Perang Melawan Stunting, PT Semen Padang bersama Pemko Launching Rumah Gizi “Santiang” Kecamatan Pauh

LAUNCHING RUMAH GIZI SANTIANG — Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang, dr. Srikurnia Yati melakukan pengguntingan pita, tanda diresmikannya Rumah Gizi “Santiang” Kecamatan Pauh, di di Rumah Data Ku, Kelurahan Limau Manis Selatan.

PAUH, METRO–Kampanye Perang Melawan Stun­ting yang dilakukan PT Semen Padang dalam rangka mendukung program Generasi Emas 2045 terus digalakkan. Setelah memberikan bantuan  makanan tambahan untuk bayi stunting berusia di bawah 2 tahun (Baduta), kali ini PT Semen Padang bersama Pemko Padang melaun­ching Rumah Gizi “San­tiang” Kecamatan Pauh, Rabu (11/1) lalu.

Launching Rumah Gizi Santiang yang berada di Rumah Data Ku, Kelurahan Limau Manis Selatan itu, ditandai dengan pengguntingan pita oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Pa­dang, dr. Srikurnia Yati, dan turut disaksikan oleh Staf Hubungan Kelembagaan Unit Humas & Kesekretariatan PT Semen Padang, Oktaveri, yang hadir mewakili manajemen PT Semen Padang.

Selain itu, juga hadir Kepala Bidang Pengendalian Penduduk (Dalduk) DP3AP2KB Kota Padang, Andi Amir, Camat Pauh, Yoserizal, Kepala Puskesmas Pauh, Drg. Hj. Trisye Musfa, M. Si, Ketua KAN Limau Manis, Syarifuddin Dt Bungsu, kader Posyandu se-Kecamatan Pauh, ibu dan bayi Baduta, serta tokoh masyarakat Kecamatan Pauh.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang, dr. Srikurnia Yati mengapresiasi PT Semen Padang yang telah berkomitmen mendukung Pemko Padang dalam program Cegah Stunting (Ceting) untuk tiga kecamatan di Kota Padang, yaitu Pauh, Lubuk Begalung dan Lubuk Kilangan.  Bahkan dalam hal ini, PT Semen Padang menjadi bapak asuh dari Baduta yang tersebar di tiga kecamatan tersebut.

“Ini perlu kami apresiasi. Apalagi, sejak dilakukannya MoU antara Pemko Padang dengan Semen Padang dalam program Ceting, Semen Padang terus menunjukkan komitmennya mendukung Pemko Padang dalam melakukan pencegahan stunting. Harapannya, jangan stop sampai di sini, kami berharap ini bisa berlanjut ke depannya,” kata Srikurnia.

Kepada Baduta, khu­susnya ibu-ibu dari baduta di Kecamatan Pauh yang berjumlah 28 balita, ia pun berharap kehadiran ibu dan 28 Baduta ini tidak hanya untuk launching Rumah Gizi Santiang saja, tapi harus berkomitmen untuk hadir selama 10 hari ke depan di Rumah Gizi Santiang ini dalam rangka penanganan stunting terhadap balitanya yang masuk dalam data Baduta.

“Jangan sampai tidak hadir. Kami tidak mau seperti itu. Kalau kita berkomitmen 10 hari ke depan bertatap muka di sini (Rumah Gizi Santiang),  maka dari sekarang sampai 10 hari ke depan, 28 Baduta ini harus hadir setiap hari di sini. Karena, setelah Rumah Gizi Santiang ini di launching, akan ada berbagai kegiatan dilakukan yang tujuannya untuk penanganan stunting,” ujarnya.

Berbagai kegiatan penanganan stunting yang diadakan di Rumah Gizi “San­tiang” ini, sebut Srikurnia, diantaranya penyuluhan tentang gizi untuk balita, penyuluhan tentang kesehatan gigi balita, pe­nyuluhan tentang Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), dan pemantauan berat, tinggi badan dan kesehatan balita.

“Berbagai kegiatan ini melibatkan dokter, bidan dan tim gizi dari Puskesmas Pauh,” katanya.

Masalah stunting, kata Srikurnia melanjutkan, disebabkan bukan hanya ka­rena asupan gizi balita. Masalah PHBS, pola asuh ibu kepada anaknya dan cara pemberian makanan, dan ketidakpahaman ibu terkait masalah gizi seimbang juga menjadi penye­bab terjadinya stunting. Namun begitu, dia menyampaikan bahwa masa­lah gizi seimbang bukan berarti mahal.

“Masalah stunting bukan hanya disebabkan oleh faktor ekonomi. Ini masalah anak-anak masa pertumbuhan butuh protein tinggi, seperti nabati dan hewani. Kalau nabati tidak harus mahal, tahu dan tempe itu nabati. Kemudian hewani itu, telur dan daging. Agar tidak terjadinya stunting, ibu-ibu harus bisa mengolah nabati dan hewani menjadi makanan yang enak dikonsumsi oleh balita kita,” katanya.

Pada kesempatan itu, Srikurnia juga berharap agar generasi remaja se­karang ini, ke depan harus melek dengan pengeta­huan tentang stunting dan apa penyebabnya. Karena, selain masalah asupan gizi yang kurang serta tidak menerapkan pola PHBS, faktor lain penyebab stunting adalah soal siklus hidup generasi remaja. Misalnya, apakah remaja menderita anemia atau tidak.

Ketika akan menikah, ELSIMIL atau aplikasi skrining dan pendampingan untuk calon pengantin dipahami calon pengantin atau tidak. ELSIMIL itu sangat penting dalam menge­du­kasi calon pengantin. Sebab, 70 persen setelah menikah mereka pasti ha­mil. Dan tentunya remaja sekarang ini, khususnya re­maja putri, diharapkan pa­ham bagaimana siklus hidup setelah menikah.

“Remaja kita setelah menikah dan hamil akan ada perubahan pada tubuh. Saat hamil, asupan makanan yang dikonsumsi juga harus seimbang. Kemudian sesudah melahirkan, balita harus diberikan ASI ekslusif, dan harus tahu juga bagaimana pola asuh kepada balita. Jadi, ini lah siklusnya. Kalau tidak ditangani siklus ini dari hulunya, maka dapatlah kita anak-anak dengan stunting,” ungkap Srikurnia.

Sementara itu, Kepala Unit Humas & Kesekretariatan PT Semen Padang Nur Anita Rahmawati me­nga­takan bahwa PT Semen Pa­dang mendukung program Ceting di Rumah Gizi Santiang ini. Dan kata Santiang itu dalam pengertian bahasa Minang itu, bagai­mana generasi ke depan bisa menjadi generasi the best.

“Ini harapan kita bersama. Mudah-mudahan dengan di launchingnya Rumah Gizi Santiang  ini, di wilayah Ring 1 PT Semen Padang, khususnya Pauh, tidak ada lagi generasi yang mengalami masalah gizi atau stunting. Dan, PT Semen Padang sangat men­dukung Rumah Gizi San­tiang ini. Apalagi se­belum­nya juga sudah ada MoU antara PT Semen Pa­dang dengan Pemko Pa­dang,” katanya.(*)

Exit mobile version