TANJUNG SABA, METRO–Hujan yang mengguyur Kota Padang sejak Rabu (29/9) hingga Kamis (30/9) pagi, di beberapa lokasi rawan banjir mengakibatkan kawasan tersebut terendam. Begitu juga warga yang berdomisili di sepanjang ruas jalur dua Bypass-Tanjung Saba, Lubukbegalung dan simpang Pisang, Kecamatan Pauh tak luput dari amukan luapan air.
Parahnya, luapan air sepanjang jalur dua Bypass yang sudah ditanggung warga selama 10 tahun terakhir ini, diperparah dengan luapan air sawah. Akibatnya, kawasan tersebut sudah seperti danau.
“Sejak Rabu sore hingga Kamis (30/9) subuh, air merendam di RT 01/RW III dan RT IV/RW III, Kelurahan Tanjung Saba, Kecamatan Lubukbegalung,” ujar Dasril, Ketua RT01/RW III, Keluarahan Tanjung Saba, kepada POSMETRO, kemarin.
Dikatakan Dasril, air luapan dari jalur dua Bypass-Tanjung Saba, tidak tertampung oleh banda atau saluran drainase yang hanya memiliki dalam hingga 1 meter dengan luas hanya sekitar dua meter itu. Sementara volume air yang masuk sangat tinggi sekali.
Karena tak tertampung lagi oleh banda atau saluran air yang ada itu, air meluap ke pemukiman warga. Sejak Rabu sore hingga malam, ketinggian air mencapai hampir 1 meter. Air luapan jalur Bypass kemudian bertemu dengan air sawah sehingga terlihat sangat membahayakan warga.
Tak hanya itu, banda Parak Kaluek, Pisang juga mengarah ke banda Tanjung Saba. Luapan air tak terbendung lagi. “Seperti danau mini yang terjadi malam itu. Ada sekitar puluhan warga yang terancam malam itu,” aku Dasril.
“Menidaklanjutinya, kami atas nama warga minta bantuan kepada pihak Pemko Padang untuk dapat bertindak cepat. Buatkan banda yang sesuai dengan volume air yang ada. Selain itu juga kami harapkan penertiban pembangunan yang ada di sepanjang Bypass Lubeg-Pisang. Agar si pengusaha membuat banda yang sesuai dengan debit air,” harap Dasril.
Sementara itu Ketua RT 04/RW III, Sarjono, mengakui hal yang sama. “Penderitaan kami ini sudah dirasakan sejak 10 tahun lalu. Sejak adanya pembangunan ruas jalur Bypass Lubeg-Pisang, pembangunan banda pembuangan air yang tidak sesuai dengan kebutuhan air. Jadi tolong dikaji lagi. Kami tidak anti dengan pembangunan. Justru sangat mendukung sekali pembangunan. Namun tolong juga dicarikan solusinya,” harap Sarjono.
Mengenai air buangan yang bertumpu di pemukiman warga RT 04/RW III, Kelurahan Tanjung Saba, karena tak tertampung lagi oleh banda, sungguh sangat mengkhawatirkan sekali.
“Kami berharap, pihak yang berkompeten segera menyikapinya, sebelum ada korban nyawa yang jatuh,” ujar Sarjono.
Elya (52), seorang warga Parakkarakah juga merasakan dampak dari pembuangan banda yang ada di sepanjang jalur Bypass Lubeg-Pisang. Jika air hujan turun dengan curah yang tinggi, kami juga terasa dampaknya. Sebabnya ujung-ujungnya luapan air dia jalur dua Bypass-Pisang itu mengarah ke Parakkarakah sebelum masuk ke banda bakali.
“Jadi kami harapkan, Pemko Padang segera menyikapinya,” harap Elya. (ped)




















