THR Ramadhan

Oleh : IBNU AZIZ (Anggota DPRD Bukittinggi Fraksi PKS)

SUDAH menjadi ra­hasia umum di Negeri ini bahwa bagi para pega­wai, pekerja atau buruh yang mengabdi pada instansi Pemerintah mau­pun Swasta akan diberikan tunja­ngan diluar gaji atau upah rutin yang biasa mereka terima setiap waktu yang telah dite­tapkan.

Tunjangan non gaji atau non upah  itu ber­sifat tahunan dan akan diberikan berbarengan dengan peringatan hari raya keagamaan (bia­sanya Idul Fitri). Atau yang lebih populer di­kenal dengan istilah Tunjangan Hari Raya alias THR.

Ya. Istilah THR men­jadi sangat dikenal tidak saja di kalangan pega­wai, pekerja atau buruh.Bahkan mereka yang belum memiliki pe­kerjaan atau penghasilan tetap pun sangat mengi­nginkan dan merasa ber­hak mendapatkan THR, entah dari siapa saja atau dari mana saja sumbernya.

Pendek kata, THR telah menjadi obesesi dan mimpi pada sebagian masyarakat di negeri ini.Terlebih saat memasuki bulan Ra­ma­dhan. Rasanya tidak af­dhal, kalau THR tidak ma­suk dalam kosa kata atau kamus agenda Ramadhan.

Karena mereka sudah terlanjur yakin, bahwa Ramadhan dengan Hari Raya Idul Fitri itu adalah satu paket. Dan THR pastinya harus dibayarkan pada masa menjalani bulan Ramadhan menjelang masuknya Hari Raya Idul Fitri tersebut. Dan pada akhirnya, bagi mereka yang benar-benar mendapatkan THR itu akan sangat ber­gembira.

Akan tetapi sebaliknya, mereka yang belum beruntung, sehingga tidak jadi mendapatkan THR, akan merasa sedih sekali. Sesungguhnya dan benar adanya, bahwa bulan Ramadhan telah disiapkan Allah Swt untuk hamba-Nya lengkap dengan segala fasilitas atau pemberian yang melebihi dan bahkan tidak bisa dibandingkan nilainya dengan “THR” yang disiapkan oleh ma­nuisa.

Karena sejatinya, ada banyak sekali tunjangan, hadiah atau bonus dan penghargaan yang disediakan Allah Swt untuk para shaimin dan shaimat di bulan penuh Rahmat, Maghfirah dan Keberkahan itu.

Di antaranya ialah : Pertama. Shiyam atau imsak atau berpuasa. Rasulullah Saw bersabda yang artinya: “Barangsiapa berpuasa pada bulan Rama­dhan dilandasi karena Iman kepada Allah Swt dan mengharapkan ganjaran pahala dari Allah Swt, maka Allah Swt akan mengampuni dosa-dosanya yang telah berlalu”. (Al-Hadits).

Hal ini bermakna bahwa ada hadiah dari Allah Swt bagi sekalian hamba-Nya yang melaksanakan shiyam dan amal shalih lainnya pada siang hari Ramadhan yaitu pengampunan atas dosa, kesalahan dan kekhilafannya di masa lalu.

Kedua. Qiyam atau te­gak berdiri. Rasulullah Saw juga bersabda yang artinya: “Barangsiapa yang te­gak mendirikan malam-malam Ramadhan (dengan Shalat Tarawih, Witir dan Ibadah lainnya) dilandasi iman kepada Allah SWT dan mengharapkan ganjaran pahala dari Allah Swt, maka Allah Swt akan mengampuni dosa-dosanya yang telah berlalu”. (Al-Hadits).

Hal ini juga mengandung makna, bahwa ada bonus dari Allah Swt bagi sekalian hamba-Nya yang menghidupkan malam-ma­lam Ramadhan dengan aneka ragam Ibadah dan Taqarrub kepada Allah Swt berupa pengampunan dari dosa-dosa dan kesalahannya yang telah berlalu.

Ketiga, Alquran. Ramadhan sering juga dinamai dengan Syahrul Quran atau Bulan diturunkannya Alquran. Sebagaimana firman Allah Swt dalam Surat Al-Baqarah ayat 186 yang artinya :  “Bulan Ramadhan yang didalamnya diturunkan Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan sebagai penjelas dari petunjuk itu dan sebagai pembeda (antara yang haq dengan yang bathil)”.

Kemudian Rasulullah Saw bersabda yang artinya ; “Bacalah Alquran, karena ia akan menjadi syafaat di hari akhir kelak bagi sahabatnya (yang senantiasa membacanya)” (Al-Hadits). Seterusnya Rasulullah Saw juga bersabda yang artinya ; “Barangsiapa yang membaca satu huruf Alquran maka ia akan men­dapatkan satu kebaikan dan satu kebaikan itu akan dilipatgandakan menjadi sepuluh. Aku tidaklah mengatakan Alif Lam Mim itu satu huruf. Melainkan Alif satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf”. (Al-Hadits).

Hal ini bermakna bahwa melalui perantaraan membaca Al-Qur’an, Allah Swt akan memberikan gan­­jaran berupa kebaikan yang berlipat ganda dari setiap huruf yang dibaca hamba-Nya dan juga di hari akhirat kelak, Al-Qu’an tersebut akan menjadi penolong dan pembela bagi hamba-Nya tersebut”.

Keempat. Lailatul Qadar. Allah Swt berfirman dalam Surat Al-Qadr ayat ketiga dan keempat yang artinya : “Lailatul Qadr (malam kemuliaan) itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu

turun para malaikat dan malaikat Jibril , dengan izin Rabb-nya untuk mengatur segala urusan”. Kita dianjurkan oleh Rasulullah Saw untuk “memburu” atau “mencari” malam Qadr sepanjang bulan Rama­dhan, terutama pada sepuluh hari terakhir Ramadhan dengan cara memperbanyak Ibadah dan Taqarrub kepada Allah SWT. Karena bagi siapa saja yang atas izin Allah SWT dipertemukan dengan Lailatul Qadr, sedangkan dirinya tengah berasyik-masuk dalam peng­hambaan yang khu­suk dan larut dalam taubat yang mendalam, niscaya hal itu lebih baik bagi dirinya dibandingkan dengan seribu bulan atau sekitar 83 tahun 4 bulan usia kehidupan manusia di bumi yang fana ini.

Maka menjadi sangat beralasan sekiranya pada momentum yang baik ini, setiap shaimin dan shaimat segera bergegas beralih fokus dan berlari menuju luasnya THR Ramadhan yang tersedia dan terbentang di sepanjang detik bulan Ramadhan yang masih tersisa.

Menata kembali niat agar semakin ikhlas dan kokoh serta menyempurnakan amal ibadah pada sepuluh hari terakhir Ramadhan. Agar satu per satu bonus, hadiah atau penghargaan dari Allah SWT itu dapat diraih dengan segenap daya upaya, pengorbanan dan kesungguhan yang optimal. Karena hakikatnya, bagi shai­min dan shaimat dan orang-orang yang melakukan amal shalih lainnya, Allah SWT telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.

Dan pada puncaknya, untuk orang-orang beriman yang melaksanakan amal ibadah puasa, Allah SWT akan mengangkat derajat mereka menjadi hamba yang Muttaqin. Dan hakikat dari ketaqwaan itu sendiri adalah kemenangan yang nyata. Wallahu a’lam bis shawab. (**)

Exit mobile version