Bermanfaat Tingkatkan Ekonomi Masyarakat, Hilirisasi Minyak Sawit Butuh Pengembangan Tekhnologi

Prof. Dr. Erliza, Kepala Divisi Teknologi Proses, Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian IPB University memaparkan materi didampingi pemateri lain dari Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi (SBRC IPB University) bersama BPDPKS saat kegiatan workshop, Kamis (4/7) di salah satu hotel di Padang.

PADANG, METRO–Banyak manfaat yang diperoleh dari kelapa sawit. Selain memberikan devisa bagi negara, juga membuka lapangan kerja yang sangat luas. Bahkan, minyak sawit bermanfaat bagi peningkatan perekonomian masyarakat, karena banyaknya hilirisasi produk yang bisa dihasilkan.

“Nilai tambah minyak sawit sangat besar dan banyak. Saya yakin, ada sejuta kebaikan yang bisa dihasilkan dari kelapa sawit ini. Sejauh ini sudah ada 20 perguruan tinggi di Indonesia yang kita ajak bekerja sama pengembangan teknologi hilirisasi minyak sawit,” ucap Prof. Dr. Erliza, Kepala Divisi Teknologi Proses, Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian IPB University, saat kegiatan Workshop bertajuk “Hilirisasi Minyak Sawit Menjadi Produk Oleopangan, Oleokimia dan Biofuel: Peluang dan Tantangan,” Kamis (4/7) di salah satu hotel di Padang.

Erliza tidak memungkri, perkebunan sawit masih memiliki banyak masalah. Namun, setiap masalah tentu ada solusinya. “Kalau kita bersama-sama menyelesaikan masalah itu, tentu bisa. Apalagi banyak perguruan tinggi yang bisa dilibatkan untuk menyelesaikan masalah tersebut,” ungkapnya.

Erliza meminta terus kembangkan penelitian-penelitian memperbanyak hilirisasi kelapa sawit. “Ada 26 provinsi penghasil sawit di Indonesia. Karena itu, IPB mengajak banyak universitas mengembangkan penelitian guna memperbanyak hilirisasi sawit,” ajaknya pada workshop yang digelar oleh Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi (SBRC IPB University) bersama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) itu.

Komoditas kelapa sawit termasuk dalam 10 kelompok komoditas unggulan Indonesia yang didorong oleh pemerintah untuk digiatkan proses hilirisasi dan peningkatan daya saingnya. Hilirisasi industri oleopangan, oleokimia dan bioenergi berbasis sawit upaya strategis meningkatkan nilai tambah komoditas kelapa sawit melalui proses pengolahan, agar menjadi produk turunan yang memiliki nilai jual lebih tinggi.

Berdasarkan data Ditjenbun, luas areal kelapa sawit pada tahun 2022 mencapai 15,38 juta Ha dengan total produksi CPO Indonesia mencapai 48,24 juta ton dan produksi PKO sebesar 9,65 juta ton. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebutkan, pada tahun 2022 industri kelapa sawit berkontribusi sebesar 3,5% terhadap PDB nasional. Hingga saat ini, industri kelapa sawit dari sektor hulu sampai hilir mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 5,2 juta orang dan menghidupi lebih dari 21 juta jiwa.

Pemerintah Indonesia telah menetapkan visi jangka panjang Indonesia Maju 2045, yakni Indonesia menjadi negara maju pada 2045 atau tepat setelah 100 Tahun Kemerdekaan RI. Kelapa sawit, tentunya perlu dikelola dengan baik agar memberikan manfaat besar bagi bangsa Indonesia.

Pengelolaan terbaik yang dapat dilakukan melalui hilirisasi. Manfaat kebijakan hilirisasi industri secara umum. Di antaranya meningkatkan nilai tambah, meningkatkan perekonomian, meningkatkan penerimaan negara, mensubstitusi barang impor, menarik investasi, menghasilkan devisa, hingga menyerap banyak tenaga kerja lokal.

Adanya kebijakan nasional hilirisasi industri kelapa sawit di dalam negeri akan berdampak positif bagi perekonomian nasional. Benefit lainnya dari kebijakan hilirisasi industri kelapa sawit, antara lain optimalisasi penyerapan hasil produksi petani rakyat (smallholder), penyediaan bahan pangan, nonpangan, oleokimia dan bahan bakar terbarukan. Selain itu penyedia bahan baku potesial untuk industri-industri, pemenuhan kebutuhan domestic dan ekspor, hingga membangkitkan ekonomi produktif berbasis industri pengolahan.

Hilirisasi minyak sawit dalam negeri dilakukan dengan mengolah CPO dan PKO menjadi produk-produk bernilai tambah lebih tinggi, baik untuk tujuan ekspor maupun untuk substitusi produk impor. Secara umum, hilirisasi CPO dan PKO dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yaitu oleofood, oleochemical dan biofuel.

Hilirisasi oleofood meliputi berbagai macam produk pangan seperti margarin, shortening, non diary creamer, frying fat, cocoa butter substitute, food emulsifier, dan lainnya. Hilirisasi oleochemical yaitu industri yang mengolah produk industri refinery menjadi produk antara oleokimia/oleokimia dasar hingga produk jadi seperti surfaktan, sabun, deterjen, shampo, biolubricant dan biomaterial dan bioplastik. Sementara hilirisasi minyak sawit menjadi biofuel di antaranya biodiesel, bioavtur, bensin sawit, green gasoline, green diesel.

Kegiatan workshop ini bertujuan untuk mendapatkan informasi produk oleopangan, oleokimia dan biofuel sawit yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia, mendapatkan gambaran market demand dan prospek pasar produk-produk oleopangan, oleokimia dan biofuel sawit di pasar domestik dan dunia.

Selain itu mendapatkan informasi peluang dan tantangan pengembangan industri oleopangan, oleokimia dan biofuel sawit di Indonesia, memberikan edukasi dan pengetahuan pada masyarakat akan pentingnya hilirisasi sawit dan memberikan demonstrasi pengolahan produk hilir sawit yang mudah diproduksi ulang oleh masyarakat.

Erliza yang juga Ketua Panitia Workshop, menyampaikan, workshop ini kegiatan tahun kedua. Tahun pertama, tahun 2023 lalu, SBRC IPB University dengan dukungan BPDPKS dan APOLIN telah sukses menyelenggarakan “Workshop Oleokimia dari Minyak Sawit: Potensi dan Tantangan” di tiga kota yaitu Bogor, Medan dan Balikpapan.

Kegiatan tahun kedua pada tahun 2024 ini rangkaian dari kegiatan workshop yang akan dilaksanakan di lima kota yaitu Pontianak, Samarinda, Palembang, Jambi dan Padang.(fan)

Exit mobile version