JAKARTA, METRO–PT Garuda Indonesia Tbk (Kode saham: GIAA) mencatat kerugian sebesar USD 143,7 juta atau setara Rp 2,39 triliun (asumsi kurs Rp 16.693) di sepanjang Semester I-2025. Angka ini tercatat meningkat 41,37 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD 101,65 juta.
Melansir laman Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), kerugian perusahaan penerbangan pelat merah ini disebabkan oleh merosotnya pendapatan. Tercatat, paÂda Semester I-2025 pendapatan Garuda Indonesia turun menjadi USD 1,54 miliar atau sekitar Rp 25,69 triliun.
Adapun pendapatan perseroan ini disumbang oleh kontribusi bisnis masÂkapai segmen penumpang yang mencapai USD 1,10 miliar atau sekitar Rp 18,34 triliun. Sedangkan, kontribusi bisnis pengiriman kargo dan dokumen tercatat sebesar USD 80,39 juta atau sekitar Rp 1,43 triliun.
Di sisi lain, pada Semester I-2025, Garuda Indonesia mencatatkan pendapatan dari segmen penerbangan tidak berjadwal termasuk haji dan charter sebesar USD 205,83 juta atau sekitar Rp 3,43 triliun.
Sementara itu, pendapatan lain juga diraup Garuda Indonesia dari bisnis pemeliharaan dan perbaikan pesawat, pelayanan penerbangan, jasa boga, biro perjalanan, fasilitas, hotel dan transportasi menÂcapai USD 158,20 juta. Dari sisi aset, Garuda Indonesia mencatatkan peÂnuÂrunan sebesar USD 6,51 miliar di sepanjang Semester I-2025.
Adapun jauh sebelumnya, Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau BPI Danantara secara resmi mengucurkan dana pinjaman ke maskapai pelat merah, Garuda Indonesia senilai Rp 6,6 triliun atau setara USD 405 juta.
















