penting itu menurutnya, saat terjadi bencana gempa dan tsunami masyarakat jangan pa­nik.

Untuk menghadapi potensi gempa dan tsunami ini, Andree mengatakan dirinya akan meninjau lagi pelaksanaan program Sa­tuan Pendidikan Aman Ben­cana di sekolah-se­kolah yang sudah launching tahun 2023 lalu.

“Akan kita cek lagi pe­lak­sanaannya. Dengan ada­­­nya ancaman gempa dan tsunami ini jadi perhatian kita. Kewajiban bagi kita saat terjadi bencana pagi, siang, malam atau jam anak sekolah, tahu berbuat apa, guru dan anak se­kolah tahu berbuat apa, warga RT dan RW apa yang dilakukan saat eva­kuasi di jalur merah. Begitu juga di daerah tempat evakuasi, harus tahu apa yang disediakan,” tegasnya.

Andree juga menambahkan, Pemko Padang akan gladikan terus kesiapsiagaan menghadapi potensi gempa dan tsunami ini. Persiapan yang rutin dilakukan saah satunya setiap tanggal 26 dilakukan uji sirine peringatan dini.

“Saya meminta BPBD Padang agar  sirine peringatan dini ini dicek lagi. Kita juga sudah perbaharui arah evakuasi dengan memastikan ketinggiannya. Jadi masyarakat tahu evakuasi ke mana dengan tempat aman yang sudah kita teliti,” ungkapnya.

Termasuk juga persiapan shelter. Andree menegaskan pihaknya juga akan memeriksa dan merapikan fasilitas di shelter kembali. “Kita cek lagi shelternya. Karena shelter ada yang dikunci. Kita ingin pastikan dibuka. Termasuk listrik dan airnya tersedia. Kita juga minta pengurus masjid agar jadikan masjid tempat shelter. Termasuk juga kantor-kantor kita koordinasikan untik digunakan jadi shelter,” terangnya.

Seperti diketehui, Ba­dan Meteorologi, Klimato­logi, dan Geofisika (BMKG) memberikan peringatan terkait potensi Indonesia mengalami gempa megathrust berkekuatan M 8,9 SR di wilayah Selat Sunda dan Mentawai-Siberut.

Wilayah Indonesia seperti Aceh dan sekitarnya pernah merasakan dampak gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia pada Minggu, 26 Desember 2004. Pusat gempa berkekuatan M9,3 itu terletak di lepas pantai barat Sumatera, Indonesia.

Penyelidik Bumi Utama, Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (PVMBG), Suhartoyo me­ngatakan, interaksi lem­pengan yang m­e­nye­bab­kan gempa terbagi men­jadi dua jenis yaitu me­gathrust, yang terjadi dengan kedalaman penunjaman kurang dari 50 km dan intraslab dengan kedalaman penunjaman lebih dari 50 km.

“Gempa bumi bersumber dari megathrust berpotensi menghasilkan gempa bumi dengan kekuatan besar yaitu magnitudo lebih dari 8 sehingga berpotensi terjadi tsunami,” ujarnya. (fan)

Exit mobile version