JAKARTA, METRO–Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia mencatat deflasi 0,08 persen secara bulanan atau month-to-month (MtM) pada Agustus 2025. Berbalik arah dari inflasi 0,30 persen MtM pada Juli 2025. Penurunan ini terutama disebabkan oleh turunnya harga pangan.
“Komponen inti mengalami inflasi 0,06 persen memberikan andil inflasi 0,04 persen,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini, Senin (1/9).
Peningkatan inflasi inti disumbang biaya akademik perguruan tinggi, emas, dan biaya sekolah. Sementara komponen harga yang diatur pemerintah deflasi 0,08 persen.
Kelompok makanan, minuman, dan tembakau mengalami deflasi 0,29 persen MtM. Terutama karena penurunan tajam harga tomat sebesar 30,41 persen dan cabai rawit turun 20,42 persen secara bulanan. Harga beras naik 0,73 persen melambat dibanding Juli sebesar 1,38 persen.
Seiring membaiknya distribusi dan operasi pasar oleh pemerintah,” terang Pudji.
Secara tahunan, inflasi tercatat 2,31 persen pada Agustus 2025. Lebih rendah dibanding 2,37 persen Year-on-Year (YoY) pada bulan sebelumnya. Sedangkan, inflasi tahun berjalan mencapai 1,60 persen, sedikit lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun lalu 0,87 persen.
Chief Economist Bank Permata Josua Pardede mengatakan, deflasi inflasi konsumen terutama dipicu turunnya kelompok yang harganya bergejolak. Khususnya aneka hortikultura serta normalisasi tarif angkutan udara dan bensin setelah puncak musim liburan sekolah. Sementara itu, inflasi tahun-ke-tahun tetap dengan inflasi inti 2,17 persen YoY.
“Komponen energi masih menekan karena deflasi tahunan tipis. Data ini menegaskan bahwa moderasi inflasi pada Agustus lebih bersifat penyesuaian musiman ketimbang gejala pelemahan permintaan yang dalam,” terang Josua.
















