A.YANI, METRO–Pemerintah Kota Padang bakal memasifkan ‘Padang Bagoro’ sebagai bentuk ikhtiar optimis raih kembali predikat Adipura tahun 2024. Sebanyak 3.400 RT dan 900-an RW di Kota Padang akan mengoptimalkan imbauan kepada masyarakat, minimal membersihkan halaman rumah, dan lingkungan sekitar, besok, Minggu (28/1) pagi.
Hal itu diungkap Wali Kota Padang Hendri Septa dalam rapat Padang Bagoro, Jumat (26/1). Ikut hadir Sekda Andree Algamar, Asisten III Didi Aryadi, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Fadelan FM, Kepala Dinas Kominfo Padang Bobby Firman, dan Asosiasi Bank Sampah Indonesia Kota Padang (Absosi).
Wako menyampaikan, Padang Bagoro harus dimulai oleh semua lapisan masyarakat terutama dari RT dan RW. Di tahun ketiga pelaksanaan program ini, Pemko Padang ingin membangun budaya hidup bersih.
“Kita imbau seluruh RT dan RW untuk mengajak warganya bergoro,” katanya dalam rapat yang juga didampingi oleh Sekretaris Daerah Kota Padang Andree Algamar.
Ia menyoroti riol dan saluran air di sekitar rumah masyarakat yang umumnya sudah dipenuhi sedimen. Menurutnya, ini akan menyebabkan genangan air hingga banjir jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi.
“Bahkan, di riol dan saluran air itu masih juga dijadikan tempat membuang sampah. Ini akan menjadi konsentrasi kita semua, bagaimana masyarakat tidak lagi sembarang membuang sampah,” ujarnya.
Hingga saat ini, produksi sampah di Kota Padang mencapai 660 ton per hari. Sebanyak 100 ton sampah sudah bisa diekstrak dipilah di bank sampah.
Artinya, lebih kurang 500 ton sampah akan dibuang ke TPA Air Dingin. Ia menyebutkan ke depan setiap bank sampah yang ada di kecamatan harus dioptimalkan lagi.
“Terutama dalam Padang Bagoro, ketika membersihkan rumah nanti akan ada ditemukan sampah yang bisa dipilah. Maka dari itu, edukasi kepada seluruh masyarakat mengenai bank sampah ini harus kita gencarkan lagi. Kita usahakan satu RW, satu bank sampah,” ujarnya.
Selain mengoptimalkan Padang Bagoro, Hendri Septa juga menyebutkan pengolahan sampah di TPA Aia Dingin juga harus dicanangkan. Pemerintah pusat sebutnya, akan menghibahkan Refused Derived Fuel (RDF) pada Februari mendatang. “Edukasi harus terus dilakukan, terutama kepada siswa kita di sekolah. Kita ajak mereka, jadikan Padang Bagoro sebagai kurikulum,” ujarnya.
Membangun Budaya Bersih dari Rumah
Di sisi lain, wako mengakui, budaya hidup bersih memang harus dibangun sejak dini. Terutama di tengah masyarakat. Serta anak-anak yang akan menjadi generasi penerus. “Saya melihat di luar negeri, warganya tidak ada yang membuang sampah, sampah itu ada di rumah, bahkan saya tidak temukan tong sampah di ruang publik,” katanya.
Ia mengatakan, budaya hidup bersih di dalam diri warga luar negeri sudah dimulai sejak ratusan tahun lalu. Orangtua memberikan edukasi yang benar bagaimana mengelola sampah.
“Di luar negeri sana warganya tidak membuang sampah sembarangan, sampah disimpannya dalam tas atau jaket. Ketika sudah sampai di rumah kemudian dibuang dalam tong sampah, budaya ini yang harus kita tiru dan tanamkan,” jelasnya.
Hendri Septa berharap generasi muda membangun budaya hidup bersih sejak dini. Sehingga ke depannya, terbangun gaya hidup bersih yang telah tertanam di dalam diri masing-masing. (brm)