SUDIRMAN, METRO – Songket dan sulaman merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari budaya Minangkabau. Songket serta sulaman sudah ada sejak berabad-abad lalu. Keduanya, tampak terlihat dari busana masyarakat Minang dan juga terpampang di ornamen penghias rumah gadang.
Meskipun antara songket dan sulaman terpisah, namun dalam rangkaian Nusantara Marandang juga ditampilkan sebagai busana peserta kegiatan itu. Namun, kali ini songket dan sulaman yang terpisah disatukan dalam satu busana yang dirancang oleh dua desainer asal Sumbar, Emi Arlin dan Rona Rahayu Yunus.
“Pada koleksi di kegiatan Revealed Minangkabau ini kami memadukan dua warisan tradisi busana Minangkabau dalam sebuah konsep yang lebih berani dan modern. Yakni, memadukan antara songket dan sulaman dalam satu koleksi,” ujar desainer, Emi Arlin didampingi Rona Rahayu Yunus, kemarin.
Emi Arlin menyebutkan, sebelumnya sulaman dan songket merupakan sesuatu yang terpisah. Maka pada koleksi ini menyatukan keduanya dalam perpaduan yang harmonis dan saling menguatkan sebagai sebuah warisan budaya.
“Jadi ini berbeda dengan penggunaan songket dan sulaman yang selama ini identik dengan kegiatan seremonial adat, keduanya kini hadir dalam balutan yang lebih estetik sebagai salah satu pilihan dalam berbusana wanita modern, dengan nuansa etnik, dinamis dan berani,” kata Emi.
Lebih lanjut, sebut Emi, pakaian ini terdiri dari sulaman banang Ameh kepala peniti, dan itu dapat ditemukan pada seluruh wilayah Minangkabau. Kemudian, detailnya sulaman benang katun dan sutra yang halus, dengan visual membentuk lingkaran kecil-kecil, dan perpaduan warna yang harmonis.
“Sementara untuk songket adalah songket Silungkang dengan kain yang tegas, elegan, namun tidak menghilangkan keluwesannya. Sehingga, jika dipadukan keduanya yakni songket dan sulaman dalam ritme yang harmonis akhirnya disempurnakan dengan detail mote yang menghidupkan motifnya,” ujar Emi.
Sementara itu, Ketua Dekranasda Sumbar, Ny Nevi Irwan Prayitno mengatakan, Revealed Minangkabau merupakan rangkaian dari Nusantara Marandang yang mana diharapkan ini mampu mengembangkan kreativitas para perancang busana dan pengrajin kain di Sumbar agar mereka memiliki segmen pasar yang lebih luas.
“Bidang fashion merupakan salah satu industri yang penting dalam pengembangan Industri Kreatif di Indonesia. Fashion merupakan penyumbang 30 persen dari seluruh sektor Industri Kreatif terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional. Apalagi, kegiatan ini juga bertujuan untuk mengangkat kekayaan dan keunikan ragam hias, songket, batik Minang, dan tenun yang dimiliki Sumbar untuk terus dikenal dan menjadi warisan dari keberagaman warisan budaya dunia,” kata Nevi.
Untuk itu, diharapkan kegiatan ini digelar dapat menjadi apresiasi kepada desainer-desainer muda Sumbar agar dapat mengenalkan hasil karyanya ke pasar nasional dan internasional. “Kami pemerintah selalu mendorong kreatifitas desainer untuk mengembangkan karyanya dengan memberikan ruang dalam menampilkan kreatifitas tersebut pada kegiatan-kegiatan tahunan pemerintah demi melestarikan kekayaan etnik fashion di Sumbar,” pungkasnya. (mil)
Komentar