Gubes Indonesia jadi Guyonan Negeri Jiran

JAKARTA, METRO–Begitu mudahnya jadi guru besar (Gubes) di Indonesia ketimbang di Malaysia. Sampai muncul anekdot, gelar gubes di Indonesia jadi guyonan di Malaysia. Syarat gubes di Indonesia cukup membuat satu publikasi internasional. Di Malaysia, contohnya Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM), wajib membuat 20 publikasi serupa.
Ketua Dewan Guru Besar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Indonesia (UI) Prof Terry Mart mengatakan, terjadi kesenjangan luar biasa kualitas rata-rata guru besar Indonesia dengan Malaysia. “Dari syarat untuk menjadi gubes saja, sudah begitu jauh kelasnya,’’ kata Terry Kamis (3/3).
Dia mengaku, prihatin ketika dosen-dosen di Indonesia selalu iri terhadap penghasilan gubes di Malaysia. Baginya wajar jika gubes di Malaysia digaji besar, karena proses untuk menjadi gubes cukup berat.
Guru besar bidang fisika nuklir itu mengatakan urusan gubes di Indonesia mendapati dua masalah serius. Yakni kualitas atau budaya risetnya dan jumlahnya yang terbatas. Dia menuturkan saat ini pemerintah berupaya mengatasi masalah jumlahnya dahulu. Yakni dengan program pengajuan usulan gubes via online. ’’Harusnya kedua masalah itu diselesaikan secara bersamaan,” tuturnya.
Khusus soal gairah penelitian di kalangan dosen, katanya memang masih perlu ditingkatkan. Pria kelahiran Palembang itu menjelaskan banyak dosen yang hanya titip status sebagai dosen saja. Selebihnya banyak beraktivitas di luar kampus dan jauh dari kegiatan penelitian.
Terry juga mengatakan, dosen tidak boleh tiba-tiba begitu saja menjadi guru besar. Harus ada rekam jejak riset yang sudah dilakukan sebelumnya.
“Gubes itu adalah pemimpin grup riset. Jadi harus aktif riset sebelumnya,” katanya. Baginya perlu ada kebijakan reward dan punishment untuk menyuburkan budaya riset di gubes atau calon gubes.
Dirjen Sumber Daya Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Kemenristekdikti Ali Ghufron Mukti mengatakan, syarat jadi gubes di Indonesia tidak hanya urusan karya tulis ilmiah. Ada persyaratan lain terkait unsur pembelajaran dan pengabdian masyarakat.
“Perlu diketahui, syarat menulis satu publikasi internasional saja diprotes. Bahkan sampai menyurati Presiden supaya aturan ini dihapus,’’ tutur mantan wakil menteri kesehatan itu. Dia menjelaskan pemerintah tidak hanya meningkatkan jumlah gubes, tetapi juga memperbaiki kualitas budaya riset. Caranya adalah dengan menyederhanakan administrasi laporan keuangan negara untuk kepentingan riset. (jpnn)

Exit mobile version