Menyoal makna SK buat Mahyeldi

Oleh: Mahyudi (Kabid. Pengembangan SDM KA KAMMI Sumbar)
Pilkada kota Padang masih akan dihelat tahun depan. Tapi tensinya sudah menjalar ke denyut nadi segenap parpol. Semakin panas dan pastinya semakin menarik. Buya Mahyeldi sebagai incumbent benar-benar menjadi sosok yang di gadang-gadang layak untuk menduduki kursi empuk plat BA 1 Kota Padang. Beberapa gebrakan dan kebersahajaannya telah memikat hati voters.
Tentunya kondisi ini sangat menguntungkan bagi PKS sebagai parpol tempat Mahyeldi bernaung. Idealnya PKS akan lebih mudah memainkan ritme politiknya. Elektabilitas Mahyeldi yang tinggi seakan menjadi garansi.
Tapi, ternyata ideal yg diharapkan tak kesampaian. PKS justru seperti kebingungan. Mati gaya dan ga pede. Mengapa demikian? Penulis mencermati dalam dua-tiga hari terakhir di medsos beredar SK penetapan Cawako dan Cawawako Kota Padang yang di keluarkan oleh PKS, PAN dan Gerindra. Penulis mencoba menyoal terkait SK Cawako n Cawawako Padang yang bersliweran di jagad maya ini.
Pertama, PKS tdk memiliki posisi tawar yg tinggi.
Partai Incumbent seakan ga punya bergaining politik terhadap PAN dan Gerindra. Mengapa? Silahkan cek Tanggal masing-masing SK. Tanggal SK yg di keluarkan oleh PKS 24 Nov 17, PAN empat hari kemudian 28 Nov 17 dan Gerindra 2 Desember 17.
Logikanya, sebagai parpol yg memiliki “marapulai” cantik, eloknya PKS lah yang menjadi penentu permainan. PKS lah yang pegang tongkat. Bukan sebaliknya. Secara kasat mata PKS seolah “ngarep” dukungan PAN atau Gerindra.
Memang sih PKS butuh parpol lain untuk memastikan kekurangan kursi mengusung Buya Mahyeldi. Tapi ya harus di atur komunikasi politiknya lebih smart n smooth. Coba kalau PAN atau Gerindra yg duluan keluarin SK atau minimal bersamaan tanggalnya pasti lebih cool. Jelas posisi siapa yang di pinang dan meminang.
Kedua, terbaca seperti tengah terjadi miskomunikasi politik antara PKS dengan PAN ataupun Gerindra. Kalaupun terjadi klaim-klaim sepihak parpol tertentu sebagai pendamping Mahyeldi kayaknya masih fine lah.
Psy war adalah hal yang lumrah. Namun akan jadi aneh jika sampai mis kesepahaman di menit-menit akhir komunikasi. PAN dan Gerindra sama-sama keluarin SK Cawako/Cawawako. Lha? Publik akhirnya berspekulasi dengan mempersepsikan bahwa komunikasi PKS ke PAN maupun Gerindra ngga tuntas. Bisa juga di persepsikan ada yang berperan sebagai PHP dan ada yang menjadi korban PHP. Tentunya PKS, PAN dan Gerindra yang paling tau jawabannya.
Ketiga, SK Gerindra cukup mengejutkan karena Mahyeldi di pasangkan oleh Adib Alfikri yang notabene seorang ASN, sudah pasti non partisan plus sebagai adik kandung BA 1 Sumbar yang memang Kader PKS. Jika PKS berkoaliasi dengan Gerindra praktis PKS bisa di bilang mengusung calon wako dan calon wawako dari internal PKS. Dan bagi Gerindra pastinya punya logika dan kalkulasi tersendiri. Ga mungkin sekaliber Prabowo memutuskan dengan memejam mata atas nama PKS sekutu perjuangan.
Tapi, jika SK PAN menjadi faktor yang harus di perhitungkan lain lagi ceritanya. Antara PKS dan PAN seakan sudah berada dalam frekwensi yang sama. Dalam SK baik PKS maupun PAN mengeluarkan nama yang sama untuk calon wako dan calon wawako.
Maksud penulis adalah, politik benar-benar menjadi ruang serba kemungkinan. Baik buat PKS, PAN maupun Gerindra. Kita tunggu dan simak perkembangan selanjutnya. Mana tau muncul lagi SK yang sama dari Demokrat, PPP ataupun PDIP. Khan pastinya PKS berkomunikasi ke banyak parpol. Tentunya SK yang bermakna final buat Mahyeldi. Wallahu ‘alam…

Exit mobile version