Masuk Permukiman, BKSDA Pasang Perangkap Beruang Madu

PADANG, METRO – Keberadaan beruang madu yang meresahkan masyarakat, karena masuk ke wilayah permukiman merusak rumah menerkam ternak, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat memasang satu unit kamera trap untuk memantau pergerakan beruang madu di kawasan Sitinjau Laut, Kecamatan Lubukkilangan.
Bahkan, sebelumnya, alat perangkap yang berisikan buah-buahan segar juga telah dipasang di kawasan itu. Sementara itu, pemasangan kamera trap dilakukan agar apabila pergerakan hewan dengan nama latin helarctos malayanus terpantau dari sisi lain sehingga perangkap segera dipindahkan.
Kasat Polisi Hutan BKSDA Sumbar, Joni Akbar mengatakan, dari informasi yang didapat ukuran beruang madu diperkirakan sudah dewasa. Tetapi, kondisi satwa liar itu mengalami cacat pada kaki yang diduga akibat terkena dan terjebak oleh perangkap yang dipasang pemburu liar.
”Beruang madu tersebut cacat. Kalau tidak cacat mungkin bisa hanya dilakukan dengan cara diusir. Tapi karena cacat, kemungkinan kalau berhasil masuk perangkap kami tidak bisa lepas liarkan. Beruang itu harus direhabilitasi terlebih dahulu sehingga kemungkinan dipelihara di kebun binatang untuk selanjutnya,” kata Joni, Selasa (12/2).
Joni menjelaskan masuknya beruang madu ke permukiman masyarakat diduga kuat akibat tidak bisa bersaing mencari makanan di habitatnya karena mengalami cacat. Sejauh ini, informasi yang didapat ada satu rumah masyarakat rusak di bagian dapur diduga diserang beruang madu.
”Kemungkinan beruang madu itu mencari minyak jelantah di dapur rumah masyarakat, karena suka itu (minyak jelantah) atau mencari buah-buahan. Ada juga informasi kalau ternak warga juga diterkam. Makanya kita langsung tindaklanjuti biar masyarakat tidak resah,” jelas Joni.
Joni mengungkapkan, selain di kawasan Sitinjau Laut, konflik beruang madu dengan masyarakat juga terjadi kawasan Lubuk Tempurung, Kecamatan Kuranji. Di sana juga telah dipasang perangkap untuk upaya penangkapan satwa liar tersebut.
”Jadi di Padang ada dua lokasi konflik beruang madu ini. Selain itu di beberapa daerah lainnya seperti di Baso Kabupaten Agam dan Tanahdatar juga terjadi konflik. Makanya kami juga pasang perangkap di sana,” ungkap Joni.
Joni menambahkan, setiap perangkap yang dipasang diisi dengan buah-buahan yang segar seperti pepaya, durian, hingga nangka untuk memancing beruang madu masuk ke dalam perangkap. Sehingga beruang madu dapat ditangkap secara hidup-hidup. Secara perilaku alami, beruang madu sangat takut dengan manusia.
”Tapi kalau beruang madu yang telah biasa dipelihara akan bersifat jinak dan tidak takut apabila bertemu dengan manusia. Di hutan Sumatera Barat kami belum mendata berapa populasi satwa beruang madu ini. Untuk kasus perdagangan beruang madu ini juga tidak banyak, hanya ada pemburuan yang dari Jambi itu pun sudah diproses. Rata-rata yang diambil ada kulit dan cakarnya,” pungkasnya. (rgr)

Exit mobile version