Kabut Asap Berbahaya, Wako: Mari Berdoa minta Hujan

Wali Kota Padang, Mahyeldi Dt Marajo
AGUS SALIM, METRO–Hingga kini, kondisi udara Kota Padang masih diselimuti kabut asap kiriman. Meski sudah berada tahap menghkawatirkan dan dapat merusak kesehatan, Pemko Padang belum memiliki kebijakan apapun untuk menyelamatkan masyarakat.
”Kita masih mengevaluasi ketebalan asap ini setiap hari. Untuk sementara aktivitas sekolah dan kerja masih seperti biasa,” ujar Mahyeldi, Senin (21/9).
Mahyeldi menilai, ketebalan asap di udara Kota Padang masih belum terlalu berbahaya. Namun pada prinsipnya, kata Mahyeldi, warga diminta untuk mengurangi aktivitas di luar ruangan. Jika terpaksa keluar, maka harus memakai masker. Sehingga partikel debu bisa tersaring dan tidak merusak kesehatan.
Mahyeldi juga mengimbau agar warga Kota Padang sama-sama berdoa agar segera diturunkan hujan. Sehingga kadar debu dalam udara bisa berkurang. ”Mari kita sama-sama berdoa, semoga hujan turun,” sebut Mahyeldi.
Sementara itu pantauan POSMETRO, Senin pagi hingga siang, kabut masih terlihat jelas pada pagi hari. Namun ketebalannya sudah berkurang jika dibandingkan pada Minggu (20/9). Hal ini bisa saja disebabkan hujan yang turun pada Minggu malam.
Aktivitas warga kota masih seperti biasa. Sebagian pengendara motor belum memakai masker. Begitu juga dengan anak-anak sekolah.
Dilarang Membakar
Kepala Bapedalda Padang Edi Hasymi mengatakan, hingga kemarin kadar debu udara Kota Padang berkisar diangka 77, 02 Ug/M3. Kadar tersebut berada pada posisi sedang.
Namun, ia tetap mengimbau semua warga yang keluar ruangan untuk selalu memakai masker. ”Kadar debu sudah mulai berkurang, tapi kita tetap menghimbau agar memakai masker,” ujar Edi.
Diuraikannya, untuk 0-50 Ug/M3 berada pada posisi baik, 51-150 Ug/M3 berada pada status sedang, kadar udara dengan 351-420 Ug/M3 dikategorikan pada posisi sangat tidak sehat. Sementara untuk angka 420 Ug/M3 berstatus berbahaya.
”Sekarang masih sedang, belum masuk pada kategori tidak sehat. Tapi tetap juga pakai masker,” ulasnya lagi.
Dengan memakai masker, maka debu di udara akan tersaring. Begitu juga kadar CO2 yang berasal dari knalpot kendaraan. ”Sebenarnya asap kendaraan lebih berbahaya dari pada asap hasil pembakaran hutan. Karena itu harus pakai masker,” terang dia lagi.
Edi mengimbau warga tidak memperparah kondisi udara dengan membakar. Karena akan menimbulkan asap. ”Sekarang masih banyak pula warga yang membakar. Ini akan semakin memperburuk keadaan,” ujarnya. (tin)

Exit mobile version