SIJUNJUNG, METRO – Naiknya sejumlah harga kebutuhan pokok serta rendahnya daya beli masyarakat bukanlah isapan jempol belaka. Atau sekadar isu politik. Wasekjen DPP Gerindra Andre Rosiade meninjau langsung ke Pasar Tradisional Tanjung Ampalu yang terletak di Nagari Limo Koto, Kecamatan Koto VII, Kabupaten Sijunjung, akhir pekan lalu.
Andre tidak sekadar meninjau sejumlah harga kebutuhan pokok saja, namun juga membeli kebutuhan pokok layaknya pembeli, seperti masyarakat pada umumnya. Bahkan menyempatkan diri bertanya-tanya terkait harga dan daya beli masyarakat saat ini.
Dari sejumlah pedagang dan pembeli di pasar yang dikunjungi, seluruhnya mengaku bahwa kondisi ekonomi saat ini kian lesu. Naiknya sejumlah harga bahan kebutuhan membuat daya beli masyarakat mengalami penurunan.
Seorang pedagang, Inel (38) mengatakan, terjadi penurunan jual beli yang signifikan dari biasanya. “Daya beli masyarakat kurang. Pedagang juga mengalami penurunan omzet hingga 50 persen dari biasanya. Bahkan kondisi pasar saat ini bisa dikatakan lebih ramai penjual dari pada pembeli. Apalagi harga cabai merah, bawang dan lainnya tidak stabil. Kadang murah kadang mahal,” tuturnya.
Ia juga mengatakan, salah satu contoh pada harga telur. Sekarang Rp1.600/butir, bahkan satu papan yang isinya 30 butir telur bisa mencapai Rp38 sampai Rp40 ribu. “Harga itu cukup tinggi dari biasanya,” ujarnya pedagang asal Kecamatan Lintau, Kabupaten Tanahdatar.
Can, pedagang tempe menyebut, untuk menaikkan harga jual sangat sulit. Karena, pembeli akan lari, daya beli masyarakat rendah. “Saya berjualan dari pasar ke pasar. Memang rata-rata setiap daerah hampir sama. Omzet saya pun turun hingga 60 persen dari biasanya. Tapi bagaimana lagi, kami bergantung hidup juga dari hasil penjualan ini,” ungkap Can.
Bahkan untuk menarik daya beli masyarakat, dirinya mengatakan juga menyediakan tempe dengan harga terjangkau. Namun dalam porsi yang kecil. “Kalau yang ini cuma Rp1.000 harganya. Memang kecil sekali,” ujarnya sambil memegang bungkusan tempe yang lebih tipis dan kecil.
Sementara itu, kata Ajufri, pedagang daging, untuk harga daging sapi, daging ayam dan ikan juga mengalami hal yang sama. Daging sapi masih bertengger di harga Rp120 ribu per kilonya, sedangkan untuk satu ekor ayam potong dengan harga Rp40 sampai Rp45 ribu per ekor. Sedangkan ikan Nila Rp35 ribu/kg.
“Daging tidak pernah turun lagi, akibatnya tidak semua masyarakat yang mampu membeli daging sehingga pembeli pun menurun karena lebih memilih bahan yang lebih murah. Dulu cuma Rp70 sampai Rp90 ribu per kilo. Kami pun menjual daging dengan jumlah yang lebih sedikit karena pembeli sepi,” terang Aljufri alias Ongku.
Setelah berkeliling dan berdialog dengan pedagang dan pembeli, Andre yang juga calon anggota DPR RI Dapil Sumbar 1 mengatakan, rendahnya daya beli adalah sebuah fakta. “Jadi ini bukan isu-isu politik lagi, sekarang kita turun langsung dan survei harga secara mendadak. Dan ternyata benar, pengakuan pedagang dan pembeli memang saat ini kondisi ekonomi sulit,” kata Andre didampingi Sekretaris DPC Gerindra Sijunjung Anas Prabowo.
Andre menyebut, semua yang diwawancarainya itu terdokumentasi dengan baik. Bukan mengada-ada. “Bahkan, kita juga menemukan bentuk tempe yang setipis kartu ATM itu benar ada. Seperti yang disebutkan Cawapres Sandiaga Uno. Selain itu, para pedagang dan pembeli juga mengeluhkan harga bahan kebutuhan yang tidak stabil. Ini akibat dari lemahnya ekonomi masyarakat, harga naik, pembeli sepi, ekonomi sulit makanya pasar kita lesu,” jelasnya.
Andre menyebutkan, pembenahan di sektor ekonomi harus segera dilakukan pemerintah. “Seharusnya kesejahteraan ekonomi masyarakat merupakan hal prioritas dan program utama pemerintah. Karena ini berdampak kepada semua sektor dan lini,” pungkas Ketua Harian Ikatan Keluarga Minang (IKM) ini. (ndo)
Komentar