Sementara, melalui informasi yang dilansir wikipedia.org, Syekh Ahmad Khatib bin Abdul Latif al-Minangkabawi, lahir di Koto Tuo-Balai Gurah, IV Angkek, Agam, Sumatera Barat, pada hari Senin 6 Dzulhijjah 1276 H (1852 Masehi) dan wafat di Mekkah hari Senin 8 Jumadil Awal 1334 H (1916 M).
Awal berada di Mekkah, ia berguru dengan beberapa ulama terkemuka di sana seperti Sayyid Bakri Syatha, Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan, dan Syekh Muhammad bin Sulaiman Hasbullah al-Makkiy. Usai melaksanakan haji, ia menimba ilmu di maktab milik Syekh Abdul Hadi, seorang syekh asal Inggris.
Banyak sekali murid Syaikh Khatib yang diajarkan fiqih Syafi’i. Kelak di kemudian hari mereka menjadi ulama-ulama besar di Indonesia, seperti Abdul Karim Amrullah (Haji Rasul) ayah dari Buya Hamka; Syekh Muhammad Jamil Jambek, Bukittinggi; Syekh Sulaiman Ar-Rasuli, Candung, Bukittinggi, Syekh Muhammad Jamil Jaho Padang Panjang, Syekh Abbas Qadhi Ladang Lawas Bukittinggi.
Selain itu, juga ada nama Syekh Abbas Abdullah Padang Japang Suliki, Syekh Khatib Ali Padang, Syekh Ibrahim Musa Parabek, Syekh Mustafa Husein, Purba Baru, Mandailing, dan Syekh Hasan Maksum, Medan. Tidak ketinggalan pula K.H. Hasyim Asy’ari dan K.H. Ahmad Dahlan, dua ulama yang masing-masing mendirikan organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, merupakan murid dari Syaikhul Ahmad Khatib Rahimahullah.
Syaikhul Ahmad Khatib Rahimahullah adalah tiang tengah dari mazhab Syafi’i dalam dunia Islam pada permulaan abad ke XX. Ia juga dikenal sebagai ulama yang sangat peduli terhadap pencerdasan umat. Imam Masjidil Haram ini adalah ilmuwan yang menguasai ilmu fiqih, sejarah, aljabar, ilmu falak, ilmu hitung, dan ilmu ukur (geometri). (**)




















