Reaktivasi 6 Jalur Kereta Api dalam Tahap Kajian

FOTO BERSAMA— Kepala Balai Teknik Perkeretaapian (BTP) Kelas II Padang, Endang Setiawan bersama jajaran stakeholder terkait, berfoto bersama saat kegiatan Balai Bicara, Kamis (13/6).

PADANG, METRO–Kepala Balai Teknik Per­kereta apian (BTP) Kelas II  Padang, Endang Setiawan menyampaikan capaian dan rencana pengembangan kereta api di Sumatera Barat dalam kegiatan Balai Bicara, Kamis (13/6).

“Beberapa rencana stra­tegis jangka pendek, menengah dan ultimate BTP Kelas II Padang, Pertama, penataan stasiun BIM menjadi moda integrasi antarmoda (kereta api-udara-darat),” ujarnya.

Kedua, rencana aktivasi sejumlah jalur kereta api yakni, Jalur Naras-Sungai Limau, Jalur Pulau Air-Muaro, Jalur Muaro Kalaban-Solok (Tahap I), Jalur Solok-Batu Tabal (Tahap II).

Kemudian, Jalur Muaro Kalaban-Muaro Sijunjung (Tahap III), Jalur Kayu Tanam,  Padang Panjang, Bukittinggi-Payakumbuh dengan kereta api berteknologi.

“Terkait reaktivasi sedang dalam proses kajian. Tahun ini, kami membuat studi penataan kawasan perkeretaapian di wilayah Kota Padang dan wilayah lain. Terkait reaktivasi jalur dari Kayu Tanam-Padang Panjang-Bukittinggi. Kita membuat alternatif-alternatif,” kata Endang.

Ia menambahkan nanti dari studi akan dilakukan kajian finansial dan sebagainya. “Sehingga tran­spor­tasi menuju ke Bukittinggi ini cocoknya menggunakan transportasi seperti apa,” tuturnya.

Endang menyebut saat ini beberapa transportasi di kereta api punya tek­nologi yang tinggi. Kereta api tidak harus mempunyai jalur seperti rel, sudah ada berbasis marking, juga ada kereta api gantung di beberapa negara.

“Beberapa teknologi akan dijadikan alternatif agar jalur Kayu Tanam-Bukittinggi bisa dilaksanakan. Beberapa jalur tidak bisa digunakan. Contoh di Kota Bukittinggi tidak mungkin lagi menggunakan trase yang lama,” kata dia.

Di sisi lain, reaktivasi juga mempertimbangkan kerawanbencanaan wila­yah. Dalam studi akan dibahas, wilayah di Sumbar yang rawan bencana gempa dan lain-lain. BTP Kelas II  Padang, sambungnya ten­tu tidak bisa bekerja sen­diri. Butuh dukungan yang dari pemerintah mau­­­­­­­pun stakeholder.

“Anggaran maupun tar­­­­­get pelaksanaannya, kita masih menunggu pemerintahan yang baru. Intinya kita berusaha memajukan moda transportasi di Sumbar,” ucapnya.

Sejauh ini di tahun 2025 anggaran di wilayah BTP fokus untuk keselamatan dan PSO. Sedangkan untuk reaktivasi masih mengu­sul­kan kepada pemangku kebijakan.

“Sehingga di tahap awal ini masih kajian, BTP mengkhususkan studi kawasan reaktivasi ber­kola­borasi dengan Akademisi Unand untuk menilai sarana dan prasarana di jalur Lembah Anai,” ucapnya.

Renstra BTP Kelas II  Padang selanjutnya, rencana peningkatan jalur KA dengan double track Pa­dang-Kayu Tanam (Tahap I), jalur KA dengan double track Lubuk Alung-Sungai Limau (Tahap III).

Kemudian rencana penataan KA di kawasan Kota Padang Padang (tahap studi dan kajian infrastruktur). BTP Kelas II Padang mengharapkan pemerintah da­erah dan seluruh ma­sya­rakat Sumbar turut mendu­kung rencana strategis ini. Termasuk mensosialisasikan penggunaan KA kepada masyarakat.

Kepala Divisi Regional II Sumatera Barat, Sofan Hidayat mengatakan pada tahun 2023 rata-rata okupansi penumpang KA di Pariaman Ekspres sudah melebihi target.

“Rata-rata okupansi penumpang KA di Pariaman Ekspres bahkan su­dah 120 persen, di hari-hari tertentu ada permintaan yang tidak terpenuhi mencapai 50-150 penumpang,” kata dia.

Sedangkan untuk KA Minangkabau Ekspres dengan tujuan Bandara Inter­na­­tional Minangkabau (BIM) okupansi masih di angka 30 persen. Kemudian untuk KA Lembah Anai okupansi berada di angka 62 persen.

Ia juga memaparkan angka kecelakaan KA sejak 2020 hingga Mei 2024. “Pa­da 2020 ada 23 kasus ke­ce­lakaan, 2021 ada 31 kasus kecelakaan, 2022 ada 28 kasus kecelakaan, 2023 ada 42 kasus kecelakaan dan hingga Mei 2024 tercatat ada 15 kasus. (brm)

Exit mobile version