Kinerja Sektor Jasa Keuangan di Sumbar Tumbuh Positif, Kepala OJK Roni Nazra: Turut Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Kantor Perwakilan OJK Sumbar.

PADANG, METRO–Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkap kinerja sektor jasa keuangan di Sumatera Barat tumbuh positif pada Mei 2024 dengan risiko masih terjaga. Kinerja sektor jasa keuangan tersebut telah turut mendukung pertumbuhan ekonomi Sumbar.

Kepala Perwakilan OJK Provinsi Sumatera Barat Roni Nazra melalui siaran pers yang diterima Selasa (6/8) menyampaikan hal tersebut. Menurutnya, penyaluran kredit atau pembiayaan bank umum dan BPR tumbuh 7,17 persen (yoy) menjadi Rp70,94 triliun.

“Kinerja sector jasa keuangan pada posisi Mei 2024 tumbuh positif dengan tingkat risiko terjaga, asset perbankan tumbuh positif, demikian juga penyaluran kredit atau pembiayaan,” kata Roni.

Roni menambahkan, penghimpunan Dana Pihak Ketiga juga tumbuh sebesar 5,82 persen (yoy) menjadi sebesar Rp55,90 triliun. Risiko kredit masih terjaga dengan rasio Non Perfoming Loan (NPL) 2,68 persen dan rasio Loan to Deposite (LDR) 126,90 persen.

“Penyaluran kredit untuk pelaku UMKM menurut Roni mencapai Rp31,38 triliun atau 44,23 persen dari total kredit perbankan di Sumatera Barat atau tumbuh 6,62 persen(yoy),” ujarnya.

Sementara itu, kinerja perbankan syariah tumbuh lebih tinggi dibanding perbankan konvensional. Baik dari sisi asset, DPK maupun penyaluran pembiayaan. Menurut Roni, asset perbankan syariah tumbuh sebesar 19,94 persen (yoy) menjadi sebesar Rp11,04 triliun. Penghimpunan DPK mencapai Rp10,38 triliun atau meningkat sebesar 20,02 persen (yoy).

“Penyaluran pembiayaan tumbuh 26,86 persen (yoy) menjadi sebesar Rp9,46 triliun, risiko pembiayaan juga masih terjaga dengan rasio Non Perfoming Finance (NPF) 1,82 persen serta FDR 91,14 persen,” jelasnya.

Lebih jauh Roni mengurai, BPR di Sumatra Barat juga tumbuh dengan baik. Aset BPR tumbuh 7,36 persen (yoy) menjadi sebesar Rp2,58 triliun, penghimpunan DPK tumbuh 5,78 persen (yoy) menjadi sebesar Rp1,94 triliun.

Sedangkan penyaluran kredit atau pembiayaan tumbuh 9,32 persen (yoy) menjadi sebesar Rp2,03 triliun, dengan 71,05 persen di antaranya merupakan kre­dit UMKM. Risiko kredit atau pembiayaan BPR tercatat NPL/ NPF sebesar 11,17 persen dan rasio LDR/ FDR 104,89 persen

Selain itu, pada industri Pasar Modal, jumlah Single Investor Identification (SID) terus tumbuh. Pada posisi Mei 2024, total SID berjumlah 182.367 investor,yang tumbuh sebesar 17,58 persen (yoy).

Dari total SID tersebut, SID saham mencapai 83.339investor, tumbuh sebesar 23,79 persen (yoy), dengan total nilai transaksi sampai Mei 2024 adalah sebesar Rp3,78triliun.

Sedangkan jumlah SID Reksa Dana adalah sebanyak 172.618 investor, SID Surat Berharga Negara (SBN) berjumlah 7.689 investor, dan SID Efek Beragunan Aset (EBA) berjumlah 3 investor.

“Untuk Industri Keuangan Non Bank, khususnya Perusahaan Pembia­yaan,­pembiayaan yang disalurkan posisi Mei 2024 mengalami kontraksi2,84 persen (yoy) menjadi sebesar Rp5,36 triliun, dan Non Performing Financing (NPF)­se­besar3,21persen,” tutupnya. (rgr)

Exit mobile version