Dengan terbentuknya BP Kawasan Kota Tua ini, maka ke depan bakal banyak percepatan pembangunan dan pengembangan kawasan ini. Menurutnya, pembangunan yang sudah dilaksanakan misalnya, jalan di Kawasan Kota Tua sudah dipasang lampu jalan.
Selain itu, juga akan dibangun infrastruktur pendukung. Di mana tahun ini melalui Dinas PUPR Kota Padang, juga telah membuat DED perbaikan jalan di sepanjang pinggir Batang Arau. “Ke depan kita sudah ada Detail Enginering Desain (DED) pengembangan Kawasan Kota Tua,” terangnya.
Kendala yang dihadapi dalam melakukan revitalisasi bangunan heritage di Kawasan Kota Tua ini selama ini, banyak bangunannya milik pribadi dan BUMN seperti Perusahaan Dagang Indonesia. Juga ada milik komunitas dan kelompok. Sementara Pemko Padang tidak punya lahan aset di Kawasan Kota Tua.
“Ke depan kita menjalin kerja sama atau MoU dengan pihak terkait pemiliik bangunan untuk dapat dilakukan pemanfaatan bangunan. Untuk memaksimalkan pengembangannya, kita juga libatkan komunitas,” terangnya.
Anggota Komunitas Padang Hetirage, Danil mengatakan, Kawasan Kota Tua di Kota Padang dikenal dengan Kota Tua Padang atau Padang Lama. Hadirnya Kota Tua Padang tidak lepas dari keberadaan sungai Batang Arau dan Pelabuhan Muaro.
Tempat ini merupakan cikal bakal keberadaan Kota Padang dan menjadi saksi akan jayanya tempo dulu sekaligus sebagai menjadi tapak mula berkembangnya Kota Padang.
Kota Padang mulai berkembang ketika kedatangan pedagang Belanda yang bernama Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) pada tahun 1663. Kota Padang sebagai markas besarnya untuk kawasan pantai barat Sumatera (Sumatra’s Westkust) mulai tahun 1666.
VOC tertarik untuk membuat pelabuhan di kawasan muara sungai Batang Arau, karena memiliki muara yang luas dan bagus untuk bersandar kapal-kapal dagang. Seiring berjalannya waktu, Kota Padang berkembang menjadi pusat perdagangan terpenting dengan ditujuk sebagai ibu kota pada 1668.
Pada 7 Agustus 1669, hari itu terjadinya pergolakan masyarakat Pauh, Kuranji, dan Koto Tangah untuk melawan monopli VOC dengan membakar loji di kawasan Pelabuhan Muaro. Tanggal tersebut kemudian ditetapkan sebagai hari lahirnya Kota Padang.
Pada tahun 1670 VOC kembali membuat loji dan benteng di kawasan Pelabuhan Muaro. Pada tahun 1781 benteng VOC dibongkar oleh Inggris. VOC dibubarkan pada 31 Desember 1799 dan diambil alih oleh pemerintah Hindia Belanda.
Kota Padang semakin berkembang setelah adanya Pelabuhan Teluk Bayur di Padang, pabrik Semen di Padang, Tambang Batu Bara di Sawahlunto, dan dibangunnya jaringan kereta api hampir di seluruh wilayah Sumbar yang dikenal dengan proyek Tiga Serangkai Belanda untuk industry Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto yang sekarang menjadi warisan dunia.
Lalu lintas perdagang semakin ramai dan berkembang pesat sehingga sekitaran wilayah ini tumbuh menjadi pusat pemukiman baru yang homogen dan padat sehingga Kota Padang dijuluki sebagai kota metropolitan di kawasan pesisir pantai barat pulau Sumatera di abad ke-19 hingga awal abad ke-20.
Saat ini di sekitar bekas benteng VOC di tepi sungai Batang Arau merupakan pusat kota lama dengan bangunan berarsitektur kolonial. Tercatat ada lebih 20 bangsa asing di dunia pernah datang ke Kota Padang dan hingga saat ini ada 18 bangunan cagar budaya yang ada di sekitar Batang Arau.(fan)