Tepat 6 tahun gempa bumi 30 September, kemarin, dilakukan kegiatan di Monumen Korban Gempa di Taman Melati Padang. Acara juga diisi dengan pembacaan puisi dan doa. Sayangnya, tidak satu pun pejabat Pemko yang datang di lokasi ini.
GEREJA, METRO–Tidak ada lagi kegiatan mengenang musibah gempa dahsyat 30 September 2009. Pemko Padang, kemarin tak ada melakukan seremonial sebagai bentuk keprihatinan terhadap gempa besar yang menewaskan ratusan warga Kota Padang itu, tepat pada enam tahun lalu.
Sikap cuek Pemko itu menuai kekecewaan dari DPRD Padang. Wakil Ketua DPRD H Wahyu Iramana Putra, menilai Pemko tidak memiliki perasaan dan empati pada para korban gempa bumi. ”Terus terang kami kecewa dan malu. Pada hari ini, tak ada satu pun pejabat Pemko yang datang ke tugu monumen gempa bumi 30 September 2009 ini,” ujar Wahyu usai peletakan karangan bunga di tugu gempa, di Taman Melati, Rabu (30/9).
Hadir pada acara tersebut mantan Wali Kota Padang Fauzi Bahar, mantan Ketua DPRD Zulherman, beberapa orang anggota DPRD Padang serta ormas dan OKP. Acara peringatan gempa itu dibuka dengan pembacaan puisi dan peletakan karangan bunga. Ikut hadir beberapa korban gempa, seperti mahasiswa Universitas Indonesia (UI), Qurata Ayuni yang kakinya diamputasi karena ditimpa reruntuhan bangunan.
Menurut Wahyu, dengan tidak hadirnya pejabat Pemko Padang pada peringatan itu, sudah menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki rasa empati. Hal itu sebut Wahyu bisa saja disebabkan karena pada saat kejadian, pejabat-pejabat pemerintahan sekarang tidak ikut turun dan menyelamatkan para korban. Atas kekecewaan ini, DPRD sebut Wahyu akan memanggil pejabat Pemko guna mempertanyakan sikap mereka.
Sementara itu mantan Wali Kota Fauzi Bahar mengatakan, peringatan gempa ini adalah tonggak sejarah titik bangkit Kota Padang setelah dihoyak gempa 7,9 SR. Momen ini seharusnnya, menurut Fauzi harus selalu dikenang untuk semakin memupuk semangat membangun dan sekaligus menyiapkan langkah mitigasi lebih baik. Sehingga, ke depannya lebih siap lagi ketika bencana kembali datang.
”Kita berharap gempa tak lagi datang. Namun warga Padang harus selalu waspada,” ujarnya.
Dikatakan Fauzi, gempa 30 September 2009 telah meninggalkan duka yang mendalam bagi warga Padang dan Sumbar. Gempa ini telah menelan korban ribuan warga di Sumbar.
Tingkatkan Mitigasi Tsunami
Pendiri Komunitas Siaga Bencana Tsunami (Kogami) Patra Rina Dewi berpendapat kepiluan peristiwa gempa 30 September 2009 tidak perlu dikenang lagi. Karena hal itu tidak lebih penting daripada upaya peningkatan mitigasi tsunami yang lebih cepat, tepat dan terukur.
Patra menilai sampai saat ini langkah mitigasi yang dilakukan Pemko masih jalan di tempat. Jalan jalan evakuasi tak bertambah, peningkatan kapasitas masyarakat dan organisasi kebencanaan juga minim dilakukan. Selain itu berbagai peralatan juga kurang memadai. Sementara di sisi lain potensi korban jika bencana terjadi masih sangat besar.
Seharusnya Pemko Padang bersama DPRD harus kurang serius menganggarkan untuk mitigasi ini setiap tahun melalui APBD. Anggaran dalam APBD hanya tersedot sebagian besar untuk fisik dan membiayai kunjungan kunjungan kerja pejabat.
”Ini yang sangat kita sayangkan. Perhatian Pemko dan DPRD itu masih sangat kurang untuk langkah pengurangan risiko bencana. Padahal Padang sebagai daerah rawan sudah harus mempersiapkan keselamatan jiwa warganya,” sebut Patra. (tin)
Komentar