Wahyu IP: Perkuat Nilai ABS-SBK sebagai Sumber Pencerahan bagi Minangkabau
SEBUAH prestasi besar bagi Kelurahan Gunung Pangilun dikunjungi tokoh-tokoh besar di Sumatera Barat, khususnya dalam hal memberikan dukungannya terhadap penerapan nilai nilai Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK). Meski hanya kelurahan, namun kegiatan yang dilaksankan terkesan berskala nasional dengan hadirnya sejumlah tokoh-tokoh besar dan semua unsur dalam acara tersebut.
Tim Penilai Implementasi ABS-SBK Tingkat Kota Padang yang hadir dalam kesempatan itu adalah Prof. Dr. Raudah Taib sebagai ketua dan beberapa tokoh seperti tokoh adat, tokoh agama, bundo kanduang dan budayawan.
Tokoh nasional dan Sumatera Barat juga turut hadir memberikan dukungan terhadap penilaian tersebut, seperti Anggota DPD RI Leonardy Harmaini, Halius Hosen, Buya Masoed Abidin, Wakil Ketua DPRD Kota Padang Wahyu Iramana Putra, anggota DPRD Provinsi Sumatera Barat Yuliarman, Ketua LKAAM Sumatera Barat M. Sayuti Dt. Rajo Panghulu serta para bundo kanduang setempat.
Wakil Ketua DPRD Kota Padang, Wahyu Iramana Putra (IP) pada saat memberikan sambutan menyampaikan, Dari 104 kelurahan di Kota Padang yang ikut seleksi penilaian kelurahan pengimplementasi ABS-SBK, kini yang tersisa tinggal 9 kelurahan lagi, salah satunya adalah Kelurahan Gunung Pangilung. Besar harapan, kedepan Gunung Pangilun menjadi yang terbaik.
Meski Kelurahan Gunung Pangilun berada di Pusat Kota namun identitas keminangkabauan tidak hilang ditengah-tengah masyarakat. Tentu ini tidak terlepas dari kesadaran masyarakat Gunung Pangilun dalam hal memelihara sistem nilai pandangan hidup yang menjadikan Islam sebagai sumber utama dalam tata dan pola perilaku yang melembaga dalam masyarakat Minangkabau.
Dijelaskan Wahyu, ABS –SKB itu sebanenarnya adalah landasan dari sistem nilai pandangan hidup yang menjadikan Islam sebagai sumber utama dalam tata dan pola perilaku. ABS SBK menjadi sumber pencerahan bagi kebangkitan manusia Minangkabau berasal dari titik temu perpaduan antara sistem nilai adat dengan agama Islam.
”Untuk itu, mari secara bersama-sama kita memberikan pemahaman tentang nilai nilai ABS –SKB kepada masayarakat dengan baik serta menginplemantasikannya, khususnya bagi generasi muda,” kata Wahyu.
Wahyu juga mengaku bangga dengan kegitan yang dilaksankan di Gunung Pangilun, karena semua unsur hadir, mulai dari LKM , Ninik Mamak , Bundo Kandung, ibu majelis taklim, pemuda, para perantau, anak-anak. Semua menyatu memberikan dukungan. “Dengan kegiatan ini seolah mengingatkan kita akan sejarah. Bagaimana memperkenalkan masyarakat dengan nilai budaya yang sebenarnya,” ungkap Wahyu.
Wahyu Iramana Putra sangat mengapresiasi kegiatan yang dilaksanakan di Kelurahan Gunung Pangilun tersebut . Untuk itu dia berharap, kegiatan tersebut jangan hanya sekedar serimonial saja, namun harus ada penerapannya. “ Kepada kelurahan lain yang ada di Kota Padang juga diminta meniru apa yang dilaksanakan di kelurahan Gunung Pangilun, supaya ABS-SBK terimplementasikan oleh masyarakat dan tidak sekedar semboyan saja. Ini yang harus dijadikan model Kota Padang, Program ini perlu dipertahankan karena inilah ciri has orang kinang. Jika nilai ABS-SBK terimplementasikan maka tidak ada lagi fitnah, anak-anak kita akan jauh darin narkoba, rajin belajar, serta bisa melahirkan generasi intelktual yang muslim,” tegas Wahyu.
Sementara itu, Prof. Raudah Taib mengatakan, penilaian implementasi ABS-SBK di Kota Padang dilakukan untuk memotivasi masyarakat dalam penerapan norma-norma kehidupan sesuai agama dan adat luhur. “ Penilaian ini untuk memotivasi masyarakat agar terus mempertahankan nilai-nilai adat dan agama yang menjadi falsafah sejak nenek moyang Minangkabau,” ucapnya.
Ia berharap Kelurahan Gunung Pangilun nantinya menjadi salah satu kampung adat di Kota Padang. “ Gunung Pangilun diharapkan menjadi kampung adat dan budaya sebagai percontohan implementasi ABS-SBK,” ujarnya.
Buya Masoed Abidin menambahkan, kehidupan beradat dan beragama adalah nilai ideal dalam masyarakat. “Kita tidak bisa beradat saja tanpa beragama. Atau sebaliknya beragama saja tetapi meninggalkan adat sehingga hal itu juga tidak sesuai. “Ada orang beradat tetapi tidak beragama, ada yang bearagama tetapi tidak beradat. Hal itu tidaklah ideal,” sebutnya.
Sementara itu, Lurah Gunung Pangilun, Andi Amir menyampaikan , untuk memperkuat kembali pengimplementasian ABS-SBK, cukup banyak upaya yang dilakukan, baik berupa sosialisasi maupun lomba-lomba yang berkaitan dengan adat dan budaya. “Sosilisasi bersama tokoh-tokoh masyarakat terkait adat dan budaya terus kita lakukan terhadap warga. Kita juga mengadakan berbagai lomba-lomba untuk memperkuat nilai-nilai ABS-SBK, termasuk menanamkannya kepada generasi muda,” sebut Lurah. (*)