Guru dan Pelajar SMP Nobar Film Siti Nurbaya, Pemko Abadikan Nama Marah Rusli sebagai Nama Jalan

NAMA JALAN— Pj Wako Andre Algamar meresmikan mengabadikan nama Marah Rusli sebagai ruas jalan di Kelurahan Belakang Tangsi, Kecamatan Padang Barat, Senin (5/8) pagi, tepatnya di samping Detasemen Polisi Militer (Denpom) I/4 Padang. Kamarin, juga dilakukan nobar dan bedah novel Siti Nurbaya, di Gedung Bagindo Aziz Chan Youth Center.

AZIZ CHAN, METRO–Rangkaian Hari Jadi Kota (HJK) ke-355 Kota Padang terus bergulir. Se­nin (5/8), Pemko menggelar nonton film bersama dan bedah novel Siti Nurbaya, yang dihadiri dua cucu sastrawan fenomenal Kota Padang, almarhum Marah Roesli di Gedung Bagindo Aziz Chan Youth Center.

Dua cucu Almarhum Ma­­rah Roesli yang hadir Utami Roesli dan Dewi Od­jar Ratna Komala serta Pj Wali Kota Padang An­dree Algamar bersama gu­ru dan siswa SMP se-Kota Padang.

“Siti Nurbaya bukan ha­nya sekedar karangan fiksi, tapi jadi karya sastra yang sangat melegenda dan titik awal pelopor ke­su­sas­traan Indonesia mo­dern. Bahkan nama Siti Nur­baya ini, sudah diabadi­kan menjadi nama taman, jembatan, event tahunan, dan masih banyak lagi,” ujarnya.

Salah satu cucu Alm Marah Roesli, Dewi Odjar Ratna Komala me­nyam­pai­kan rasa bahagianya pada rangkaian momen HJK ke-355 Kota Padang. Harapannya, dengan be­dah novel dan nonton ber­sama ini mampu menyam­paikan pesan kasih sayang yang tertuang dalam novel Siti Nurbaya kepada ge­nerasi penerus.

“Siti Nurbaya yang ditulis oleh kakek saya ini memuat bagaimana pengabdian seorang anak terhadap orang tua, nilai budaya, dan masih banyak lagi. Nilai itulah yang disampaikan melalui novel dengan gaya penulisan sastra era Balai Pustaka saat itu,” tuturnya.

Diresmikan sebagai Jalan

Dalam momen peringatan HJK Padang ke-355, Pemko mengabadikan na­ma Marah Rusli sebagai ruas jalan di Kelurahan Belakang Tangsi, Kecamatan Padang Barat, Senin (5/8) pagi, tepatnya di samping Detasemen Polisi Militer (Denpom) I/4 Padang.

Peresmian Jalan Marah Roesli tersebut dihadiri Pj Wako Andree Algamar didampingi Pj Ketua TP-PKK Kota Padang, Ny. Vanny Andree Algamar, Pj Sekda Yosefriawan, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Yopi Krislova, serta perwakilan keluarga almarhum Marah Roesli.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Padang, Yopi Krislova, me­nyampaikan bahwa penamaan Jalan Marah Roesli dilakukan untuk menghormati sastrawan besar Ranah Minang tersebut sekaligus untuk kebutuhan administrasi karena Dinas Pendidikan dan Kebuda­yaan Kota Padang akan berkantor di Kelurahan Belakang Tangsi tersebut, tepatnya di jalan yang baru dinamai sebagai Jalan Marah Roesli tersebut.

Pj Wali Kota Andree Algamar menyebut dipilihnya nama Marah Roesli adalah bentuk penghargaan kepada sastrawan besar Indonesia yang juga berprofesi sebagai Dokter Hewan tersebut.

“Hari lahir beliau juga sama dengan Hari Jadi Kota (HJK) Padang, yaitu 7 Agustus. Jadi ini sebagai kado HUT dari Pemko untuk almarhum dan keluarga besarnya,” ujar Andree Algamar.

