SUDIRMAN, METRO – Pekerja seks komersil dari kalangan anak sekolahan (anak di bawah umur) menjadi trend baru di dunia hiburan malam Kota Padang. ABG-ABG labil ini mulai meramaikan sejumlah hotel bintang tiga dan tempat tempat hiburan malam.
”Kita resah sekarang, di hotel yang ada di kawasan Sudirman itu. Tiap malam selalu ramai oleh ABG berpakaian seksi hilir mudik,” sebut Dodi (40), salah seorang warga kepada koran ini.
Fenomena ini, menurutnya, sudah terjadi sejak dua bulan belakangan. Ia mencurigai bahwa hotel tersebut dijadikan aktivitas prostitusi oleh perempuan-perempuan malam. ”Saya telah melihat langsung kesana. Selain itu istri saya juga pernah nginap disana dan melihat wanita wanita seksi di lobi hotel mondar mandir. Itupun menjadi pembiaran oleh petugas di sana,” tutur Dodi lagi.
Ia berharap ada sikap tegas dari Sat Pol PP untuk menindak tegas setiap praktik mesum di Kota Padang. Karena bertentangan dengan adat budaya Minangkabau. Khususnya Kota Padang yang merupakan kota religius. ”Yang anehnya, perempuan-perempuan seksi itu seperti masih di bawah umur. Mereka seumuran anak sekolahan. Benar-benar miris saya melihatnya,” cetus Dodi lagi.
Warga lainnya, Anwar (46) menyebutkan, aktivitas prostitusi di hotel dan di beberapa tempat hiburan malam di kawasan Pondok sudah lama berlangsung. Namun sampai saat ini Pol PP tidak berani menertibkan. Apalagi di hotel bintang tiga. ”Secara aturan kalau hotel bintang 3 memang tak bisa obrak-abrik oleh Sat Pol PP.
Selain itu tarifnya pun lebih murah dari pada hotel bintang 5. Makanya perempuan-perempuan malam itu lebih memilih “mangkal” di hotel bintang 3 dari pada hotel bintang lima. Selain harganya lebih murah, Sat Pol PP tak bisa masuk,” katanya.
Menurutnya, pemerintah daerah harus bertindak tegas dan tetap menertibkan lokasi-lokasi yang disinyalir menjadi sarang maksiat. Karena jika dibiarkan, hal itu akan menjadi momok buruk bagi kota Padang. ”Menurut saya harus ditertibkan. Karena akan menjadi semakin besar dia,” tutur warga Pondok ini.
Warga lainnya, Ilham (34) mengatakan, PSK anak di bawah umur kini telah menjamur. Sebagian pekerja tempat hiburan malam adalah anak SMP dan SMA. Bahkan ada yang sampai menjadi germo. Ini kan gawat. Harus ada sikap kritis dari Dinas Pendidikan untuk menggembleng mental-mental anak ini. Kok bisa mereka menjadi seperti itu,” terangnya.
Kepala Sat Pol PP Kota Padang, Dian Fakri mengatakan memang sudah ada keluhan dari masyarakat. Namun sebelumnya telah ada pertemuan antara Pemko Padang dan PHRI (Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia). Dari pertemuan itu disepakati dari 96 hotel di Kota Padang, sebanyak 50 hotel di bawah binaan PHRI. Semuanya hotel berbintang.
Sementara Pemko Padang melalui Sat Pol PP hanya berwenang membina sebanyak 46 hotel yang merupakan hotel melati dan wiswa. ”Makanya kita hanya merazia hotel melati dan wisma. Kalau hotel berbintang itu tidak kita lakukan karena itu kewenangan PHRI,” tuturnya.
Namun meski demikian, untuk menyikapi laporan masyarakat, tidak tertutup kemungkinan Sat Pol PP juga “mengobrak abrik” maksiat di hotel-hotel berbintang tersebut. “Kalau sudah meresahkan, dan PHRI cuma diam saja, terpaksa nanti kita tertibkan pula seperti hotel-hotel melati itu,” tutur Dian.
Kepala Dinas Pendidikan melalui Kabid Dikdas, Ramson mengakui bahwa memang ada para pelajar Kota Padang yang terseret di dunia hiburan malam. Jumlahnya berkisar 100 lebih. Namun Dinas Pendidikan terus berupaya melakukan pembinaan dengan memberikan bimbingan konseling kepada mereka.
Setelah diinvestigasi, ratar-rata menurutnya pemicu pelajar tersebut masuk ke “dunia malam” adalah karena persoalan ekonomi. “Saya tinjau langsung ke rumah mereka. Rumahnya memang permanen. Tapi untuk biaya makan sehari-hari mereka tak punya,”cetus Ramson.
Untuk menanggulangi permasalahan ini, Dinas Sosial, menurutnya, juga turut berperan. Karena Dinsoslah yang memiliki anggaran. “Tentunya nanti kita akan berkoordinasi dengan Dinsos untuk penanggulangannya,” sebut Ramson. (tin)
Komentar