Penutupan TdS Sedot Rp500 Juta Uang Rakyat

Untuk gelaran penutupan TdS di Kota Padang telah dianggarkan Rp500 dari APBD Padang.
SAMUDERA, METRO–Agenda tahunan Tour de Singkarak (TdS) sudah banyak menuai pro kontra di tengah masyarakat. TdS dinilai tak memberi manfaat kepada warga. Hanya menganiaya rakyat. Ironisnya, Kota Padang yang ditunjuk sebagai tuan rumah penutupan TdS, menganggarkan dana sebesar Rp500 juta untuk seremonial acara.
Anggaran setengah miliar itu habis menyedot uang rakyat.Dana tersebut digunakan untuk mengemas acara penutupan hingga makam malam (farewell dinner) guna menjamu pembalap di Palanta Wali Kota Jalan A Yani.
”Anggarannya sekitar Rp500 juta. Kita dipercaya untuk menyelenggarakan acara penutupan,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Padang Dian Fakri, Senin (5/10).
Dikatakan Dian, saat ini persiapan sudah dimulai. Pada 8 Oktober akan dilakukan pemasangan pentas. Pada tanggal 10 Oktober dilakukan gladi bersih. Nantinya, acara penutupan dilakukan sekitar pukul 14.00 WIB sampai 17.00 WIB. Namun sekitar jam 10.00 WIB acara akan dimulai dengan acara hiburan. Seperti tari kolosal, karnaval dan acara hiburan lainnya.
Setelah itu, pembalap akan berputar selama 5 kali bolak balik di seputaran etape Padang. Kemudian berakhir di pantai Padang. ”Kita perkirakan acara dimulai pukul 10.00 WIB sampai pukul 17.00 WIB,” ujar Dian.
Setelah selesai acara, nantinya para pembalap itu akan dijamu di Palanta Wali kota. Dian berharap semua pihak dapat sama sama mendukung acara ini agar berjalan dengan lancar.
Terkait adanya keluhan masyarakat yang menilai TdS menyengsarakan masyarakat dinilai Dian cukup beralasan. Namun ia mengaku tak bisa berbuat banyak. Karena kewenangan pengaturan lalu lintas berada kepolisian. “Kita tak bisa ikut campur. Itu kewenangan kepolisian. Protapnya sudah ada,” kata Dian.
Di satu sisi Dian memang menilai Etape I memang kesalahan yang konyol. Sehingga masyarakat kecewa karena penutupan jalan terlalu lama.
”Mudah-mudahan ini jadi pelajaran. Pemko Padang tak bisa bernuat apa apa,” ujarnya.
”Duit Kami Dipakai, Kami Dianiaya”
Penyelenggaraan iven TdS benar-benar sudah banyak membuat warga berang, karena aktivitas mereka menjadi terhalang akibat penutupan jalan yang dinilai terlalu lama. Kekesalan terutama dilontarkan para pedagang kecil di Pasar Raya. Pasalnya, akibat TdS pasar menjadi sepi karena orang malas berbelanja ke pasar karena takut terjebak jadwal TdS.
”Acara apo tuh. Lah bara tahun acara iko, indak ado nampak manfaatnyo untuk kami do. Uang rakyat lah habih untuak acara manari-nari manyambuik pembalap. Nan jalan ditutuik lamo-lamo, kami taaniayo,” ujar Dodi, salah seorang pedagang di Pasar Raya, kepada POSMETRO, kemarin.
Menurutnya, TdS sama sekali tak memiliki imbas yang berarti pada masyarakat kecil. Hotel berbintang memang penuh, restoran besar memang ramai oleh official dan pembalap. Tapi manfaatnya tak sampai menyentuh langsung pada pedagang kecil.
Dampak yang sampai ke pedagang adalah justru mudaratnya. ”Jual beli saketek. Anak-anak pulang sakolah talantar, harus bajalan kaki. Iko acara untuak urang di ateh sajo. Sekadar kebanggaan bagi pejabat,” ujar pedagang cabai ini.
Pedagang lainnnya berjarap agar iven TdD tak diselenggarakan lagi. Karena itu hanya menghabiskan uang rakyat. Efek untuk peningkatan usaha kecil dan menengah yang dialami masyarakat tak jelas. ”Silahkan evaluasi. Setelah tahun ketujuh penyelenggaraan TdS. Apa dampak nyatanya. Apakah sudah seimbang pemasukan wisatawan dengan uang kami yang dikeluarkan untuk menyelenggarakan acara ini,” ujarnya.
Idealnya, kata dia, pemerintah lebih fokus pada pengembangan pada ekonomi kreatif milik masyarakat. Bukan mempertahankan iven iven menyedot anggaran besar, tapi dampak nyatanya tak ada dan tak jelas. (tin)

Exit mobile version