Pak Ogah, Membantu atau Menyulitkan?

Kehadiran pak ogah di sejumlah persimpangan jalan di kawasan Adinegoro membuat resah para pengendara mobil, karena mereka memaksa minta uang. Jika tidak diberi, mereka akan melontarkan kata kasar dan sumpah serapah.
HAMKA, METRO–Istilah pak ogah atau polisi cepek adalah istilah yang biasa digunakan untuk pengatur lalu lintas di persimpangan jalan atau jalan putaran balik. Kehadiran pak ogah ada yang memberi pengaruh positif bagi pengendara seperti membantu dalam kelancaraan lalu lintas. Namun, tidak sedikit pengendara mengeluh jika kadang mendengar ”sumpah serapah” pak ogah lantaran tidak diberi uang ”cepek”.
Saat ini, keberadaan pak ogah di persimpangan jalan utama di Kota Padang makin banyak dijumpai. Hal ini bisa terlihat di ruas Jalan Khatib Sulaiman, Hamka hingga Adinegoro, Kecamatan Kototangah. Mereka berdiri memberikan jasa kepada pengendara yang ingin berputar di persimpangan jalan.
Namun kehadiran mereka mulai menimbulkan pro-kontra. Ada yang senang dan merasa terbantu dengan keberadaan mereka di persimpangan. Namun ada yang merasa terganggu akibat kehadiran mereka. Jika pemilik kendaraan tak memberi uang, maka pak ogah langsung mengumpat dengan kata-kata kasar kepada si empunya kendaraan.
Bahkan ada yang mengatakan kehadiran mereka sudah mengganggu ketertiban umum. Ya, pak ogah kini seperti ”mengkudeta” Polantas yang seharusnya bertugas mengatur lalu lintas di jlan raya.
”Ya, saya lihat banyak polisi cepek di Jalan Hamka, seperti di depan kampus UNP dan juga yag berdiri di dekat persimpangan Cendrawasih-Tunggulhitam. Kadang-kadang kehadiran mereka makin membuat macet ruas jalan yang sudah sempit. Yang lebih anehnya mereka sering marah, jika kita tak sempat mengasih uang,” sebut Pratama (40), karyawan salah satu bank di Kota Padang, kepada POSMETRO, Selasa (22/9).
Menurut Pratama, pak ogah yang rata-rata masih muda, bahkan ada juga anak di bawah umur, sering membuat kagok para pengemudi mobil. Seperti, ketika lalu lintas relatif sepi—, tidak ada kepadatan yang berarti. Sebenarnya pengemudi bisa lewat di putaran itu dengan normal. Tanpa perlu bantuan siapapun, termasuk dari pak ogah.
”Kadang-kadang mereka muncul dan sudah memberi aba-aba dari jauh dengan mengangkat tangan. Kaget juga melihatnya,” sebut Pratama.
Hal sama juga disampaikan oleh Wahyudi (32). Pegawai negeri ini menyebut, jika keberadaan pak ogah bisa ja membantu jika kondisi sedang macet. Namun, jika lalu lontas sepi, keberadaan pak ogah disebut hanya sekadar mencari uang dari pemilik mobil.
”Bagi yang bertindak seperti itu, mungkin mereka hanya mengutamakan imbalan dari pengemudi,” sebut warga Katapiang, Kecamatan Kuranji ini.
Lalu, apakah keberdaan pak ogah diperlukan atau tidak? Wahyudi menyebut, pak ogah itu kadang dibutuhkan juga keberadaannya. Tidak semuanya menyusahkan. Terutama pada saat tidak ada petugas polisi lalu lintas yang mengatur kepadatan—, seperti di kawasan Bypass, Kuranji. Pak ogah sangat dibutuhkan dan bisa jadi berguna.
Kepala Satuan Pol PP Padang Firdaus Ilyas mengatakan, jika keberadaan pak ogah sudah mengganggu ketertiban, mereka bertindak. ”Kami siap melakukan penertiban dengan cara penegakan perda ketertiban umum. Namun, kami harus tetap melakukan koordinasi dengan kepolisian dan Dishubkominfo,” ungkap Firdaus, Selasa (22/9).
Dikatakan, perilaku pak ogah sudah menimbulkan ketidaknyamanan. ”Tindakan mereka juga belum memiliki aturan yang jelas, kita siap untuk menertibkan keberadaan mereka. Apalagi jika sudah berujung pemerasan,” tegasnya.
Sedangkan Kepala Dishubkominfo Rudy Rinaldy menyebut, jika penertiban pak ogah, bukan ranah dari Dishubkominfo. ”Ini adalah perkara ketertiban umum, seharusnya Satpol PP saja yang menertibkan mereka. Kita hanya sebagai penyedia jasa angkutan,” ucapnya. (o)

Exit mobile version