JAKARTA, METRO – Ratusan mahasiswa Indonesia yang ikut program kuliah sambil magang di Taiwan kecewa berat karena merasa ditipu. Sebab, mereka dipekerjakan secara paksa di pabrik-pabrik dengan upah minim. Jawa Pos kemarin menghubungi anggota Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Taiwan. Dia mengatakan, PPI Taiwan kini sedang mengadvokasi para mahasiswa tersebut. Berdasar hasil penelusuran mereka, terungkap bahwa mahasiswa tersebut tertarik kuliah di Taiwan karena diiming-imingi beasiswa. Iming-iming itu disampaikan agensi di Indonesia. Semula, disebutkan bahwa mereka akan mendapat beasiswa untuk kuliah S-1 di Taiwan.
Namun, sesampai di Taiwan, mereka malah dipekerjakan. “Ada juga yang dari awal ditawarkan bekerja sambil kuliah. Tapi, ternyata lebih banyak kerjanya,” ungkapnya.
Iming-iming kuliah gratis itu ternyata hanya bualan. Sebab, mereka tetap harus membayar biaya kuliah dan tempat tinggal.
Biaya tersebut dibayar dari upah hasil kerja paksa. Menurut dia, WNI yang tertipu rata-rata lulusan SMA sederajat yang tidak mengenal PPI.
Dia menjelaskan, pihak kampus di Taiwan semula menjanjikan potongan biaya kuliah dalam bentuk cash back. Ternyata, cash back yang diterima per bulan sangat kecil.
Kampus yang dituju pun kebanyakan adalah kampus-kampus kecil. Dari sisi kualitas dan peringkat pendidikan, menurut dia, kampus tersebut sebenarnya kalah oleh perguruan tinggi di Indonesia. “Kerja di beberapa perusahan juga bukan sebagai konsultan atau tenaga ahli. Mereka dipekerjakan di bagian packaging di pabrik-pabrik,” terangnya.
Upah yang diterima juga sangat kecil. Dia mencontohkan, standar upah pekerja di Taiwan adalah 140 NTD atau sekitar Rp 66 ribu per jam. “Teman-teman ada yang dibayar di bawah itu,” imbuhnya.
Dia mengatakan, banyak kampus di Taiwan yang terancam tutup karena tidak ada mahasiswa yang mendaftar. Karena itu, dia menduga, pihak kampus sengaja merekrut mahasiswa dari Indonesia yang mau kuliah sambil bekerja. Apalagi, banyak industri di Taiwan yang sulit mencari pekerja kasar. Sebab, warga Taiwan tidak mau dibayar minim. “Masyarakat Taiwan yang menjadi bos. WNI yang jadi pekerja kasarnya,” ujar dia. Siapa yang membawa WNI itu ke Taiwan? Menurut sumber Jawa Pos tersebut, ada agensi di Indonesia yang sengaja mencari mangsa. Mereka yang berhasil membawa calon mahasiswa akan mendapat bonus. “Banyak agensi yang bermain di sini,” paparnya.
Kerja Paksa 10 Jam Sehari
Kabar tentang mahasiswa Indonesia yang menjalani kerja paksa di Taiwan sudah didengar Kemenristekdikti. Pengiriman mahasiswa ke Taiwan merupakan kerja sama resmi antara pemerintah Indonesia dan Taiwan. Kerja sama pendidikan bertajuk Industry Academia Collaboration (IAC) itu kini dievaluasi.
Kemenristekdikti menerima kabar bahwa ada 300-an mahasiswa Indonesia di Taiwan yang dipaksa bekerja di pabrik-pabrik. Salah satunya adalah pabrik pembuatan lensa kontak (soft lens). Sebagian mahasiswa itu saat ini sedang menempuh studi di Hsing Wu University.
Ratusan mahasiswa tersebut dilaporkan menjalani kuliah hanya pada Kamis dan Jumat. Kemudian, mulai Minggu hingga Rabu, mereka bekerja dengan rata-rata durasi 10 jam setiap hari.
Kondisi itu menyalahi ketentuan Departemen Pendidikan Taiwan. Sesuai ketentuan, pada tahun-tahun awal, para peserta program kuliah sambil magang tidak boleh bekerja.