PADANG, METRO–Media sosial tidak hanya digunakan oleh para pasangan capres dan cawapres untuk kampanye jelang Pilpres 2024 ini. Namun, partai politik dan calon anggota legislatif (caleg) juga aktif menggunakan media sosial sebagai platform komunikasi dengan masyarakat atau konstituen mereka.
Caleg menilai, kampanye lewat media sosial (medsos) menjadi senjata yang ampuh untuk memikat pemilih, khususnya pemilih muda. Pasalnya, mengingat pengguna internet di tanah air didominasi generasi milenial dan generasi Z.
Para caleg saat ini lebih cenderung “berselancar” dan sosialisasi diri menggunakan platfrom, seperti facebook, instagram, Tik Tok, WhatsApp, maupun YouTube untuk dapat hadir di tengah masyarakat.
Meski demikian, Pakar Komunikasi dari Universitas Andalas Dr. Emeraldy Chatra, PGDip, M.I.Kom, menyoroti bahwa jika para caleg terus menerus memanfaatkan medsos akan berakibat tidak efektif lagi untuk menyita perhatian masyarakat.
Karena, menurutnya, di saat masa kampanye perhatian masyarakat akan terbagi dengan banyaknya informasi dari caleg lain yang juga melakukan hal serupa.
“Jika informasi tentang caleg terlalu banyak di medsos, maka tidak akan menjadi bahan perhatian lagi oleh publik. Hal ini disebabkan pada masa kampanye perhatian masyarakat akan terbagi-bagi oleh banyak informasi di medsos, sehingga promosi caleg di medsos tidak akan menjadi efektif,” ulas Emeraldy.
Imbasnya, pesan tentang caleg tersebut di medsos akan menjadi sampah, karena tidak menjadi bahan perhatian lagi oleh masyarakat.
Saat ini, para caleg juga belum banyak yang melakukan sosialisasi langsung kepada masyarakat, tetapi para caleg mengambil langkah dengan memasangkan baliho-baliho yang dianggap sebagai tempat yang strategis untuk dilihat oleh masyarakat.
Emeraldy Chatra memprediksi, caleg yang hanya bermodal iklan diri di medsos dan baliho, akan beralamat tidak baik pada dirinya dan berpeluang gagal total di Pileg.




