Menurut Andree Algamar, Novel Siti Nurbaya karya Marah Roesli hanya bisa disejajarkan dengan Novel Romeo & Juliet. Novel Siti Nurbaya juga sudah diterjemahkan ke baha Russia dan China.

Diabadikannya nama Marah Roesli sebagai nama jalan tersebut juga sudah mendapat izin dari keluarga besar almarhum. Hal itu dibuktikan dengan kehadiran dua orang cucunya, yaitu Utami Roesli dan Dewi Adjar Ratna.

Mengutip buku Ensiklopedia Tokoh 1001 Orang Minang, Marah Rusli lahir di Padang pada 7 Agustus 1889 di Padang dari keluarga bangsawan. Ayahnya bernama Sutan Abu Bakar, seorang demang, yang masih keturuan Raja Pagaruyung. Adapun ibunya berdarah Jawa, keturunan Sentot Alibasyah, salah seorang panglima perang Pangeran Diponegoro.

Meskipun lebih dikenal sebagai sastrawan, sesungguhnya Marah Rusli adalah seorang dokter hewan. Ia masuk Sekolah Dokter Hewan di Bogor dan tamat pada tahun 1915.

Minat Marah Rusli terhadap sastra sudah tumbuh sejak ia masih kecil. Selain gemar membaca buku, ia juga senang mendengarkan cerita-cerita dari tukang kaba yang berkeliling kampung. Romannya Siti Nurbaya yang melegenda sebenarnya berlatar pengalamannya.

Pada 1911, ketika masih bersekolah di Bogor, Marah Rusli kawin dengan seorang gadis Sunda kelahiran Bogor, Nyai Raden Ratna Kencana Wati. Perkawinan tersebut tidak diketahui oleh keluarga sehingga menyebabkan orangtuanya meminta dia kem­bali ke Padang.

Saat di Padang, Marah Rusli dinikahkan orangtuanya dengan wanita Minang. Sebagai anak, ia tidak dapat mengelak rencana tersebut. Pernikahan akhirnya berlangsung. Namun, begitu acara pernikahan selesai, ia langsung menjatuhi talak tiga dan meninggalkan Padang. Hal tersebut membuat orangtuanya marah.

Di Jawa, Marah Rusli kembali menekuni profesinya sebagai dokter hewan. Semula, ia bertugas di Sum­bawa Besar. Ia pernah menjadi Kepala Perhewanan di Bima tahun 1916. Tahun 1918, ia pindah ke Bandung untuk menjabat Kepala Peternakan Hewan Kecil. Tidak la­ma kemudian, ia pindah ke Blitar dan menjadi Kepala Perhewanan Daerah. Tahun 1920, ia kembali ke Bogor karena diangkat menjadi asisten leraar (dosen) pada Se­kolah Kedokteran Hewan, almamaternya.

Pada tahun 1921, ia men­jadi dokter hewan di Jakarta. Empat tahun kemudian ia pindah ke Balige, Tapanuli, Sumatra Utara. Keriernya terus berlanjut hingga pasca-kemerdekaan, sembari tetap menulis.

Selain Siti Nurbaya, karya Marah Rusli yang terkenal di antaranya La Hami (Balai Pustaka, 1924), Anak dan Kemenakan (Balai Pustaka, 1956), Memang Jodoh (naskah), dan Tesna Zahera (naskah). Ia juga menerjemahkan novel ka­rya Charles Dickens, Gadis yang Malang (1922).

Marah Rusli meninggal di Bandung pada 17 Januari 1968 dalam usia 79 ta­hun. Dari pernikahannya dengan Nyai Raden Ratna Kencana Wati, Marah Rusli memperoleh tiga orang anak, yakni Safhan Roesli, Roeshan Roesli, dan Nani Roesli.

Tokoh rekaan yang diciptakannya, Siti Nurbaya, telah menjelma legenda. Di Padang, banyak yang meyakini bahwa Siti Nurbaya bukanlah tokoh fiktif dan berupaya membuktikan keberadaannya, dengan meyakini sebuah makam keramat di sela batu karang bukit Gunung Padang sebagai tempat berkuburnya Siti Nurbaya. (brm)

Exit mobile version