LUBUKMINTURUN, METRO–Sejumlah petani di Lubukminturun, Kototangah resah dengan kehadiran petani dari etnis Thionghoa yang menanam cabai yang diprediksi berbahaya bagi kesehatan alias bervirus. Bibit-bibit itu bahkan dikatakan dibagi-bagikan pada petani di sekitar lokasi di Sungai Bangek.
Kekhawatiran ini viral di sosial media. Seperti penuturan dari akun Hestry Mastuty. ”Mereka itu sudah masuk padang khususnya Sungai Bangek, Lubukminturun. Menanam bibit cabai yang menurut info bibit tersebut tidak sehat dan dibagi-bagikan kepada masyarakat. Waspada. Jangan-jangan bibit cabai bervirus itu,” tulisnya di laman facebooknya.
Dalam facebook tersebut juga dituliskannya, cabai itu ditanam dengan memakai media tempat telur. Dan bibitnya dibagi-bagikan pula pada masyarakat. ”Kita curiga bibit itu berbahaya,” tulisnya lagi.
Plt Kepala Dinas Pertanian Kota Padang, Oktavia Delri mengatakan pihaknya memang sudah mendapat kabar soal itu. Setelah dicek kepada tenaga penyuluh di lapangan, dia mengatakan bahwa memang ada petani dari etnis Thionghoa sedang melakukan pembibitan cabai. Namun prosesnya tidak sesuai dengan SOP (standar operasional prosedur) penanaman.
Biasanya, penanaman cabai dilakukan dengan media tanah atau melalui polibag yang diisi dengan tanah. Namun oleh yang bersangkutan, pembibitan dilakukan dengan memakai media kulit telur dan sabut kelapa. Akibatnya bibitnya tidak tumbuh. Dia juga membantah bahwa bibit yang dipakai berbakteri. Karena setelah dicek ke lokasi, bibitnya sama dengan yang dipakai petani lain. Cuma cara penanamannya yang tidak sesuai SOP.
”Dia orang Cina yang sudah menjadi WNI. Dia warga Padang. Dia kebetulan punya tanah di sana 7.000 meter2 dan digunakan untuk menanam cabai. Kemarin dia melakukan pembibitan. Tapi karena tak sesuai SOP tanam, bibit cabai iu tidak tumbuh,” kata Delri.
Ia juga membantah bahwa bibit tersebut dibagi-bagikan kepada masyarakat. ”Yang dipakainya bibit dari produsen tanah merah. Bibit itu beredar bebas di pasaran. Jadi bukan bibit bervirus,” katanya.
Ia berharap petani lain tidak perlu resah. Karena tak ada upaya pembagi-bagian bibit bervirus. Menurut Delri, yang bersangkutan membeli bibit, menanamnya di lahan sendiri. Kerugian ditanggung sendiri. ”Yang penting penyuluh kita sudah mengingatkan kepada yang bersangkutan,” ujarnya.
Kepala Dinas Pangan, Heriyanto Rusam mengatakan, sampai saat ini pihaknya belum mendengar ada cabai yang bervirus. Namun pihaknya, sebut Heriyanto, akan mengecek lagi ke lapangan. ”Saya belum dengar. Kita akan coba cek lagi nanti,” sebutnya. (tin)