SAWAHAN, METRO–Komisi II DPRD Kota Padang melakukan sidak ke OPD-OPD penghasil Pendapatan Asli Daerah (PAD). Anggota dewan ini menilik satu persatu OPD, kenapa capaian PAD masih sangat rendah.
Kunjungan lapangan yang dilakukan Selasa (31/5) itu dilakukan ke UPT Pabrik Es Tempat Pelelangan Ikan (TPI), di bawah naungan Dinas Pangan dan Kelautan di Padang Sarai, Kecamatan Koto Tangah.
Pabrik es TPI milik Pemko Padang ini merupakan salah satu UPT yang memberikan kontribusi PAD rendah yang didapatkan melalui produksi pabrik es balok khusus untuk kebutuhan para nelayan.
“Diketahui untuk saat ini capaian PAD Kota Padang sudah masuk pada bulan keenam di 2022 ini belum sampai 25 persen, baru hanya sekitar 20 atau 21 persen. Miris kita,” kata Anggota Komisi II Elly Thrisyanti.
Ia berharap dari penjualan es batu balok yang produksi melalui dua pabrik es balok yang ada saat ini, dari target PAD Rp4,5 miliar tersebut tentu bisa dapat tercapai. Namun hal ini tidak tercapai.
“Dari kunjungan tersebut, kita mendapatkan informasi dari kepala dinasnya bahwa dari dua mesin yang ada, salah satunya rusak dan tidak dapat beroperasi secara maksimal. Untuk mesin yang lama yang kapasitas 15 ton di pabrik pertama, masih maksimal dengan waktu 1 kali 24 jam semua es batu balok siap produksi,” ujar kader Gerindra ini.
Sementara, pada mesin kapasitas 30 ton di pabrik kedua tak maksimal, butuh waktu 72 jam sehingga kebutuhan masyarakat nelayan dari hasil produksi batu es balok di pabrik ke dua ini tidak terpenuhi
Dengan kondisi demikian, pihaknya juga sudah menganggarkan untuk membangun satu lagi pabrik dengan kapasitas 30 ton. Dimana pabrik ketiga akan dibangun masih berada didalam lingkungan pabrik itu juga. Dinas terkait menargetkan pada Oktober 2022 ini pembangunan pabrik ketiga ini selesai.
Selain itu, ia juga merekomendasikan anggaran untuk perbaikan pada mesin kapasitas 30 ton di pabrik ke dua. Ada alat atau onderdil mesin yang harus diganti supaya bisa beroperasi dengan maksimal.
“Diharapkan di awal tahun 2023, tiga pabrik es balok dapat mencukupi permintaan dan kebutuhan nelayan di Kota Padang dengan beroperasional tiga pabrik es dengan kapasitas dua mesin 30 ton dan satu kapasitas 15 ton,” paparnya.
Ketua Komisi II DPRD Padang, Jumadi mengatakan, kunjungan lapangan yang dilakukan komisi II dalam rangka menyikapi kondisi saat ini dimana capaian PAD Kota Padang masih sangat rendah.
“Komisi II turun langsung ke OPD penghasil PAD untuk mengetahui apa yang menjadi permasalahan guna dicarikan solusinya supaya kinerja OPD bisa maksimal,” ujarnya.
Sementara itu, anggota DPRD Delma Putra yang juga merupakan salah seorang pelaku usaha nelayan dari Koto Tangah ini mengatakan, khusus untuk nelayan dari Kota Tangah saja ada 40 kapal dan kebutuhan akan es ini dalam sekali muat satu kapal sebanyak 150 batang es, belum lagi kebutuhan para masyarakat para pedagang ikan setempat dalam sehari itu kebutuhan bisa mencapai 150 batang es.
“Jadi bagi kami para pelaku usaha dan masyarakat pedagang ikan Kota Padang terkhususnya saja untuk di Koto Tangah memang sangat memerlukan sekali. Malahan ketika musim ikan, kami para nelayan dan pedagang rebutan agar bisa mendapatkan es tersebut,” katanya.
Ia sangat mendorong Dinas Perikanan dan Pangan Kota Padang untuk serius membenahi manajemen pabrik es TPI Padang Sarai ini demi maksimalnya pencapaian target PAD. Apalagi sudah dianggarkan dari APBD yang itu adalah uang rakyat untuk pembangunan pabrik yang ketiga dengan kapasitas mesin baru 30 ton.
“Jangan ada lagi alasan pencapaian PAD rendah. Sementara selama ini hasil produksi es dari pabrik ini terus laku habis terjual. Ini jadi tanda tanya besar bagi Dinas Pangan dan Perikanan Kota Padang,” paparnya.
Dalam kunjungan lapangan komisi II DPRD Kota Padang ikut hadir Wakil Ketua Komisi II, Edmon, anggota komisi Elly Thrisyanti, Muharlion, Wismar Panjaitan, Zalmadi, Rustam Efendi, Amran Tono dan Manufer Putra Firdaus. (ade)
















